Menyoal SORE dan Bayang-bayang Kinerja ASN di Indonesia

by | Aug 23, 2025 | Birokrasi Efektif-Efisien, Resensi/Ulasan Buku dan Film | 0 comments

SORE: Istri dari Masa Depan bukan sekadar kisah romantis dengan bumbu fiksi ilmiah. Dibintangi oleh Dion Wiyoko dan Sheila Dara Aisha, film ini mengisahkan Jonathan, seorang pria yang hidupnya berubah setelah kedatangan Sore, perempuan misterius yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan.

Hingga Kamis, 14 Agustus 2025, film ini telah menembus angka 3.000.000 penonton. Dengan capaian itu, SORE menjadi salah satu film terlaris yang memikat penonton bioskop Indonesia. Lalu apa daya tariknya?

Dengan pendekatan emosional, SORE menyajikan satu pertanyaan mendasar:

“Jika kamu tahu apa yang akan terjadi di masa depan, apakah kamu akan melakukan hal yang lebih baik hari ini?”

Pertanyaan ini rupanya sangat relevan dengan kehidupan. Sederhana tapi kadang dilupakan. Dan tenyata tidak hanya relevan untuk kehidupan pribadi, pertanyaan ini juga terasa relevan bila kita kaitkan dengan realitas birokrasi dan kinerja aparatur sipil negara (ASN) di Indonesia.

Kritik publik kerap diarahkan pada etos kerja, kedisiplinan, dan mentalitas “asal jalan” yang belum sepenuhnya berorientasi pada hasil.

Lalu, apa hubungannya SORE dengan kinerja ASN?

Kesadaran Masa Depan dan Orientasi Jangka Panjang

Film SORE hadir dari masa depan bukan hanya untuk memberitahu Jonathan tentang takdir, tetapi untuk mengingatkan bahwa setiap keputusan hari ini membawa dampak besar bagi esok.

Pesan ini sejalan dengan tantangan birokrasi Indonesia: pentingnya orientasi jangka panjang dalam bekerja.

Banyak ASN masih terjebak rutinitas tanpa visi.
Padahal, seperti Jonathan yang harus menata hidupnya agar tidak menyesal
di masa depan, ASN juga harus menyadari bahwa pelayanan publik hari ini menentukan kualitas hidup masyarakat esok.

Apakah seorang ASN sadar bahwa kelambatan mengurus satu berkas bisa menghambat masa depan orang lain? Atau bahwa keputusan sembrono hari ini bisa berimbas pada kerusakan sistem pemerintahan lima hingga sepuluh tahun mendatang?

Perubahan Itu Dimulai dari Kesadaran Pribadi

Jonathan yang awalnya egois berubah ketika ia mengetahui apa yang menantinya di masa depan. Transformasi ini menyiratkan bahwa perubahan tidak membutuhkan keajaiban besar.

Perubahan justru dimulai dari kesadaran pribadi bahwa apa yang kita lakukan hari ini punya nilai dan konsekuensi.

Begitu pula birokrasi. Reformasi struktural tak akan bermakna tanpa reformasi kultural di tubuh ASN. Kesadaran bahwa pekerjaan mereka bukan sekadar memenuhi target administratif, tetapi membangun kepercayaan masyarakat, menciptakan keadilan, dan memastikan arah Indonesia tetap berada di jalur yang benar.

ASN Sebagai Aktor Perubahan Waktu

Sore datang bukan untuk mengubah takdir, tetapi untuk mengingatkan. ASN pun seharusnya menjadi “Sore” bagi dirinya sendiri: menatap ke depan, lalu bekerja mundur dengan penuh tanggung jawab.

Mereka bukan sekadar pengisi jabatan, melainkan aktor sejarah yang berperan mewujudkan Indonesia 2045 yang maju dan berdaulat.

Film ini memberi pesan bahwa waktu adalah anugerah sekaligus tanggung jawab. ASN punya waktu, amanah, dan kesempatan untuk mengubah wajah birokrasi. Pertanyaannya, apakah mereka memiliki kesadaran dan kemauan seperti Jonathan di akhir film?

Saatnya Memandang Sore Sebagai Sebuah Panggilan

Judul SORE bukan hanya nama tokoh, tapi juga simbol. Sore adalah waktu menuju senja, waktu yang paling reflektif, saat manusia merenungi apa yang telah ia lakukan sejak pagi. Demikian pula dengan ASN Indonesia.

Di usia Indonesia yang ke-80, dan menuju 100 tahun kemerdekaan, kini adalah “sore” dalam sejarah: masa untuk merenung, mengevaluasi, dan bersiap menuju malam atau fajar yang baru.

Maka, jika kita ingin masa depan yang lebih cerah, mari mulai bekerja hari ini dengan sepenuh hati. “Jika aku harus menjalani sepuluh ribu kehidupan, aku akan selalu memilihmu”.

Maka, jika para ASN harus menjalani sepuluh ribu kehidupan, akankah para ASN selalu memilih bersetia dengan integritas dan tanggung jawabnya masing-masing?

2
0
Sigit Rais ♥ Active Writer

Sigit Rais ♥ Active Writer

Author

Penulis menjabat sebagai Pengembang Teknologi Pembelajaran Pertama pada Badiklat PKN BPK RI. Sejak 2009 telah menulis dan menerbitkan sejumlah buku, baik buku ajar sekolah, sastra, kiat bisnis, cerita anak, maupun buku pengetahuan umum dan ensiklopedi.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post