Raja Krisna dan Mahamantri Rakryan

by | Jan 13, 2021 | Sastra | 0 comments

Amarta,  sebuah kerajaan kecil di ujung timur nusantara dipimpin oleh seorang Raja bernama Krisna. Dibawah kepemimpinan Krisna masyarakat Amarta merasa bahagia, hidupnya makmur dan damai. Kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat dilindungi dan dijamin oleh kerajaan.

Sejak awal didaulat menjadi Raja, Krisna bersumpah untuk melayani rakyat. Baginya menjadi Raja adalah persembahan hidup kepada Tuhan dalam bentuk pelayanan kepada rakyat. Memberikan yang terbaik bahkan berkorban untuk rakyat adalah bentuk dari persembahannya kepada Tuhan.

Warga sangat senang dan puas dengan gaya kepemimpinan Krisna.  Kehidupan begitu menyenangkan, sumber daya alam yang tidak terlalu melimpah dapat dimaksimalkan dan dikembangkan. Pendidikan setiap warga terjamin,  kesehatan mendapat perhatian yang sangat baik, seluruh kebutuhan masyarakat terpenuhi.

Kerajaan melatih kemandirian rakyatnya melalui pendidikan sejak usia dini, hampir tidak ada pengangguran disana. Semua usia produktif mendapatkan pekerjaan yang layak. Lembaga pendidikan dan industri menjalin sinergi. Lembaga keagamaan turut andil dalam menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh.

Pembangunan berjalan sangat baik, kerajaan membangun infrastruktur yang menghubungkan satu tempat ke tempat yang lain. Moda transportasi disediakan oleh kerajaan, rakyat hanya perlu membayar dengan harga murah jika ingin menikmati layanan itu.

Rakyat sadar betul, bahwa kerajaan telah memberikan layanan yang terbaik, oleh sebab itu sebagai  imbal balik  mereka  mematuhi semua aturan kerajaan. Kalaupun ada yang melanggar, maka ia akan berhadapan dengan para hulubalang yang  terkenal adil dan tidak pandang bulu.

Menurut cerita dari orang dalam  di kerajaan, Amarta dahulu tidak seperti itu. Raja memperkaya diri sendiri, masyarakat hanya dijadikan obyek pajak untuk mengisi pundi-pundi kerajaan yang ujungnya dijadikan bancakan bagi para petinggi.

Aparat  kerajaan terlihat bekerja dengan  sungguh-sungguh, tapi itu hanya pencitraan saja, didalam mereka saling bersiasat untuk mempertahankan jabatan dan mengais keuntungan. Raja pun seolah peduli dan memperhatikan nasib warganya, tapi itu hanya nampak luar, didalam ia bersekongkol dengan para pemilik modal. Hulubalang mengawasi warga yang kritis kepada kerajaan, jika sulit diatur mereka akan melenyapkannya.

Kondisi itu berubah saat Krisna memimpin. Setelah dilantik oleh Dewan Raja, pertama kali yang dilakukannya adalah memperbarui struktur kerajaan. Ada beberapa bagian penting didalam struktur kerajaan.  

Untuk membantu Raja menciptakan ide dan strategi pembangunan dibentuklah Mahamantri Katrini yang bertugas untuk melakukan  perencanaan. Untuk hal ini, dicarilah orang yang berpendidikan dan ahli dalam menyusun strategi. Antinya, ia mempunyai tugas perencanaan  pembangunan di penjuru Kerajaan  Amarta.

Kemudian Raja membentuk Mahamantri Wilwatikta yang bertugas sebagai pelaksana yang terdiri dari beberapa unit, ada unit khusus kesehatan, pendidikan , keuangan, sumber daya, dan sosial. Masing-masing unit diisi oleh para insinyur, ilmuwan, dan teknisi handal. Di bawah kendali Mahamantri Wilwatikta masing-masing unit bertugas untuk melaksanakan pembangunan dan kegiatan yang telah direncanakan oleh Mahamantri Katrini.

Selanjutnya Raja berpikir siapa yang akan menjamin semua yang dilaksanakan telah sesuai dengan apa yang direncakan dan juga keinginan Raja? Atas usul beberapa tokoh masyarakat maka dibentuklah bagian yang paling penting, yakni Mahamantri Rakryan. Gunanya untuk menjamin dan memastikan  bahwa yang direncanakan dan pelaksanaannya sesuai dengan keinginan Raja dan konstitusi kerajaan , yakni melayani rakyat sebaik-baiknya.

Pada saat membentuk Mahamantri Rakryan ini Sang Raja mengundang beberapa tokoh masyrakat, tokoh agama, dan para bijak. Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya dicarilah orang yang mempunyai integritas, berani, berpendidikan tinggi, mempunyai sifat kepemimpinan, dan juga loyal kepada kerajaan.

