Memaknai Kepahlawanan dari Perspektif Sebuah Lagu dan Teori Kepemimpinan

by | Nov 11, 2021 | Refleksi Birokrasi | 0 comments

November Rain

Dalam minggu ini, beberapa teman menuliskan “November Rain” di status media sosial mereka. Hujan memang telah turun di sebagian zona musim di Indonesia, dengan beragam intensitas, termasuk di wilayah provinsi tempat saya bekerja. Namun, status media sosial tersebut lebih mengingatkan saya pada lagu, yang disebut sebagai salah satu balada rock terbaik sepanjang sejarah, dari grup musik Guns N’ Roses. 

November Rain memang lagu yang fenomenal.  Di Amerika Serikat, lagu ini menduduki nomor 3 tangga lagu Billboard Hot 100, dan terjual 500 ribu kopi hanya dalam waktu dua bulan sejak dirilis, serta masuk 10 besar beberapa tangga musik lain di seluruh dunia.

Di Australia, lagu ini mendapatkan 2 kali platinum, dalam waktu setahun sejak dirilis. Di Belanda, November Rain dipilih pendengar stasiun radio Veronica sebagai peringkat pertama lagu terbaik sepanjang masa.

Video musiknya tidak kalah fantastis. Video musik tersebut, yang disutradarai oleh Andy Morahan, menjadi salah satu promo paling mahal yang pernah dibuat. Pada waktu itu dikeluarkan biaya lebih dari 1,5 juta dollar. Geffen Records menghabiskan 150 ribu dollar untuk membangun sebuah kapel putih di gurun pasir New Mexico, selain biaya merekam gambar dari udara dengan helikopter. 

Sahabat saya, Yasier, pernah berkomentar: “Andai saja pada saat itu teknologi pesawat nirawak telah ditemukan, mungkin proses pengambilan video dari udara, saat Slash memainkan solo gitar yang epik di depan kapel, akan lebih mudah”. Slash tidak perlu berada dalam pusaran badai debu karena torsi baling-baling helikopter.

November Rain dan Hari Pahlawan

Meski mahal, video musik tersebut merupakan investasi yang berharga. November Rain meraih MTV Video Music Awards Tahun 1992 untuk kategori Sinematografi Terbaik dalam sebuah Video. November Rain menjadi video musik dari tahun ‘90-an di YouTube yang telah ditonton lebih dari satu miliar kali. Donald Trump menyebut adaptasi sinematik November Rain sebagai video musik terbaik sepanjang masa. Fenomena November Rain bukan hanya video klipnya.

Hal yang menakjubkan berikutnya adalah lirik lagunya yang bernas. Axl Rose seperti mencurahkan isi hatinya di lagu tersebut. Pengalaman dan emosinya mengejawantah di dalam liriknya. Sebagai intro, dalam konteks artikel ini, saya ingin merujuk pada salah satu lirik di bagian outro: “Everybody needs somebody”.

Setiap orang butuh seseorang, dan seseorang yang dibutuhkan semua orang, menurut Scott T. Allison dan George R. Goethals, dalam Heroes: What They Do and Why We Need Them, adalah karakter seorang pahlawan. 

Bulan November di Indonesia memang konotatif dengan Hari Pahlawan. Padahal, ada banyak hari penting lainnya di bulan November, seperti Hari Kesehatan Nasional, Hari Guru, Hari ulang tahun KORPRI, dan sebagainya. Karena krisis kesehatan, sudah dua tahun ini Hari Pahlawan diperingati dalam suasana pandemi.

Disrupsi Akibat Pandemi 

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan disrupsi terhadap kehidupan, mata pencaharian, cara hidup, dan kualitas hidup masyarakat. Pertama kali dilaporkan pada akhir Desember 2019 di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei di Cina, penyakit yang sangat menular itu dengan cepat menyebar, ke luar kota dan provinsi lain di Cina, serta ke negara-negara di seluruh dunia. Pada tanggal 11 Maret 2020, mengkhawatirkan potensi penularan global lebih lanjut, WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi.

Dampak COVID-19 yang paling substansial adalah terhadap kesehatan. Kurang dari 5 bulan sejak kasus pertama dilaporkan di Wuhan, jumlah global kasus COVID-19 yang terkonfirmasi telah melampaui angka 5 juta dan merenggut lebih dari 330.000 nyawa di 177 negara.

