Obituari: Cahaya Sejati itu Bernama Ana

by | May 31, 2023 | Sosok | 5 comments

“Pagi itu saya bangun seperti biasa. Mata terbuka tapi saya mendapatkan badan tidak bisa digerakkan, terutama bagian punggung. Seketika pikiran saya kalut. Apa yang terjadi dengan diri saya? Saya mencoba bangkit dengan bergerak pelan, tapi rasa sakit di sekujur tubuh menghalangi niat saya untuk bangun”. 

Paragraf tersebut adalah nukilan dari buku yang berjudul “Hening di 9 km”, yang ditulis oleh Ana dan suaminya, Ahmad Syam. Buku tersebut ditulis sebagai catatan perjalanannya mengidap limfoma atau kanker kelenjar getah bening. 

Buku itu dipersembahkan kepada para pembaca dengan bahasa lugas, tetapi penuh dengan pengetahuan. Buku itu juga ditulis sebagai sarana ia membangkitkan semangat untuk sembuh. 

Namun, Tuhan berkehendak lain. Buku itu menjadi buku terakhir yang ia tulis sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, Hari Kamis petang, 18 Mei 2023. 

Bagaimana kami pertama kali mengenal Ana

Rudy M. Harahap (Editorial Chairman birokratmenulis.org), mengenal Ana dari tulisannya ketika lomba pegawai teladan BPKP. 

Ana tidak mengenal langsung Rudy waktu itu, tetapi Rudy mengenal Ana cukup dalam karena bertindak selaku juri lomba tersebut. 

Ia mengenal secara mendalam Ana dari tulisan Ana yang bernas tentang penilaian kinerja yang gagal di Indonesia. Tulisan tersebut bahkan menjadi bekal Ana mendapatkan beasiswa doktoral di Australia dan kemudian dibukukan olehnya. 

Sampai satu waktu, ketika Ana melanjutkan studinya di Australia, Rudy melanjutkan studi doktoral di New Zealand. Ana menghubungi Rudy lewat pesan singkat. 

Katanya, ia membaca tulisan Rudy  di media sosial yang berjudul “Para Birokrat, Menulislah”. Ia sangat terkesan dengan tulisan itu dan meminta Rudy mau menjadi Editor in Chief Pergerakan Birokrat Menulis yang didirikan bersama kawan-kawannya.

Bagi Eko Hery Winarno (Founder birokratmenulis.org), Ana adalah sosok inspirator. Eko bertemu Ana ketika ia sama-sama bertugas di Makassar. 

Eko yang hobi berdiskusi, diajak Ana untuk menuangkan segala gagasan yang ada dalam otak ke dalam sebuah tulisan. Menulis? Eko bahkan tak membayangkan dan terpikirkan ke arah itu sebelumnya.

Kebetulan Ana juga pengelola majalah kantor, Paraikatte. Dari sanalah Eko mulai menuangkan ide, pikiran, dan gagasannya. 

Tidak hanya disimpan di otak dan cukup didiskusikan, tetapi juga didokumentasikan melalui tulisan. Bersama Ana dan teman-teman di kantor, Eko akhirnya membangun blog berbagi pengetahuan bernama warungkopipemda

Bagi M. Rizal (editorial board birokratmenulis.org), pertemuan awal dengan Ana terjalin dalam kegiatan penulisan artikel di blog warungkopipemda. 

Beberapa diskusi pun mengalir dalam rangka penyusunan, penyuntingan, dan publikasi artikel. Bahkan, sempat beberapa kali berdiskusi tentang arah dan tujuan blog itu sendiri. 

Saat itu, sejak diskusi pertama, Rizal telah banyak terkesan dengan pemikiran dan semangat Ana. Menurutnya, Ana memiliki determinasi tinggi dan sulit goyah jika berkaitan dengan semangat menulis dan kegiatan intelektual. 

Itulah mengapa, kemudian lahirlah komunitas birokratmenulis.org, yang sampai sekarang banyak menyatukan para birokrat di seantero Indonesia untuk melakukan kegiatan menulis dan jariyah intelektual. 

Bagi Rista Nurfarida (executive editor birokratmenulis.org), Agustus 2017 merupakan kali pertama Rista mengenal Ana. Saat itu secara tidak sengaja Rista menemukan blog “menjadipnsprofesional”, di mana Ana aktif menuangkan idenya. 

