Meningkatkan Efektivitas Promosi Daerah*

by | Feb 8, 2019 | Birokrasi Efektif-Efisien | 5 comments

Dalam upaya mendorong percepatan pembangunan, pemerintah gencar melakukan promosi daerah karena promosi diharapkan menarik penanam modal (investor), pebisnis (traders), dan wisatawan (tourists).

Ada kebiasaan di kalangan organisasi perangkat daerah (OPD) yang menerjemahkan promosi sebagai pameran. Padahal pameran hanyalah satu bagian dari promosi, dan promosi adalah salah satu unsur dari pemasaran. Sesungguhnya pemasaran secara komperensiflah yang dibutuhkan dalam rangka pembangunan daerah.

Baca juga:Β  Memahami Prinsip Pemasaran Daerah, https://birokratmenulis.org/memahami-prinsip-pemasaran-daerah/.

Dalam konteks daerah, promosi dapat diartikan sebagai proses menginformasikan dan mengingatkan para pelanggan akan produk daerah seperti infrastruktur, suprastruktur, layanan publik, pariwisata, bahan baku dan barang jadi, sumber daya manusia, investasi, dan juga lokasi.

Proses itu berlanjut pada membujuk dan memengaruhi pelanggan tersebut untuk melakukan transaksi. Pelanggan yang dimaksud adalah resident (penduduk), trader (pedagang), tourist (wisatawan), investor (penanam modal), talent (sumber daya manusia berkualitas), developer (pengembang), dan organizer (penyelenggara) yang disingkat RTTI-DO.

Sebagus dan sesering apa pun daerah berpromosi (promotion), pada akhirnya pelanggan akan melihat ketiga unsur lain yaitu product, price, dan place. Biaya produksi dan keuntungan akan selalu menjadi pertimbangan utama sebuah perusahaan yang notabene pedagang. Bahkan wisatawan sendiri pun tidak menepikan urusan harga dalam memilih tujuan wisata.

Sebaliknya, jika tanpa promosi, maka proses peningkatan penjualan akan berjalan lamban akibat informasi yang lambat. Kita mungkin bertanya mengapa sebuah merek terkenal masih melakukan promosi besar-besaran di berbagai media dalam berbagai kesempatan, padahal merek tersebut sudah tergolong sebagai market leader. Jika ditinjau dari ilmu pemasaran, maka tak lain tujuannya adalah untuk terus membenamkan citra merek tersebut di pikiran bawah sadar para pelanggan.

Ada stigma di kalangan masyarakat, wakil rakyat, maupun di jajaran pengambil keputusan dalam birokrasi, bahwa kegiatan promosi adalah sebuah pemborosan. Pola pikir yang jauh berbeda dengan pihak swasta meski pendapat ini tidak selamanya salah.

Tidak dipungkiri bahwa dalam penyelenggaraan promosi bisa terjadi pemborosan. Fenomena yang sebenarnya terjadi di berbagai kegiatan seperti proses pengadaan barang, jasa konstruksi, kegiatan penyuluhan, pesta olahraga, bahkan pada penanggulangan bencana sekalipun.

Jika poin utamanya adalah bagaimana mengefektifkan promosi, rangkuman berikut mungkin bisa membantu menakar promosi daerah yang ideal.

Strategi Promosi

Strategi diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. Promosi adalah tentang kreativitas dan dinamika. Konsep dan materi promosi haruslah up to date dan merespon perkembangan terbaru. Model yang usang dan informasi yang tidak relevan akan ditinggalkan oleh para target promosi. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dan diteliti dalam pengembangan strategi promosi adalah:

  1. Materi promosi

Perlu dipersiapkan bahan-bahan informasi yang akurat dan up to date. Materi yang dipromosikan haruslah berasal dari penelitian yang baik. Investasi, produk unggulan dan daerah wisata yang dipromosikan juga telah melalui tahap uji kelayakan.

Percuma mempromosikan sesuatu yang nantinya setelah ditelusuri pelanggan ternyata tidak sesuai dengan yang dipromosikan. Semakin rinci rumusan materi promosi, maka semakin mudah dan cepat para investor, trader, dan tourist untuk mengambil keputusan dan semakin singkat pula waktu yang diperlukan dalam kegiatan promosi. Dengan sederhananya metode promosi, maka biaya juga dapat dihemat.

