Semikonduktor, Logam Kritis, dan Praktik Friendshoring

by Saiful Maarif ♣️ Expert Writer | Aug 16, 2024 | Birokrasi Berdaya, Politik | 0 comments

a close up of a map of asia

Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, semikonduktor dan logam kritis menjadi tema sentral industri dan memengaruhi hubungan antarnegara.  Perkembangan teknologi yang demikian maju dan canggih nyatanya masih membutuhkan dukungan logam kritis (logam langka), yang kemudian diolah menjadi cip semikonduktor untuk keperluan otomasi dan beragam keperluan lainnya.

Cip semikonduktor telah mengalami perkembangan drastis.
Dari semenjak ditemukan pada tahun 1958, semikonduktor telah bermetamorfosa
menggunakan kecanggihan “nanoteknologi”, yakni teknologi yang membuat struktur mikroskopis pada ukuran berskala nanometer.
Nanoteknologi menjadikan wujud semikonduktor dengan ukuran yang sangat ringkas
namun dibekali kapasitas dan performa yang lebih tinggi. 

Perang Semikonduktor

Dalam konteks kekinian, semikonduktor memiliki peran yang signifikan. Semikonduktor menjadi otak berbagai barang elektronik penunjang kehidupan rutinitas, hingga bahan strategis, seperti dalam turbin angin, panel surya, dan perangkat sehari hari semisal telepon pintar. 

Tidak heran, industri semikonduktor terus bergerak dinamis. Menurut data Semiconductor Industry Association, perkiraan penjualan semikonduktor pada tahun 2024 akan menyentuh angka 588,4 miliar USD, dan menjadi 654,7 miliar USD pada 2025, meningkat dari angka 526,9 miliar USD pada tahun 2023. 

Menurut data tersebut, permintaan semikonduktor masih didominasi oleh telepon pintar (32%), PC/Laptop (25%), otomotif (17%), industri (14%), produk konsumer lainnya (11%), dan pemerintah (1%). 

Tingginya angka transaksi mengindikasikan semikonduktor berpengaruh secara luas dan membuat beberapa negara melakukan proteksi. Tiongkok telah mengambil langkah baru dalam perang semikonduktor yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat. 

Mereka membatasi ekspor tiga bahan utama (gallium, grafit, dan germanium) dalam industri semikonduktor. Dalam tindakan ini, lisensi khusus akan diperlukan untuk mengekspor gallium, grafit, dan germanium sebagai bahan penting (logam langka) pembuatan semikonduktor.

Ketiga logam ini termasuk dalam kategori logam minor, yang berarti bahwa keduanya tidak lazim ditemukan di alam.

Potensi Cuan Logam Niobium

Tidak cukup proteksi terhadap tiga bahan utama saja, Tiongkok juga melakukan proteksi terhadap logam lain yakni niobium. Jenis logam langka ini di antaranya digunakan dalam kontes senjata hipersonik, jenis senjata yang memiliki kecepatan 5 kali kecepatan suara. 

Lembaga Center for Strategic and International Studies (CSIS), pada awal Mei tahun ini melaporkan pertarungan dominasi Amerika dan Tiongkok dalam memproteksi niobium di berbagai belahan dunia.

Peran niobium di ruang angkasa
dan kebutuhan senjata militer bukanlah hal baru.
Ketahanannya yang sangat tinggi terhadap tekanan panas ekstrem–tahan
terhadap suhu lebih dari 2.400 derajat celcius–menjadikannya sangat diperlukan
untuk berbagai komponen penting teknologi tempur hipersonik. 

Di luar sifat bawaannya, peran penting niobium terletak pada penggunaannya untuk membuat superalloy tahan panas yang penting untuk rudal hipersonik dan sektor kedirgantaraan. Kepadatannya yang rendah dibandingkan dengan logam tahan api lainnya berkontribusi terhadap rasio kekuatan terhadap berat yang tinggi  untuk mengurangi berat komponen dirgantara. 

Pengurangan bobot ini berdampak langsung pada efisiensi bahan bakar dan kapasitas muatan yang merupakan dua faktor penting dalam desain ruang angkasa.