Kemudian dari hasil penelusuran, Rista menemukan profil Ana di Facebook. Dari sana, Rista banyak berdiskusi dengan Ana, dan oleh Ana pula Rista diperkenalkan pada komunitas Birokrat Menulis. 

Sampai saat ini, Rista masih menyimpan semua percakapannya dengan Ana. Rista juga masih teringat ketika salah satu status facebook Ana, secara tidak sengaja menjadi jawaban untuk contoh kasus di kelas bahasa. “Gajah di balik batu”. 

Kalimatnya terlihat sederhana, tapi itu sungguh penuh makna dan menambah wawasan berbahasa. Bagi Rista, amal jariyah Ana sungguh mengalir deras.

Yang kami rasakan tentang Ana

Bagi Eko, Ana adalah seorang kreator. Ana adalah penggagas sebenarnya kelahiran komunitas Birokrat Menulis, sebuah pergerakan lintas instansi. 

Eko masih ingat, di awal Januari 2017, ketika ia tengah menikmati secangkir kopi dan pisang goreng di ruang makan, ia ditelepon oleh Ana. 

Ana yang kala itu sedang menempuh S3 di Melbourne mengutarakan idenya kepada Eko membangun sebuah komunitas menulis bagi para birokrat. 

Sebuah komunitas yang jangkauan penulis dan pembacanya, juga tema-tema tulisannya, melampaui apa yang sudah dibangun bersama sebelumnya, yaitu warungkopipemda

warungkopipemda, blog berbagi pengetahuan tersebut, sayangnya sudah tak aktif lagi karena kepergian para penggiatnya untuk sekolah lagi, termasuk Ana. 

Tentu saja, Eko mendukung idenya untuk membangun komunitas menulis bagi birokrat, dan bersama rekan-rekan yang lainnya membangun komunitas ini. 

Ana ibarat bensin yang dituangkan dalam sebuah bara api unggun yang mampu menyalakan kembali api semangat yang hampir mati.

Bagi Rudy sendiri, Ana adalah figur yang inspiratif, gigih, dan humble. Bayangkan, ia pernah di kantor mendapatkan penugasan untuk me-reform perpustakaan yang kumuh menjadi Library Cafe. 

Ana berhasil mengajak banyak pihak untuk terus gigih mengubah perpustakaan di semua daerah menjadi sekarang dikenal sebagai Library Cafe. 

Bahkan, kantornya menjadi juara di kompetisi inovasi nasional yang diorganisasikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.  

Bagi Rizal, Ana adalah sosok perempuan lembut, tapi kuat pendirian. Ana juga seorang birokrat yang selalu menjunjung tinggi budaya akademis. Ana pun memiliki pemikiran yang multidimensi, yang tidak sembarang birokrat miliki. 

Buku “Peningkatan Kinerja ala Pacuan gajah”, “Nggedabrus ing Melbourne”, dan “Budaya Kinerja” yang ditulisnya bukanlah sekadar buku yang disusun untuk meningkatkan eksistensi, apalagi menjual nama diri. 

Buku-buku tersebut ditulis dan disusun juga bukan sekadar untuk berbagi pengetahuan, tetapi lebih dari itu, bukunya selalu disusun dengan niat tulus untuk membawa pembacanya menjadi tersadar dan berpikiran lebih maju. 

Buku “Peningkatan Kinerja ala Pacuan gajah”, misalnya, buku ini mampu  membawa pembacanya pada pemaknaan tentang betapa instansi pemerintah yang ‘gemuk’ selalu bersaing dalam meningkatkan kinerja. 

Persaingan yang sebetulnya semu dan tidak menghasilkan manfaat berarti, justru hanya membuat langkah sang gajah menjadi lebih berat. 

Buku tersebut ia lanjutkan pada buku “Budaya Kinerja”. Buku yang menawarkan pemikiran untuk melakukan revitalisasi sistem kinerja di instansi pemerintahan. 

Sebuah buku yang sungguh mampu membuat pembacanya tersadar betapa peningkatan kinerja bukanlah sebuah beban, tapi sebagai ikhtiar yang mengasyikkan agar bermanfaat buat sesama. 

Sedangkan buku “Nggedabrus ing Melbourne” adalah buku yang ia tulis sebagai ikhtiarnya untuk memberikan banyak contoh nyata tentang bagaimana sebuah negara dan pemerintahan melakukan kegiatannya yang bermanfaat untuk masyarakat, yang sekaligus dapat meningkatkan kinerjanya. 

