Komeng dan Komedi Politik Indonesia

by | Feb 24, 2024 | Politik | 0 comments

Spontan! Komedian Komeng Unggul Sementara di Pemilihan DPD Jabar - Akurat

Tahap pencoblosan dalam pemilu tahun 2024 sudah kita lewati. Ada beberapa hal yang menarik dari hajatan akbar politik tahun ini. Maklum, politik memang seringkali memunculkan element of surprise

Meskipun banyak warga negara yang apatis terhadap politik, tetapi element of surprise ini yang membuat politik terlihat begitu seru. Seru untuk dikomentari, dianalisis, bahkan diperdebatkan.   

Berbagai Kejutan di Pemilu 2024

Kejutan pertama dimunculkan oleh hasil Pilpres yang di luar prediksi banyak pihak. Awalnya, banyak yang memprediksi bahwa Pilpres akan berjalan dua putaran. Hal ini terlihat dari adanya gestur yang dinilai tidak sopan dari cawapres nomor 2 kepada Prof. Mahfud saat debat terbuka cawapres. 

Juga munculnya film “Dirty Vote” di masa tenang kampanye, yang dinilai menjadi penentu ‘keyakinan’ bagi para undecided voters untuk menentukan pilihannya di tanggal 14 Februari lalu.  

Meskipun kita masih menunggu proses hitung resmi dari KPU, namun menurut hasil quick count, pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran mendapatkan suara di atas 50%. Dengan demikian syarat untuk menang satu putaran sudah bisa terpenuhi. 

Dalam Pileg, kejutan terjadi pada partai politik yang sebelumnya diprediksi akan masuk ke Parlemen, ternyata hasil dari quick count-nya menunjukkan partai tersebut tidak mampu mencapai angka ambang batas Parlemen (Parliamentary Threshold).

Hal ketiga yang menarik dari perhelatan demokrasi kemarin yaitu tentang Komeng yang meraup suara terbanyak dalam pemilihan DPD Provinsi Jawa Barat. Menurut perhitungan Sirekap KPU per tanggal 22 Februari 2024, Alfiansyah Komeng sudah mendapatkan 2 juta suara. Melesat jauh di atas kompetitor lainnya. 

Komeng: Warna Baru dalam Pemilu

Terpilihnya Komeng sebagai salah satu senator dari Jawa Barat memberikan warna baru dalam proses pemilu. Memilih maju tanpa partai politik (DPD), tidak banyak pasang baliho, tidak ‘berisik’ kampanye di medsos, serta menampilkan foto yang unik di kertas surat suara, mampu mengantarkannya melenggang ke Senayan. 

Apa yang terjadi dengan Komeng ini
seolah membalikkan anggapan sebagian besar orang. Jika ingin ikut kontestasi pemilu,
maka harus bergabung dengan partai politik, menyiapkan dana besar,
pasang baliho di jalanan, aktif di medsos, pencitraan,
bagi-bagi sembako, serangan fajar, dan mengadakan kegiatan-kegiatan
populis lainnya. 

Meskipun begitu, keberhasilan Komeng masuk sebagai anggota DPD bukan didapatnya secara gratis. (Yaiyalah, karena untuk masuk ke kantor DPD perlu kendaraan yang ada bensinnya. Dan bensin tidak didapat secara cuma-cuma). 

Untuk bisa sukses menjadi senator, ada sesuatu yang mahal yang Ia investasikan selama bertahun-tahun. Sesuatu ini yang belum tentu bisa dilakukan oleh banyak politisi lainnya.

Sebuah Investasi (Politik) yang Mahal

Di tengah kemudahan mengubah penampilan dengan bantuan AI, ditambah dengan lingkungan sosial yang serba narsis dan haus akan validasi dari orang lain, menjadi diri sendiri yang orisinal merupakan nilai yang sangat mahal.

Di saat para politisi berlomba-lomba untuk pencitraan, memoles diri demi meraup suara masyarakat, Komeng hadir dengan dirinya yang orisinal. Foto dengan pose yang jenaka di surat suara, sudah menunjukan jati diri Komeng. 

Dia memperlihatkan dirinya sendiri, sebagaimana yang sudah Ia tampilkan dan dikenal publik selama berpuluh-puluh tahun. Tidak ‘ujug-ujug’ mengubah diri menjadi layaknya politisi kebanyakan.   

Keberhasilan Komeng meraup banyak suara adalah berkat dari etos kerjanya membangun personal branding di mata masyarakat. Masyarakat mengenal Komeng sebagai sosok yang humoris, humble, dan jauh dari kontroversi. 