Sang Raja berharap orang seperti itu dapat membantunya dalam mengawasi berjalannya kerajaan dengan baik. Raja ingin semua uang yang digunakan kerajaan dapat bermanfaat untuk semua warga, ia ingin memastikan pembangunan berjalan dengan baik tanpa harus mengorbankan alam dan masa depan Kerajaan  Amarta.

Di sisi lain, Krisna menyadari  bahwa bisa saja suatu saat langkah yang diambilnya tidak tepat untuk menjawab problematika kerajaan, maka Raja  ingin Mahamantri Rakryan dapat mengingatkan jika suatu saat ia membuat sebuah keputusan yang melenceng.

Setelah Mahamantri Rakryan terbentuk dan diisi oleh para abdi kerajaan yang kompeten, selanjutnya Raja memberikan beberapa wewenang khusus. Menurut Raja , ibarat pasukan, selain orang yang mahir menggunakan senjata maka perlu kualitas senjata yang canggih, kalau hanya mahir menggunakan senjata tapi tidak mempunyai senjata itu sendiri maka akan sia-sia. 

Wewenang khusus yang diberikan adalah akses 24 jam komunikasi kepada Raja, pemeriksaan pada bagian yang dicurigai dan akses penuh terhadap data di masing-masing Mahamantri.  Dengan 3 wewenang khusus ini maka Mahamantri Rakryan dapat bekerja dengan maksimal.

Lantas,apakah Mahamantri Rakryan belum ada sebelumnya? Masih menurut cerita orang dalam kerajaan, dulu pernah ada Mahamantri yang mirip, wewenangnya juga hampir sama, namun sayangnya sang Raja memilih orang yang tidak tepat untuk mengisi jabatan itu.

Raja memilih orang yang dekat dan memiliki hubungan khusus dengannya, dengan maksud Raja dapat “mengamankan” agenda culasnya. Alhasil, Mahamantri ini tidak bisa maksimal dalam bekerja , karena pejabatnya selalu dibawah bayang-bayang sang Raja.

Ok, kembali ke Raja Krisna. Pernah suatu saat sang Raja berencana membangun sebuah mall dan kawasan industri. Keputusan ini berasal dari dorongan salah satu bangsawan Amarta yang bekerja sama dengan bangsawan kerajaan  Astina.

Intinya, bangsawan ini memberikan masukan kepada Raja perlunya membangun Mall dan kawasan industri, karena lokasinya dekat dengan Istana Raja dan tempat strategis lainnya. Sayangnya di lokasi itu terdapat kawasan hijau yang berfungsi sebagai mata pencaharian rakyat dan menjadi penjaga ekosistem di wilayah itu.

Mendengar rencana itu , Mahamantri Rakryan melakukan kajian mandiri, dari hasil itu lantas menyampaikan kepada Raja, bahwa keputusan itu tidak tepat karena akan merusak keseimbangan alam dan menghilangkan mata pencaharian rakyat. Terlebih anggaran yang digunakan diambil dari kas kerajaan. Mendengar pertimbangan itu, Raja akhirnya menerima dan mengurungkan rencana pembangunan di kawasan tersebut.

Kiprah Mahamantri Rakryan sangat terasa dan terdengar hingga pelosok, semua pembangunan berjalan dengan baik, tidak ada konstitusi kerajaan yang dilanggar. Ketiga Mahamantri dapat berjalan sinergis, walaupun Mahamantri Rakryan mendapat tempat istimewa di mata Raja, namun tidak pernah menyalahgunkaan wewenang untuk menginjak Mahamantri lainnya.

Beberapa kali Raja “diselamatkan” oleh Mahamantri Rakryan saat akan mengambil keputusan. Dewan Raja memuji kinerja pemerintahan Raja Krisna. Hulubalang senantiasa bekerjasama dengan Mahamantri Rakryan, semua saling menghormati.

Begitulah kisah Raja Krisna dan Mahamantri Rakryan. Di ujung belahan dunia yang lain, tampaknya ada juga kisah seperti ini. Akan tetapi, apakah “Mahamantri Rakryan” disana juga  selalu didengar dan menjadi penyelamat Sang Raja? Atau hanya jadi stempel legitimasi keculasan sang Raja sambil terus bersolek gagah nan wibawa? Mari kita tanya pada orang dalam istana.


3
1
M. Isa Thoriq A. ▲ Active Writer

M. Isa Thoriq A. ▲ Active Writer

Author

ASN di Inspektorat Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2011. Sejak mahasiswa aktif di organisasi ekstra kampus. Dengan bekal ini Penulis masih menyimpan api idealisme dalam menjalankan tugasnya sebagai ASN. jalan birokrasi adalah jalan perjuangan.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post