Bagi Sofia Mahardianingtyas (chief of executive editor birokratmenulis.org), Ana adalah seorang yang selalu ceria dan energik ketika berjumpa. 

Banyak buku telah ditulisnya. Inisiatifnya, setidaknya 2 yang Sofia ikuti (yaitu Library Cafe BPKP dan Birokrat Menulis) telah menjadi gerakan yang menggema secara nasional. 

Pun dengan segala kehebatannya, Ana memberi kesan hangat sederhana penuh perhatian kepada semua kawannya. 

Sofia pun terkesan, bahwa di tengah sakitnya, Ana selalu melihat status Whatsapp Sofia. Dari komentarnya, seringkali berkembang menjadi diskusi seru dan tidak lupa Ana selalu menyisipkan nasihat kepada Sofia. 

Bahkan, seringkali Ana mampu meredam emosi Sofia yang sedang gundah dengan tutur katanya. Meskipun 3 tahun terakhir ini Ana tak pernah mengizinkan untuk berjumpa langsung karena tak mau kawan dekatnya bersedih melihatnya berjuang dalam kesakitan melawan kanker. 

Intinya, nasihat, diskusi, sampai hal-hal kecil yang tak semua orang mampu diajak oleh Sofia berbicara, Ana selalu ada. Rupanya, ikatan emosional semacam ini dibangun dengan kuat oleh Ana kepada banyak orang yang ia kenal.

Lazimnya, bagi yang pernah berbicara atau berbincang “japri” dengannya, pasti ada kenangan mendalam dari obrolan dengan Ana.

Andi P. Rukka, editorial board birokratmenulis.org misalnya, sangat terkesan dengan tulisan Ana di Facebook mengenai pemahamannya tentang makna Al Quran yang menakjubkan. 

Darinya kita bisa menangkap isyarat kebenaran Al Quran yang presisi dari referensi yang kredibel. 

Yang kami kenang pada sosok Ana

Banyak kenangan kami bersama Ana. Pada suatu perjalanan ke kota Pangkep dalam sebuah penugasan kantor, Eko sempat bercanda padanya. 

Apakah nanti di surga masih bisa berdiskusi dan menulis? Bukankah di surga semua tersedia dan segala hal bisa kita lakukan? Dia tertawa karena pertanyaan itu tak pernah dia pikirkan sebelumnya. 

Karena gambaran surga bagi kebanyakan kita bukankah memang hanya untuk bersuka ria saja. Dua hal tadi, berdiskusi dan menulis, seperti sudah lekat pada pribadinya. 

Energik dan optimis. Dua hal tersebut yang Eko rasakan ketika membaca tulisan-tulisan Ana. 

Meski Ana telah pergi meninggalkan kita di dunia, ada legacy Ana yang masih akan terus kita kenang, yaitu, lewat ide-ide dalam tulisannya dan buku-buku yang dia wariskan. 

Bahkan, Ana masih sempat menuliskan perjuangannya melawan kanker yang dideritanya dalam sebuah buku. 

Eko bahkan sempat berpikir, jangan-jangan saat ini Ana sedang asyik menulis sesuatu atau tengah menyiapkan sebuah buku baru di alam sana.  Wallahu a’lam bishowab.

Bagi Dewi Utari (active writer birokratmenulis.org), yang sempat satu kelas di masa sekolah dengan Ana, Ana adalah sosok yang humoris, kritis, cerdas dan menggemaskan. 

Ia memanggil Ana dengan nama ‘Nung”. sebuah nama yang lekat dengan keseharian Ana waktu itu. 

Saat itu awal tahun 90-an mereka mempunyai guru killer, yakni Mr G, yang sudah sepuh dan sangat tenar galaknya. Namun, khusus di kelas mereka, Mr G bisa terkekeh- kekeh berkat ‘Nung”. 

Nung adalah satu-satunya murid yang mampu mengubah kelas Mr G berisi gelak tawa dengan cara yang unik dan menggemaskan.

Gaya Nung yang santai dan kocak ternyata justru sering membuat kejutan dan sungguh menghibur. 

Ide-ide Nung selalu eksplosif sehingga menjadikan tempat untuk Dewi dan  teman-temannya bertanya apapun hingga sampai pada saat mengatasi permasalahan dalam dunia kerja.