Sebagai pelawak, Komeng juga memiliki popularitas yang tinggi, sehingga membuatnya banyak memiliki basis penggemar. Dua dari tiga kunci sukses dalam politik sudah terpenuhi, yakni popularitas dan elektabilitas. 

Menghadirkan Komedi dalam Politik

Di samping itu, kehadiran Komeng seolah memberi jawaban tersendiri dari rasa kejumudan masyarakat terhadap tingkah polah para politisi. 

Kampanye politik tahun 2024 ini, kerap diwarnai aksi saling sindir, hoaks, gimmick, dan negative campaign lainnya. Tidak sedikit masyarakat yang jengah akan hal tersebut. Kehadiran Komeng dalam surat suara, mampu memberikan warna berbeda dalam pemilu. 

Masyarakat menilai bahwa masih ada sebagian atau ‘oknum’ politisi dan pejabat publik yang berperilaku nyeleneh. Banyak drama, sering buat kebijakan yang lucu, dan lain sebagainya. 

Kita mungkin tak habis pikir tentang bagaimana bisa orang yang diamanahi untuk memberangus kejahatan justru menjadi pelaku dan merekayasa kasus kejahatan. 

Orang yang seharusnya peka terhadap kemiskinan,
justru melakukan tindak pidana korupsi dana bansos. Tak lupa juga adanya penjaga konstitusi,
tapi malah membuat keputusan yang kontroversi.
Sebuah puncak komedi.   

Di parlemen pun, kita masih menemukan adanya ‘oknum’ anggota dewan yang tidak serius menjalankan tugasnya. Ada yang bolos sidang, tidur, nonton film biru, ada yang main game saat sidang, dan berbagai perilaku nyeleneh lainnya.  

Mungkin ini yang membuat masyarakat menilai bahwa sekalian saja menempatkan komedian sebagai anggota parlemen. Cara yang dipakai oleh komedian dalam berpolitik dapat memikat hati pemilih dibanding para politisi kebanyakan. 

Komedian pun Punya Visi yang Serius

Namun, sekomedi-komedinya komedian, ternyata mereka punya visi yang serius juga. Apa yang ingin diperjuangkan oleh Komeng, nyatanya bukan kaleng-kaleng. 

Dalam berbagai wawancara di media maupun podcast, Ia menyampaikan concern-nya terhadap kesenian dan kebudayaan. Ia ingin menghidupkan kembali aktivitas di gedung-gedung kesenian. 

Komeng punya misi membuat Indonesia seperti Korea Selatan. Menurutnya, Korea berhasil menjajah negara lain bukan dengan penjajahan fisik, tetapi dengan penjajahan budaya. Bukankah Indonesia negara yang kaya akan keragaman budaya? 

Maka dengan cara berpikir Komeng ini, kita bisa menghidupkan dan menempatkan kebudayaan itu sebagai nilai luhur bangsa kita. Salah satu bentuknya, seni budaya asli Indonesia diberi panggung yang layak dan menjadi kebanggan. Salah satu manfaatnya nanti, menjadi pemasukan tambahan bagi APBN. 

Apa yang disampaikan Komeng ini, bisa menjadi pemantik diskusi yang lebih serius lagi terkait dengan desain kelembagaan pemerintah. Terutama bagi diskursus perancangan arsitektur kabinet pemerintahan yang akan datang. 

Sudah tepatkah urusan kebudayaan bersanding dengan pendidikan dan riset dan teknologi? Ataukah urusan kebudayaan perlu digeser menjadi satu kendali dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif?    

Epilog: Inspirasi dari Uhuyyy  dan Bercyandyaaa…

Keberhasilan Komeng dalam kontestasi pemilu, menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin terjun ke dunia politik. Bila banyak politisi yang menduplikasi cara-cara Komeng, saat pilkada nanti mungkin kita akan menemukan kembali calon kepala daerah dengan foto nyelenehnya di surat suara.

Kalau kata ‘Uhuyyy’ yang dipopulerkan oleh Komeng di era ‘90-an, dapat mengantarkannya melenggang ke Senayan. Mungkinkah kata ‘Bercyandyaaa” mampu untuk mengantarkan Abigail Manurung sukses dalam kontestasi pemilu 20 atau 25 tahun mendatang?  

Bercyandyaaa. 

0
0
Oki Kurniawan ◆ Professional Writer

Oki Kurniawan ◆ Professional Writer

Author

ASN Analis Kebijakan di Biro Hukum dan Humas Lembaga Administrasi Negara. Alumni Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Unpad. Suka menulis dan memiliki ketertarikan pada bidang pengembangan kompetensi SDM, politik, kebijakan publik dan isu-isu sosial lainnya. Dapat dihubungi melalui alamat email [email protected] atau bisa di follow instagram @oki_kurnia1 untuk kenal lebih dekat.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post