Dalam konteks ini, perusahaan seperti SpaceX dan Hermeus bergantung pada niobium C103 untuk pesawat ruang angkasa mereka yang memerlukan suhu sangat tinggi. Brasil menjadi negara terdepan dalam produksi niobium dengan Tiongkok yang relatif mengangkanginya. 

Pengaruh Tiongkok terhadap produksi niobium di Brasil sejalan dengan pola peningkatan kepemilikan dan pengaruh terhadap industri pertambangan regional, sebuah tren yang memiliki implikasi besar terhadap lingkungan, politik, dan keamanan.

Taktik semacam ini dapat memaksa Brasil untuk melakukan kompromi diplomatik, menyerahkan keuntungan perdagangan atau menghadapi dilema ekonomi sehingga memperkuat posisi geopolitik Tiongkok. 

Amerika Serikat jelas tidak kebal terhadap kondisi ini. Pada tahun 2022, US Geological Survey mengidentifikasi niobium sebagai mineral paling kritis kedua dari 50 mineral lainnya yang berpengaruh terhadap pentingnya keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi Amerika. 

Perang Dagang Pasokan Mineral

Meningkatnya pengaruh dan kendali Tiongkok terhadap rantai pasokan mineral penting, menimbulkan tantangan tersendiri. Di bawah pemerintahan Joe Biden, Amerika Serikat dan Uni Eropa menerapkan kontrol dan pembatasan ekspor pada mineral strategis dan penting untuk mengekang dominasi Tiongkok dalam kecerdasan buatan dan semikonduktor. 

Melakukan hal yang sama, Tiongkok memberlakukan pembatasan mereka sendiri pada galium, germanium, dan grafit sepanjang tahun 2023.

Analisis terbaru oleh CSIS menyoroti bahwa Tiongkok mengendalikan 90 persen pasokan galium global, 90 persen grafit, dan 60 persen germanium, yang semuanya penting untuk produksi cip dan baterai kendaraan listrik. Rantai pasokan mineral penting telah berada di garis depan persaingan strategis antara negara-negara Barat dan Republik Rakyat Tiongkok.  

Perang dagang semacam ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai kondisi di mana satu negara berusaha menguasai bahan-bahan vital untuk memengaruhi negara lain. Hal ini pun mendorong banyak negara untuk melakukan redefinisi makna narasi globalisasi, di mana banyak negara akhirnya mencari kemampuan mandiri dalam rantai pasokan logam penting yang ada.

Pergeseran tren ini menyoroti pentingnya diversifikasi rantai pasokan dan upaya untuk mengembangkan kemampuan dalam menambang dan memproses logam seperti galium dan germanium. 

Negara-negara kaya mineral seperti Australia dan Kanada melihat krisis ini sebagai peluang untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok dalam hal bahan mentah dan produk jadi.

Para ahli juga menekankan pentingnya kesadaran atas dampak global dari persaingan semacam ini, terutama dalam hal lingkungan. Bahan-bahan ini menjadi sangat penting dalam teknologi hijau dan kebijakan yang diambil oleh negara-negara besar seperti AS dan Tiongkok jelas dapat berdampak pada transisi energi global.

Namun demikian, meskipun peran Tiongkok dan AS sangat penting, pasokan semikonduktor saat ini tidak selalu stabil. Negara semacam Inggris, AS, Eropa, dan Tiongkok banyak bergantung pada Taiwan untuk pasokan semikonduktor.

Taiwan adalah pusat utama
produksi semikonduktor di dunia, dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing
Company (TSMC) sebagai salah satu perusahaan utama
yang mendominasi pasaran. 

Melihat tantangan ini, berbagai negara berupaya meningkatkan produksi semikonduktor dalam negeri. Inggris, misalnya, meluncurkan strategi semikonduktor nasional dengan investasi besar untuk membangun ketahanan dalam pasokan industri ini. Kebijakan ini tertuang dalam dokumen National Semiconductor Strategy tahun 2023 di bawah era Perdana Menteri Rishi Sunak.

Dalam dokumen tersebut, selama 20 tahun ke depan, Inggris bertekad akan mengamankan wilayah dengan kekuatan terdepan di dunia dalam teknologi semikonduktor masa depan. Mereka akan berfokus pada kekuatan dalam penelitian dan pengembangan, desain dan kekayaan intelektual, serta semikonduktor itu sendiri. 