Nung selalu mendorong Dewi untuk menuangkan pemikiran dalam tulisan. Sedikit demi sedikit Dewi belajar menulis dari Nung, dan akhirnya Nung mengajaknya bergabung dalam Birokrat Menulis.

Bagi Dewi, meskipun Nung kini telah pergi dari dunia, semangat, gagasan, dan karyanya akan selalu hidup mewarnai dunia.  

Buat Temanku Di Sana

Berikut puisi karya Subroto (Active Writer birokratmenulis.org) untuk Ana:


Semangatmu begitu menggila, 
Untuk membantu sesama penderita.

Tak sekedar curhat atau keluhan, 
Catatan harian bisa dibukukan.

Empatimu begitu tinggi, 
Seolah tiada penyakitmu lagi.

Selalu memberi motivasi teman, 
Hingga penderita merasa nyaman.

Ada kabar tentangmu, 
Tiada percaya berita itu.

Kawan-kawan banyak yang bertanya, 
Karena masih diskusi WA dengannya.

Teman…..
Telah sampai perjalanan.

Amal baktimu banyak sekali, 
Perbaiki bangsa dan negeri.

Teman….
Sudahi sampai di sini.

Tak perlu berpikir lagi,
Istirahatlah ditempat abadi.

Hanya doa kami panjatkan, 
Bersama segudang amalan.

Dosamu akan terkurangi, 
Bersemayam di haribaan Illahi….

***

9
0
Redaksi

Redaksi

Author

5 Comments

  1. Avatar

    Kenal Mbak Ana saat ikut Diklat Pembentukan Auditor Ahli di Makassar tahun 2009. Mbak ana salah satu narasumber. Sejak itu kami lumayan intens berkomunikasi, baik urusan pekerjaan (beliau di BPKP, saya di Inspektorat), maupun urusan gerakan literasi. Kebetulan suaminya adalah kakak dari temanku, apalagi kami tinggal di kota yang sama.

    Kami kemudian jarang komunikasi setelah beliau kuliah di australia. baru kembali tersambung ketika beliau mengajak saya bergabung ke BM dan ikut kegiatan-kegiatan Library Cafe.

    Beliau sahabat dan guru yang baik. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima amalnya, dan selalu merahmatinya.

    Reply
  2. Avatar

    Sebenarnya saya sudah pernah mengenal mbak Nunung sejak tahun 2000, ketika mbak Nunung kuliah D4 dan saya bekerja di STAN, Ada kegiatan bersama yang kami laksanakan, namun kemudian saya pindah penugasan ke Palembang dan hilang kontak dengan almarhumah.
    Ketemu lagi di awal tahun 2015, di Melbourne ketika almarhumah melanjutkan studi doktoral dan saya CLTN karena mendampingi suami yang kuliah doktoral di kampus yang sama dengan almarhumah.
    Mbak Nunung mengirim messenger ke akun saya dan mengingatkan kegiatan yang sama-sama kami ikuti pada tahun 2000 itu dengan nama teman2 lain yang ikut di kegiatan tersebut. Kebetulan suami mbak Nunung, bekerja di Queen Victoria Market dimana stand-nya berhadapan dengan stand yang saya jaga.
    Mbak Nunung juga lah yang menyemangati saya untuk menulis dan ketika saya sudah kembali ke Jakarta, memasukkan saya ke grup Birokrat Menulis ini.
    Terima kasih Nung, engkau menjadi jalan bagi saya untuk belajar menulis dan menggabungkan saya dengan komunitas ASN lintas K/L/D yang memperluas wawasan saya.

    Reply
  3. Avatar

    Awal bulan itu, kami masih diskusi ringan seputar oenggunaan canabis sebagai terapi kanker. Mbak Ana (semoga ALLAH merahmatinya) sudah melakukan beberapa pendalaman, akan tetapi memang status zat tersebut yang memang masih terlalu tabu di lingkungan kesehatan. Mungkin bisa menjadi PR jangka panjang bagi birokrat di layanan kesehatan, akademisi atau peneliti, untuk mengeksplorasi hal tersebut. Terlebih sudah ada beberapa yang memberikan toleransi dalam terapi kanker

    Reply
  4. Avatar

    Terimakasih telah menulis ttg Ana. Kami di lingkungan luar birokrat juga punya sejumlah perjalanan dengan Ana, dan semua itu meninggalkan legacy yang baik.

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post