Preferensi Politik Anak Muda di Pemilu 2024: Sebuah Kegelisahan sekaligus Optimisme

by | Dec 13, 2023 | Politik | 0 comments

Pemilihan Umum (Pemilu) akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024, menurut tahapan KPU RI yang bisa kita akses pada laman web resmi Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. 

Berdasarkan daftar pemilih tetap yang juga dirilis oleh KPU, saya menyoroti pemilih pemula muda yang kurang lebih sebanyak 53% s.d 55 % atau sebanyak 107 juta orang pemilih. 

Surplus Usia Muda Produktif yang Memilih

Hal ini tentunya sangat menarik perhatian saya dalam meneliti fenomena baru, bahwa saat ini bangsa Indonesia mengalami surplus jumlah usia muda produktif. Menurut data BPS, usia muda produktif antara rentang usia 20-35 tahun sebanyak 66 juta jiwa. 

Dari data di atas saya akan menampilkan data hasil pengumpulan sampling data mahasiswa di beberapa universitas yang bisa saya jangkau akses mereka. Yaitu di Kota Serang, Jakarta, Jogjakarta dan Bandung. 

Data yang saya ambil bukan untuk menggambarkan jumlah mahasiswa, tetapi untuk menjelaskan current issue yang ditangkap mahasiswa saat ini, terutama ketertarikan mahasiswa pada perhelatan pesta demokrasi tahun 2024 mendatang. 

Pengumpulan data yang saya lakukan menggunakan platform Google form di alamat https://forms.gle/1UyW4S2KGP4h7xV46 dan bisa diakses oleh publik. Namun lokus fokusnya adalah mahasiswa yang masih dan sedang belajar di universitas masing-masing. 

Sayapun tidak mengkhususkan pada salah satu fakultas saja tetapi siapapun bisa mengisi link tersebut. Hasil penelitian sederhana ini untuk mengetahui sejauh mana pendapat mereka terhadap

Pemilihan Umum tahun 2024 ini, di mana mereka sudah menjadi pelaku pemberi suara, sebagaimana hak mereka yang sudah terdaftar sebagai pemilih tetap. 

Data Awal 

Data yang saya kumpulkan berjumlah 53 orang mahasiswa dari 6 (enam) universitas yang tersebar lokasinya di Kota Serang, Jakarta, Bandung dan Jogjakarta. Jumlah pertanyaannya sebanyak 10 pertanyaan yang ditujukan langsung pada mahasiswa tersebut. 

Nama, jenis kelamin, asal fakultas dan asal universitas sebagai data resmi dan sah bahwa benar mereka adalah seorang mahasiswa aktif secara sukarela dalam ikut mengisi link data yang saya sebar. 

Media penyebaran data link tersebut saya gunakan lewat WhatsApp, Facebook dan X (eks twitter) yang saat ini digunakan oleh para mahasiswa tersebut. 

Data yang saya kumpulkan menjadi dasar penelitian yang saya lakukan dan bertujuan untuk mengetahui bagaimana anak muda yang diwakili oleh para mahasiswa melihat Pemilihan Umum Tahun 2024 ini dari perspektif mereka sebagai anak muda dan mahasiswa.

Disclaimer-nya, data ini belum bisa dijadikan suara representatif seluruh mahasiswa di Indonesia. Namun, data ini hanya murni untuk penulisan dari hasil penelitian sederhana yang saya lakukan. 

Anak muda hari ini melihat Pemilu 2024

Yang pertama adalah data yang saya terima dari jumlah mahasiswa yang menjawab pertanyaan “Apakah anda akan mengikuti Pemilu 2024?” menghasilkan jawaban sebagai berikut:

Sungguh sangat mengejutkan. Walaupun tidak mencapai 100%, tetapi ini menunjukan fenomena baru bahwa anak muda yang kebetulan sebagai mahasiswa menyatakan ikut berpartisipasi untuk mengikuti pemilihan umum.

Keikutsertaan tersebut secara sukarela dan terbuka tanpa ada intimidasi, ketakutan dan sikap pesimis seperti yang ditakutkan para pakar komunikasi publik dalam beberapa kesempatan di acara-acara baik televisi, podcast, youtube dan kanal lainnya. 

Data ini mampu menepis banyak kalangan bahwa anak muda saat ini tidak peduli bahkan akanterjadi zero participants di kalangan mahasiswa.

Sedangkan untuk ketertarikan para mahasiswa terhadap Pemilu 2024 bisa kita lihat sebagai berikut: 

Berdasarkan data di atas ternyata jumlah yang tertarik dengan jumlah yang ikut memilih pada Pemilu 2024 tidak selaras dengan keikutsertaan di atas. Hal ini menarik untuk dianalisis. 