Hal ini akan memfasilitasi inovasi teknologi, meningkatkan pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, memperkuat posisi internasional guna meningkatkan ketahanan rantai pasokan, dan melindungi keamanan nasional. Dalam banyak hal, Indonesia dapat mengadopsi semangat yang digaungkan Inggris ini, terutama dalam penelitian dan pengembangan.  

Friendshoring dan Kesiapan Indonesia

Tingginya tensi geopolitik di dunia dalam persoalan semikonduktor dan logam langka atau kritis menciptakan fragmentasi ekonomi yang dapat memicu disrupsi rantai pasok ke berbagai negara. Problem Laut China Selatan tidak bisa dilepaskan dari sengkarut ini.

Keberadaan industri semikonduktor menjadi salah satu faktor yang menghindarkan Taiwan dari kemungkinan tindakan paling keras dan kasar yang bisa dilakukan Tiongkok.  

Dalam dilema proteksionistik dan geopolitik yang rapuh, negara-negara besar telah mengembangkan kebijakan friendshoring. The World Economic Forum mengenalkan friendshoring sebagai orientasi baru yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan di mana itikad perdagangan dilaksanakan dengan memprioritaskan negara-negara yang memiliki kebijakan politik dan ekonomi serupa. 

Oleh karenanya, Indonesia mau tidak mau harus meningkatkan pengamanan supply chain dan memperkuat industri domestik terkait.

Di tengah kecenderungan memanasnya geopolitik dan diplomasi dagang yang mengistimewakan negara yang dianggap “teman”, diperlukan diplomasi yang juga tangguh untuk menjaga perekonomian tetap kuat. Indonesia dapat juga mengembangkan “good neighbor policy” (Kompas, 27/3/2024) untuk menghadapi kecenderungan tersebut.       

Epilog: Menempatkan Indonesia

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan 47 jenis komoditas tambang dalam klasifikasi mineral kritis di mana 22 mineral bersifat strategis. Dari jumlah tersebut 14 mineral dikuasai MIND ID.

Mining Industry Indonesia (MIND ID) adalah BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT INALUM, dan PT Timah Tbk. 

  • Indonesia harus menjaga kepentingan terhadap resiliensi akan kekurangan pangan, energi, dan critical mineral. Selain itu, Indonesia mampu menjadi pemain utama di dunia untuk beberapa jenis mineral kritis, semisal nikel, timah, hingga batu bara. Cadangan nikel Indonesia mencakup 60% dunia yang menjadi penentu industri kendaraan listrik dunia.
  • Supply  nikel RI secara global telah mencapai 55% di 2023 dan diprediksi akan meningkat 75-85% pada 2029 dan 80% pada 2030. Kondisi ini tentu saja mampu menjadikan Indonesia menjadi pemain terpenting dalam supply chain nikel di dunia dan dengan sendirinya dapat menjadi penentu harga jualnya.  
  • Selain itu, Indonesia juga berpotensi besar menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat dunia pada 2025 setelah beroperasinya smelter baru PT. Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik. Berdasarkan kapasitas produksi, China, Chili, dan Kongo menjadi tiga pemain utama produsen katoda tembaga sejauh ini.   

Potensi sumber daya alam yang melimpah tersebut memerlukan kebijakan yang matang, terintegrasi, dan taktis. Indonesia perlu mengembangkan mengembangkan industri, sumber daya manusia, hingga teknologi.

Di tengah perang para raksasa  dunia dalam diri AS dan Tiongkok, Indonesia  harus tumbuh dan berkembang tanpa terjebak dalam persaingan geopolitik antara Tiongkok dan AS dalam pengelolaan mineral kritis dan strategis.

0
0
Saiful Maarif ♣️ Expert Writer

ASN pada Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama. Juga seorang analis data dan penulis lepas sejak tahun 1999.

Saiful Maarif ♣️ Expert Writer

Saiful Maarif ♣️ Expert Writer

Author

ASN pada Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama. Juga seorang analis data dan penulis lepas sejak tahun 1999.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post