Rivan dan Jalan Sunyi Prestasi Internasional

by | Jan 26, 2021 | Motivasi, Sosok | 0 comments

Tak banyak pemberitaan yang menampilkan kiprah Rivan Nurmulki di klub bola voli Nagano Trident, klub di liga V League Jepang. Padahal, Rivan mengawali langkah besar atlet tanah air di salah satu liga bergengsi bola voli Asia.

Setali tiga uang, nasib yang dialami Doni Haryono, eks pemain Jakarta BNI, yang bergabung dengan klub divisi utama Bahrain, Al Naseer. Belakangan, Rendy Tamamilang eks Samator juga bermain di liga bola voli Bahrain.

Liga V League Jepang dihuni banyak pemain internasional dari berbagai negara, semisal Bartosz Kurek (Polandia), Michael Kubiak (Polandia), Dmitry Musersky (Rusia), Yuji Nishida, dan banyak lainnya.

Prestasi Internasional

Apa yang diraih Rivan bukanlah prestasi biasa saja atau datang tiba-tiba. Setelah mengantar Indonesia meraih medali emas pada Sea Games 2019 di Filipina, kiprahnya kemudian menuju Thailand untuk berkarir di klub Nakon Ratchasima VC. Selepas dari Nakon Ratchasima VC, dan menunggu kepastian liga bola voli Proliga, Rivan dikontrak Nagano Trident.

Sekali dan mengawali berprestasi di level internasional, bola voli langsung memiliki tiga atletnya yang berkiprah di liga Jepang dan Bahrain. Hebatnya, ketiga pemain itu memiliki peran yang sangat signifikan di klub baru masing-masing. Ketiganya cenderung menjadi penentu determinasi permainan klub masing-masing.

Dari capaian Rivan, Doni, dan Rendy setidaknya ada beberapa hal yang menjadi catatan. Pertama, pengakuan internasional. Medali emas bola voli di Sea Games 2019 diraih dengan meyakinkan oleh tim bola voli putra Indonesia. Sejak babak penyisihan hingga semi final, tim Indonesia tidak pernah kehilangan satu set pun  dari lawan-lawannya (Vietnam, Myanmar, Kamboja), dipungkasi dengan mengalahkan Filipina di final.

Indonesia memang tidak sempat bertemu dengan Thailand, lawan tradisional dan terkuat selama ini di kawasan Asia Tenggara. Namun, menjadi juara pada ajang Sea Games tanpa mengalami set kekalahan jelas sungguh monumental. Selepas kemenangan tersebut, pinangan klub luar negeri terhadap ketiga atlet bola voli Indonesia adalah sebuah pengakuan penting terhadap prestasi olahraga nasional.  

Kedua, dorongan untuk meningkatkan prestasi. Di tengah kondisi pandemik Covid-19, kepindahan tiga atlet tersebut juga adalah sebuah “perjuangan” tersendiri. Turnamen Proliga 2020 dan 2021 sebagai ajang pertandingan bola voli kasta tertinggi di tanah air mendapat kendala serius karena pandemi Covid-19. Apresiasi terhadap ketiga atlet bola voli tersebut seyogyanya menjadi dorongan untuk lebih meningkatkan prestasi olahraga nasional.

Jalan Sunyi Media

Untuk pertama kalinya dalam sejarah olahraga non-sepakbola dan bulu tangkis, atlet bola voli nasional berkesempatan bermain bareng atau melawan atlet kaliber internasional di liga luar negeri.

Hal itu tentu saja menjadi kesempatan baik untuk menimba pengalaman dan menempa kemampuan dengan standar internasional dan persaingan dengan bintang dunia.

Suatu saat, tidak tertutup kemungkinan pemain bol voli nasional bisa bermain di liga ternama di dunia, semisal Superlega (Italia), Superleague (Rusia), atau Superliga (Brasil). Tinggi badan atlet nasional, yang kadang menjadi kendala saat berhadapan dengan atlet luar negeri, terlihat tidak menjadi masalah bagi ketiganya.      