Secara global, sampai dengan minggu ini, ada lebih dari 248 juta kasus COVID-19 terkonfirmasi, di 226 negara, termasuk lebih dari 5 juta yang meninggal dunia. Di Indonesia, hingga minggu ini, dilaporkan lebih dari 4,2 juta kasus terkonfirmasi positif, dengan 143 ribu lebih yang meninggal dunia. Upaya mitigasi dampak kesehatan akibat COVID-19, seperti pembatasan mobilitas, berimbas pada perekonomian dunia.

Selain dampak Kesehatan, COVID-19 juga berpengaruh signifikan terhadap perekonomian dunia. Karena negara-negara yang paling terdampak adalah termasuk Cina dan anggota G7, sementara mereka merupakan bagian dari rantai nilai global, yang berperan terhadap 60% pasokan dan permintaan dunia, 65% manufaktur dunia, dan 41% ekspor manufaktur dunia, kesulitan perekonomian di negara-negara tersebut berimbas pada rantai pasokan di hampir semua negara. Krisis ekonomi, secara lebih luas, mempengaruhi kualitas hidup masyarakat.

Tumbuhnya Solidaritas Sosial dan Perluasan Makna Kepahlawanan

Every cloud has a silver lining. Ada aspek positif dari wabah yang terjadi. Salah satu hikmah yang mencolok adalah bagaimana COVID-19 mempersatukan masyarakat untuk bersama-sama menghadapi pandemi. Beragam strategi solidaritas telah diadopsi, di berbagai tingkat tatanan sosial di seluruh dunia, dengan tujuan bersama untuk memperlambat infeksi, mengurangi morbiditas dan kematian, serta untuk memitigasi bahaya tidak langsung dari virus corona.

Solidaritas sosial diserukan oleh beberapa tokoh prominen. Sekretaris Jenderal PBB, Direktur Jenderal WHO, serta beberapa kepala negara, mengajak para pemimpin dan warga dunia untuk bersatu menghadapi krisis global tersebut.

Presiden Joko Widodo, pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2020, juga mengimbau perlunya solidaritas sosial, dalam semangat gotong royong, untuk secara bersama-sama bangkit mengatasi pandemi. Di Indonesia, kita dapat melihat tumbuhnya kembali berbagai bentuk solidaritas sosial.

Gotong royong, solidaritas sosial warisan budaya nenek moyang yang dirasakan mulai memudar, kembali melembaga. Jogo Tonggo, di Jawa Tengah, menjadi strategi percepatan penanganan COVID-19 berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat Rukun Warga.

Gerakan gotong royong berbasis komunitas, seperti Warga Bantu Warga, Menang Bersama, Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia, Komunitas BerbaGi, dan lain-lain, hadir mengisi ruang-ruang sosial.

Tumbuhnya solidaritas sosial melahirkan kisah-kisah kepahlawanan di masa pandemi dan cerita inspiratif lainnya. Authority Magazine, bagian dari platform penerbitan online Medium, membuat liputan khusus tentang para pahlawan COVID-19. Dua stasiun televisi di tanah air, berkolaborasi, dengan beberapa media digital, menayangkan program serupa: Berani Berubah

National Geographic, pada tanggal 19 November mendatang, akan merilis sebuah film dokumenter, The First Wave, tentang perjuangan para pahlawan di garis depan, pada empat bulan pertama di salah satu episentrum pandemi di Amerika Serikat. Cuplikannya dapat dilihat di sini

Yang paling heroik adalah kisah Kapten Tom Moore, di Inggris, yang berjalan 100 putaran sekeliling rumah, pada ulang tahunnya yang ke-100, untuk membantu mengumpulkan donasi bagi NHS. Kisah-kisah kepahlawanan tersebut mengungkapkan perluasan makna kepahlawanan, tidak hanya martial (military) heroism, namun juga civil heroism dan social heroism.

Kepahlawanan dari Perspektif November Rain dan Teori Messick

Untuk memaknai kepahlawanan, kita dapat menggunakan perspektif lagu November Rain. Di film dokumenter Making F@*!ing Videos, yang klip singkatnya dapat dilihat di sini, Axl Rose menjelaskan mengenai lagu November Rain.