Pembuatan materi promosi hendaknya diserahkan pada yang ahli. Pengalaman menunjukkan bahwa pembuatan yang setengah-setengah pada akhirnya akan menghabiskan biaya lebih besar akibat repetisi pengadaan.

 

  1. Konsep yang akan diterapkan

Konsep promosi sebaiknya dipikirkan dan direncanakan dengan matang. Tidak hanya satu, tetapi ada beberapa konsep untuk diterapkan di waktu dan media yang berbeda. Promosi bisa dilakukan dengan bentuk ekshibisi, publikasi, temu usaha, atau talkshow. Semakin tepat dan kreatif konsep yang dilakukan, maka akan semakin efektif pula kegiatan promosi itu.

Salah satu konsep menarik yang sudah dilakukan negara-negara lain dan beberapa daerah di Indonesia adalah dengan menayangkan materi promosi di bandara dan pesawat dalam bentuk majalah, brosur, atau video. Saat televisi kamar di hotel pertama kali dinyalakan, misalnya, maka video promosi wisata yang otomatis diputar. Badan Penanaman Modal Medan sendiri melakukan penayangan video promosi di sinema-sinema.

Konsep lain yang lebih berdampak luas adalah melalui film layar lebar yang menggunakan lokasi syuting di daerahnya dengan menunjukkan keindahan daerah tersebut. Promosi terselubung ini cepat mengundang perhatian publik. Lihat betapa semakin terkenalnya Belitung pasca film Laskar Pelangi (2008). Begitu pula objek wisata Pulau Mursala di Tapanuli Tengah setelah film Mursala (2013).

Ekshibisi sebaiknya dilakukan secara kolaboratif antar OPD yang berkaitan dengan ITT (investment, trade, tourism). Jika pun tidak dapat menggelar secara bersama-sama, hendaknya setiap kegiatan menampilkan materi promosi ketiga unsur tersebut, seperti buku, brosur, selebaran, poster, banner, atau CD/DVD.

Perlu dipahami bahwa dalam sebuah ekshibisi, setiap exhibitor adalah perwakilan dari daerahnya. Sehingga pengunjung menuntut informasi lebih luas menyangkut daerah tersebut, bukan hanya sebatas tupoksi OPD yang hadir. Kebijakan pemeran terpadu akan meningkatkan efisiensi anggaran dan memaksimalkan kesempatan yang ada untuk mempromosikan semua bidang terkait tersebut.

Sebagai contoh, pada satu tahun anggaran OPD A menggelar ekshibisi di Jakarta pada bulan Maret. Kemudian OPD B pada bulan Juni, dan OPD C datang pada bulan September. Jika ekshibisi dapat digelar secara terpadu antara OPD A, B, dan C, misalnya di bulan Juni, maka anggaran yang terhemat dari masing-masing OPD tersebut dapat digunakan untuk ekshibisi di kota lain sehingga jangkauannya lebih luas.

  1. Teknologi yang akan digunakan

Teknologi internet membuat penyebaran informasi lebih cepat dan murah. Website dan media sosial merupakan sarana yang paling populer saat ini. Ada baiknya pemerintah daerah menetapkan satu OPD yang bertanggung jawab mengelola sistem informasi promosi, atau setidaknya, khusus untuk promosi produk daerah.

Realita di lapangan yang jamak terlihat ialah bahwa masing-masing OPD membuka jalur informasi dan promosi sendiri. Sebagai contoh, untuk pengembangan dan pemasaran UKM, Dinas Koperasi membangun portal UKM, sementara Dinas Perindustrian juga melakukan hal yang sama atas nama IKM, tak ketinggalan pula Dinas Pariwisata yang membawa bendera industri kreatif. Dinas Penanaman Modal sendiri mengemukakan alasan aspek bisnis dan investasi dalam mempromosikan pelaku usaha yang mungkin saja orang yang sama.

Alangkah lebih besar dampak yang terjadi jika portal pemasaran produk daerah itu disatukan atas nama daerah itu sendiri. Masyarakat tidak menjadi bingung dan anggaran pun dapat dihemat.