Kepedulian mahasiswa yang juga anak muda pada Pemilu 2024 tidak 100%, masih ada faktor X, mengapa mereka masih ada yang tidak tertarik pada perhelatan pesta demokrasi ini. Ada apa gerangan? Ini yang ingin saya sampaikan pada publik saat ini. 

Yang menarik perhatian saya kemudian adalah data di bawah ini, yang menjawab pertanyaan menukik yang saya berikan kepada para mahasiswa tersebut, sebagai berikut:

Sebanyak 62,3% mereka menyatakan bahwa Pemilu 2024 ini mewakili kepentingan “Anak Muda” seperti mereka. Namun, ada 37.7% mahasiswa yang menyatakan Pemilu 2024 ini tidak mewakili aspirasi mereka dan tidak mewakili kepentingan mereka. 

Artinya, Pemilu 2024 ini
tidak 100% meyakinkan mereka dapat mewakili apa yang mereka inginkan dan harapkan.
Apa sebabnya?

Menurut beberapa data yang lain yang saya dapatkan
bahwa anak muda lebih memilih pada perhatian perkembangan teknologi informasi terutama dahsyatnya perkembangan Artificial Intelligence di dunia global. 

Munculnya ChatGPT, gambar rekayasa AI pada aplikasi photo, rekayasa AI pada bahan presentasi, rekayasa AI pada hasil Audio Visual, driverless Car, Robot AI dan sejenisnya yang membantu mereka dapat melakukan inovasi perkembangan aplikasi berbasis AI. 

Fenomena pada anak muda hari ini

Ada yang menarik dari data yang sudah saya sampaikan di atas. Dapat dijelaskan bahwa anak muda hari ini melihat Pemilu tidak dengan antusias yang luar biasa sebagaimana pemberitaan banyaknya media massa. 

Current issue’ yang saya gambarkan memang terlihat seakan terbalik antara data dan fakta yang disajikan dari para tim sukses para kontestan pemilu tahun 2024. 

Benar mereka akan ikut pemilu dan memilih di tanggal 14 Februari 2024 mendatang, namun tidak seluruhnya yakin bahwa Pemilu 2024 ini mampu mewakili kepentingan anak muda. 

Jadi, Pemilu ini masih dianggap sebelah mata dan hanya dijadikan kewajiban untuk memilih saja, sementara substansi Pemilu bagi mereka belum menjadi sepenuhnya ada di pikiran mereka semua. Angka 37.7% (para mahasiswa yang belum yakin pemilu mewakili kepentingan mereka) jangan diabaikan begitu saja. 

Akan tetapi harus menjadi introspeksi bagi seluruh kalangan mulai dari para guru pendidik, para dosen, juga para elite partai, bahwa pendidikan politik bagi anak muda wajib diubah agar Pemilu bagi mereka menjadi bentuk pendidikan dan literasi penting.

Suara mereka menentukan arah pembangunan bangsa, di mana merekapun subyek pembangunan Indonesia ke depan.

 

Tanggapan anak muda atas potensi keberadaannya hari ini 

Saya akan menampilkan suara hati mahasiswa yang sudah saya himpun dari pertanyaan yang sudah saya siapkan dalam penelitian sederhana ini. Pertanyaan yang saya ajukan adalah, “Menurut Anda apakah Anak Muda Indonesia hari ini sudah mampu berdaya guna bagi bangsa dan negara? Jelaskan alasannya!”.

Sebagian jawaban yang saya pilih untuk mewakili suara hati anak muda hari ini, menarik sekali:

Optimisme dari “Kejujuran” anak muda hari ini

Dari 10 (sepuluh) jawaban yang saya nilai mampu mewakili sekaligus menggambarkan pemikiran anak muda hari ini, bahwa bagaimana mereka mengungkapkan pikiran genuinitas mereka. 

Hal ini mengungkapkan ada kegelisahan sekaligus optimisme dalam diri anak muda hari ini. Mereka mampu mengungkapkan pemikiran sendiri dengan baik dan jujur pada realita, sehingga fakta hari ini dapat menggambarkan keberadaan mereka di dalam bangsa ini. 

Pemikiran yang sporadis yang mereka utarakan ini begitu memesona. Bagaimana tidak, anak muda hari ini bisa dikatakan sudah mempunyai visi yang baik. Pemikiran kritis yang mereka miliki adalah modal bangsa ini menjadi maju. 

Sikap independen mereka wajib kita jaga dan terus dikembangkan. Tantangan perkembangan teknologi ke depan mampu menjadikan anak muda tetap peduli pada perkembangan politik Indonesia agar lebih baik lagi.

0
0
Rendra Prasetya ♥ Associate Writer

Rendra Prasetya ♥ Associate Writer

Author

Seorang manusia biasa saja, tukang kopi yang juga full time blogger.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post