Dalam konteks demikian, mau tidak mau peran sport science dan pemberitaan media yang supportif terhadap prestasi atlet nasional sangat dibutuhkan. Sport science sebagai pengetahuan sudah menjadi bagian dari mata kuliah di kampus-kampus terkait.

Menjadikannya sebagai bagian dari budaya prestasi atlet nasional adalah merupakan tugas bersama. Budaya prestasi akan mengedepankan disiplin diri dan semangat juang yang tinggi, dengan dukungan dan piranti saintifik yang diperlukan.

Sementara itu, pemberitaan media diperlukan untuk menjadi inspirasi dan berbagi semangat dengan pihak-pihak yang relevan. Tak dimungkiri, sepakbola adalah olahraga nomor satu di tanah air, selain bulu tangkis. Pemberitaan tentang olahraga ini mendapat porsi yang lebih besar ketimbang cabang olahraga lainnya.

Akibatnya, pemberitaan tentang olahraga selain sepakbola dan bulu tangkis kerap menyerupai jalan sunyi. Padahal, selain bola voli di Jepang dan Bahrain, saat ini terdapat beberapa atlet lain yang juga berkiprah secara internasional, misalnya Elysha Chloe Pribadi (renang/Australia), Agassi Yesse Goantara (basket/Spanyol), Eko Roni Saputra (bela diri MMA), dan beberapa lainnya.

Hal ini jelas patut disayangkan. Kiprah dan prestasi Rivan serta atlet lainnya perlu dijadikan motivasi dan teladan bagi pembinaan olahraga di tanah air. Memberitakannya dengan tepat secara luas dapat menjadi inspirasi berbagai pihak untuk terus mengembangkan kualitas olahraga tanah air agar mampu bersaing di tingkat internasional.

Sport Science dan Budaya Prestasi

Pada peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) beberapa waktu yang lalu, Presiden menegaskan pentingnya pemanfaatan sport science untuk membina dan mengembangkan prestasi olahraga nasional. Disamping itu, pentingnya manajemen pembinaan olahraga yang sehat dan profesional juga mendapat sorotan tersendiri.

Sport science memang perlu segera dikembangkan dengan masif. Diperlukan niat dan usaha bersama untuk itu agar upaya yang ditempuh dapat berjalan maksimal. Dalam kaitan ini, dunia pendidikan menempati posisi dan peran penting.

Olahraga sebagai sains tentu saja terkait dengan bagaimana pendidikan terlibat di dalamnya, tidak saja untuk menjadi pengetahuan itu sendiri, melainkan sebagai bagian dari prestasi yang diukir.

Menyandingkan pengetahuan dan prestasi olahraga menjadi tantangan bersama ke depannya. Sekolah dan kampus perlu lebih didorong dan difasilitasi untuk mengikuti pembinaan olahraga tanpa harus kehilangan fokus urusan dasar pendidikannya.

Yang juga menjadi sangat krusial adalah menyangkut kesejahteraan atlet. Berbagai capaian dan prestasi olahraga, secara personal maupun dalam konteks membela negara, patut diimbangi dengan skema status pekerjaan dan kesejahteraan yang bisa mendukung.

Olahraga di tanah air belum bisa menjadi tumpuan sepenuhnya sebagai profesi. Faktor yang berperan di dalamnya tentu banyak, salah satunya adalah budaya penghargaan secara kreatif dan produktif terhadap atlet olahraga berprestasi yang belum dikembangkan oleh negara maupun swasta.

Tak heran, beberapa olahragawan berprestasi menemui kesulitan dalam memasuki usia senja mereka (liputan6.com, 23/7/2019). “Kreatif dan produktif” merujuk pada kondisi dimana penghargaan bisa diberikan dalam bentuk pekerjaan dengan tetap terkait dengan konteks olahraga yang ditekuni. Dengan merasa “aman” terkait masa depan mereka, atlet berpotensi dan berprestasi dapat lebih fokus dalam mengembangkan capain mereka.

Ilustrasi gambar: kumparan.com


0
0
Saiful Maarif ♣️ Expert Writer

Saiful Maarif ♣️ Expert Writer

Author

ASN pada Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama. Juga seorang analis data dan penulis lepas sejak tahun 1999.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post