  1. Waktu pelaksanaan

Strategi promosi juga harus memperhitungkan time schedule kegiatan promosi. Waktu pelaksanaan akan disesuai dengan konsep promosi dan teknologi. Kombinasi yang tepat untuk ketiganya akan mendatangkan hasil yang maksimal.

OPD sudah harus menjadwalkan lalu menyesuaikan dengan konsep promosi yang akan dilakukan. Jika bertindak sebagai penyelenggara, pemilihan waktu juga disesuaikan dengan target yang ingin disasar. Sebagai contoh, promosi dilakukan pada musim liburan atau memanfaatkan kegiatan-kegiatan lain yang berskala besar seperti Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang yang lalu.

  1. Segmentasi target

Segmentasi target penting dalam pemasaran untuk mengefektifkan kegiatan promosi. Para pelanggan yang menjadi target promosi dipilah-pilah berdasarkan karakteristiknya untuk kemudian dilakukan upaya promosi yang sesuai.

Misalnya, pada pagelaran ekshibisi lokal seperti Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), maka OPD menyesuaikan materi promosi lebih kepada informasi produk unggulan, pariwisata, publikasi pembangunan, dan sosialisasi peraturan atau proses perizinan usaha karena mayoritas pengunjung yang datang adalah penduduk (residents).

Tentu saja OPD tetap mempersiapkan materi potensi investasi jika ada investor yang kebetulan berkunjung. Perlu disadari bahwa merupakan kewajiban pemerintah daerah untuk menginformasikan perkembangan daerah kepada penduduknya. Sebab, warga berhak tahu apa saja yang telah dikerjakan oleh para pelayan publik.

Lokasi mempengaruhi keberhasilan menyasar target. Saat menyelenggarakan sebuah ekshibisi, perlu diperhatikan target yang akan dibidik baru kemudian menentukan lokasi. Untuk mempromosikan produk-produk seperti pakaian dan kerajinan, mal menjadi pilihan terbaik karena pembeli sudah ada di sana.

Melakukan pameran di lokasi tersendiri terbukti lebih sedikit didatangi pengunjung, kecuali pameran berskala internasional yang pembelinya memang sudah didatangkan secara khusus seperti Inacraft dan Trade Expo indonesia, atau kegiatan pesta rakyat yang sudah menjadi agenda tahunan serperti Pekan Raya Jakarta, Pekan Raya Sumatera Utara, atau Pesta Pulau Pinang Malaysia.

Melakukan pameran investasi di lokasi-lokasi wisata seperti Kuta Bali atau pantai Senggigi Lombok juga tidak menemukan target yang pas karena pengunjung pada dasarnya adalah wisatawan yang ingin bersantai, termasuk kalangan usia muda yang bukan pebisnis atau investor. Sebaliknya, pameran pariwisata justru bisa dilakukan di kawasan elit atau pusat perbelanjaan karena segmen pasar pariwisata ada pada semua elemen masyarakat.

Kegiatan temu usaha seharusnya dihadiri oleh buyer dan investor potensial baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu caranya adalah dengan mengontak komunitas, asosiasi, atau jaringan pebisnis selain konsulat jenderal negara-negara sahabat. Kehadiran peserta yang kompeten akan memberikan dampak bagi upaya berkesinambungan dalam mengembangkan bisnis lokal dan meningkatkan iklim investasi.

Temu usaha juga sebaiknya digelar secara rutin pada waktu yang sama sehingga masuk dalam kalender kegiatan para pebisnis dalam negeri dan luar negeri. Pelaksanaan yang tidak tetap akan menurunkan kredibilitas kegiatan tersebut di mata pelaku usaha.

Demikian pula dengan roadshow (promosi keliling), agar digelar di kota-kota besar yang ditengarai memiliki buyer, investor, dan tourist potensial. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Informasi mengenai tempat tujuan tersebut dapat diperoleh antara lain dari analisa data asal investor yang sudah beroperasi, asosiasi usaha, jaringan bisnis, dan konsulat jenderal/kedutaan besar. Tim promosi seyogyanya membawa serta pelaku usaha atau asosiasi tertentu dalam rangka memaparkan peluang investasi, potensi bisnis, atau pariwisata.