Lagu tersebut, kata Axl Rose, adalah tentang tidak ingin berada dalam situasi “unrequited love”, cinta yang tak berbalas, atau bertepuk sebelah tangan. Kita dapat memaknai kepahlawanan dari keadaan ini.

Kepahlawanan tidak berada dalam ruang sosial yang hampa. Menggunakan teori David Messick, bahwa hubungan antara pemimpin dan pengikut, pada dasarnya, adalah resiprokal, Scott T. Allison dan George R. Goethals menyimpulkan bahwa para pahlawan membutuhkan kita sebagaimana kita membutuhkan mereka.

Kepahlawanan adalah hubungan sosial yang dinamis antara pahlawan dengan kita, para penerusnya. Menurut Messick, pemimpin memandu pada tujuan dan, sebagai balasan, pengikut mencurahkan fokus.

Para pemimpin menawarkan keamanan serta perlindungan dan, sebagai tanggapan, para pengikut memberi para pemimpin rasa terima kasih dan kesetiaan. Pemimpin memberikan pencapaian bersama dan, sebaliknya, pengikut memberikan komitmen serta usaha.

Pemimpin memberikan perasaan inklusi serta rasa memiliki, pengikut merespons dengan bekerja sama serta rela berkorban. Pemimpin menanamkan kebanggaan bersama dan, sebagai balasan, pengikut memberikan rasa hormat serta kepatuhan. Hubungan refleksif tersebut, menurut Messick, tumbuh secara alami dan implisit, berlangsung spontan, tidak diperhitungkan, serta tidak direncanakan, yang terjadi sebagai hasil, bukan tujuan, dari kepemimpinan.

Kepahlawanan sebagai Jalinan Pertukaran Psikologis

Hubungan timbal-balik seperti itulah yang sepertinya terjadi pada para pemimpin yang pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Raden Aria Wangsakara dengan para pengikutnya di Tangerang, Tombolotutu di Parigi Moutong,  serta Sultan Aji Muhammad Idris di Kutai Kartanegara.

Adapun Usmar Ismail, meskipun bukan dalam kategori martial heroes, sebagai pionir film dengan kisahnya yang inspiratif tentang kepahlawanan, yang menggugah diskursus mengenai nasionalisme dan identitas kebangsaan, merupakan seorang social hero.

Dari perspektif November Rain dan Teori Messick, kita dapat memaknai kepahlawanan sebagai pertukaran psikologis antara pahlawan dan penerus. Oleh karenanya, ketika para pahlawan menunjukkan kepemimpinan yang hebat, kita pun harus menjadi penerus yang hebat. 

Apa artinya sebuah visi adiluhung, tanpa penerus yang akan membantu sang pahlawan mencapainya? Visi para founding fathers, tentang Bangsa Indonesia, tidak akan terwujud ketika kita sebagai penerus tidak memiliki karakter penerus yang hebat tersebut. Akibatnya, kita hanya akan menempatkan mereka pada situasi bertepuk sebelah tangan.

Penutup

Kembali pada lagu November Rain, saya tidak akan mendebat bahwa aransemen musiknya, video klipnya, dan liriknya, memang sangat indah. Mungkin salah satu mahakarya yang paling menakjubkan dari Guns N’ Roses. Namun, saya juga tidak menyetujui keseluruhannya. Spesifiknya, pada salah satu kalimat paradoksikal dalam liriknya: bahwa “…nothing lasts forever, even cold November rain”.

Ada hal-hal yang last forever, misalnya, seperti lagu November Rain itu sendiri. Seperti peristiwa heroik di Surabaya, pada 10 November 1945, pemantik perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan, yang setiap tahun kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Pun, utamanya, seperti inspirasi yang diwariskan oleh para pahlawan kepada kita. 

Memaknai kepahlawanan sebagai pertukaran psikologis antara pahlawan dengan penerusnya, inspirasi tersebut kiranya dapat mentransformasi kita menjadi penerus hebat yang dapat membalas cinta para pahlawan.

Semoga.

7
0
Mochamad Nurhestitunggal ◆ Active Writer

Mochamad Nurhestitunggal ◆ Active Writer

Author

Perencana Ahli Muda di Bappeda Provinsi Banten. Seorang lifelong learner, yang mengikuti semboyan Albert Einstein: “I have no special talent. I am only passionately curious”.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post