Sumber Daya Manusia

Pelaksanaan semua strategi promosi tentu berpulang pada aparatur sebagai sumber daya manusia. Penyiapan dan peningkatan SDM promosi ini ternyata sering luput dari perhatian sehingga hampir tidak pernah direncanakan program dan kegiatan seperti untuk menyeleksi dan melatih personil yang bertugas di bidang promosi.

Sumber daya manusia yang dipersiapkan untuk menangani promosi daerah, idealnya dibekali pengetahuan marketing yang mumpuni, bukan sekedar petugas pelaksana kegiatan saja.

Dalam pelaksanaan ekshibisi, formasi personil juga perlu diperhatikan demi kemanfaatan dan efisiensi anggaran. Formasi tim promosi bisa berbeda-beda menurut kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai contoh, pada promosi produk unggulan daerah, maka idealnya tim lebih banyak diisi oleh pelaku usaha itu sendiri.

Begitu pula halnya pada kegiatan promosi lain seperti temu usaha dan roadshow, komposisi aparatur bisa mendominasi mengingat perlunya membicarakan aturan-aturan dan program-program pemerintah. Harus diingat pula bahwa pemerintah bertindak sebagai fasilitator. Oleh karena itu aparatur memposisikan diri sebagai penyelenggara, pembimbing dan pengawas. Bukan sebagai pelaku utama dalam kegiatan pameran.

Penutup

Kendala yang umum terjadi dalam pengelolaan pemerintah daerah adalah koordinasi antar sektor. Jelas lebih mudah mengelola kegiatan yang diselenggarakan secara tunggal. Namun, jika yang ingin dicapai adalah efektivitas dan efisiensi, maka kolaborasilah yang harus ditingkatkan dalam setiap kegiatan promosi daerah, bukan dengan mengurangi kegiatan promosi itu sendiri.

*) Tulisan ini merupakan intisari dari buku yang berjudul β€œMenakar Promosi Daerah” (2018) yang ditulis oleh penulis yang sama.

 

 

3
0
Bergman Siahaan β—† Professional Writer

Bergman Siahaan β—† Professional Writer

Author

Mengabdi di Pemerintah Kota Medan, pernah belajar Ekonomi Pembangunan di Universitas Sumatera Utara dan program Master of Public Policy di Victoria University of Wellington, New Zealand.

5 Comments

  1. Sofia

    Nice share, bang Bergman…

    Reply
  2. Cak Bro

    Tulisan ini cukup menggigit karena memang lebhi efisien dan efektif bila ada koordinasi dan sinergi antara OPD agar hasil menjadi lebih optimal.
    Namun terkadang adanya Silo bagi Pemda dengan anggaran promosi sdh tersedia sesuai dg perencanaan, ini mungkin bisa menjadi faktor penghambat.

    Selain itu, mungkin tulisan ini lbh baik jika menyasar ke kementrian pariwisata atau terkait agar mengkoordinasikan terutama bagi Pemda yg tidak punya dana cukup dalam promosi wisata tuk saling bekerjasama dan bersinergiπŸ™πŸ™πŸ‘πŸ‘

    Reply
  3. Cak Bro

    Mantap buat bung Bergman, tulisan ini cukup menggigit karena memang lebih efisien dan efektif bila ada koordinasi dan sinergi antara OPD agar hasil menjadi lebih optimal.
    Salah satu hambatannya mungkin karena Pemda merasa memiliki anggaran promosi tersendiri sesuai dg perencanaan.

    Selin itu, patut jadi perhatian jika tulisan ini menyasar ke kementrian pariwisata agar mengkoordinasikan bagi Pemda yg tidak punya dana cukup dalam promosi wisata tuk saling bekerjasama dan bersinergiπŸ™πŸ™πŸ‘πŸ‘

    Reply
  4. Avatar

    Pola promosi masih terbatas kepada promo-promo yang sifatnya konvensional. Mungkin perlu ditelaah lebih lanjut, bagaimana pemasaran para milenial sampai akhirnya mampu mengubah tatanan masyarakat secara masif seperti saat ini dan masa mendatang

    Reply
    • Bergman

      Benar pak Atas. Polanya harusnya udah bergeser ke wilayah IT meski eksebisi bukan ditinggalkan. Terima kasih sudah menambahkan.

      Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post