Kekebalan dengan Sel T: Rahasia Mereka yang Tak Percaya Covid-19 itu Ada?

by Subroto ◆ Professional Writer | May 22, 2021 | Birokrasi Berdaya | 0 comments

Prolog

Masih dalam suasana lebaran, pasti banyak undangan halal bi halal berdatangan. Entah dengan kerabat, sanak saudara, atau teman-teman. Demikian halnya dengan saya yang kali ini mendapat undangan halal bi halal dari teman reunian. Lantaran masih dalam kondisi wabah Covid-19, pertemuan kami lakukan melalui media virtual.

Seperti biasa, ucap salam dan jabat tangan digantikan dengan isyarat tangan lewat gadget masing-masing. Semua partisipan tentu saja tampak ceria karena bisa menumpahkan rasa rindu jumpa dengan sahabat lama. Media virtual mungkin memang tidak benar-benar bisa menggantikan keasyikan pertemuan fisik, tapi ia dapat menghubungkan orang-orang di mana saja berada.

Obrolan menarik terungkap pada saat kawan-kawan bercerita tentang kondisi wabah covid-19 di lingkungannya. Ada yang pernah terkena virus atau terkonfirmasi positif sehingga harus diisolasi. Di rumah sakit atau di rumahnya sendiri. Namun, ada pula yang sempat dirawat lalu sembuh dari Covid-19, dan yang menyedihkan ada juga yang wafat meninggalkan kami semua.

Kisaran cerita, bagi yang terkonfirmasi Virus Covid-19, mereka hanya melakukan berjemur badan di pagi hari atau olahraga, disuruh beristirahat cukup dan makan, serta diberi beberapa jenis vitamin. Kepada sebagian besar mereka yang diisolasi, baik di rumah sakit atau di rumah, tidak diberikan obat khusus Covid-19.

Sedangkan kepada mereka yang dirawat di RS, penyembuhan difokuskan hanya untuk mengatasi penyakit komorbid (bawaan) seperti tekanan darah tinggi, sesak nafas, penyakit jantung, atau penyakit-penyakit lainnya.

Berbagi Pengalaman Terserang Covid-19

Saya merasa bersyukur dapat berbincang-bncang dengan banyak kawan. Misalnya, ketika ada kawan yang bermukim di luar negeri, tepatnya Kota Paris, menceritakan pengalamannya bertandang ke Indonesia. Ia tertular virus Covid-19, tetapi bisa sembuh justru karena minum obat tradisional.

Namanya buah Angkak Merah, yang biasanya dijadikan obat demam berdarah. Ada pula teman lainnya yang meminum obat tradisional China atau rempah-rempah seperti jahe, atau bahkan sekedar minyak kayu putih.

Ya, memang benar, hingga saat ini belum ada obat yang pasti untuk menyembuhkan serangan virus Covid-19.  Dari penelitian klinis dan para ahli kesehatan selama ini hanya mampu bagaimana untuk meredakan atau mengendalikan serangan wabah.

Karena itu pula pemerintah dengan giatnya memberikan himbauan penerapan protokol kesehatan (menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan entah dengan sabun atau cairan kesehatan, dsb). Dan yang terpenting bagi kita adalah bagaimana menjaga imun tubuh sebagai daya tahan untuk menangkal virus.

Kontradiksi Respons Masyarakat atas Pandemi

Akan tetapi, ada juga fenomena menarik lainnya. Seorang kawan bercerita tentang daerah sekitar tempat tinggalnya yang sangat kontradiktif dalam penanganan Covid-19. Di kompleks perumahan dia tinggal, protokol kesehatan dijaga dengan sangat ketat.

Namun, pada kampung di luar kompleksnya seolah ada pembiaran. Kontras dengan kawasan kompleks, protokol kesehatan tidak diterapkan. Entah mereka menganggap sedang menerapkan herd immunity, atau mereka sebenarnya yakin bahwa wabah virus itu tidak ada.

Misalnya, masjid di kompleks mewajibkan jamaah menjaga jarak dan harus bermasker, serta dites suhu badannya sebelum masuk masjid. Sementara itu, di mushola kampung sebagian besar jamaah tidak bermasker. Sholat berjamaah dilakukan seperti biasa, rapat dan tanpa masker, bahkan saling bersalaman seusai sholat.

Kontradiksi fenomena tersebut terjadi selama dua tahun berlangsungnya wabah. Tetapi apa yang mengherankan? Kasus virus Covid-19 justru muncul menjangkiti warga kompleks dan tidak terdeteksi pada warga kampung di luar kompleks. Fenomena ini sungguh menarik, sehingga penulis merasa penasaran dan mencoba mencari artikel atau jurnal penelitian mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Mengenal Sel T: Pertahanan Terakhir Tubuh

Pada umumnya tatkala seseorang diserang bakteri maupun virus, tubuh akan memberikan reaksi normal guna melumpuhkan serangan dan mempertahankan diri. Namun jika virus tersebut terlampau kuat, maka tubuh akan memproduksi sel baru sebagai pertahanan terakhir.

Seperti dilansir Halodoc, sel baru yang diproduksi tersebut disebut dengan sel T. Tubuh akan memproduksi sel T dengan baik, secara menakjubkan, guna membunuh virus yang menyerang. Nama sel T sendiri berasal dari organ di mana sel ini berkembang yakni Timus. Timus tersebut berada tepat di atas hati manusia.

Merujuk pada Askabiologist, sel T adalah sejenis sel darah putih yang bekerja untuk melawan satu jenis virus yang dianggap membahayakan bagi tubuh. Sel T bekerja untuk melindungi seluruh sistem yang ada di dalam tubuh secara langsung dengan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh yang paling maksimal.

Selain itu, sel T berfungsi untuk menyerang zat karsinogenik maupun virus berbahaya lainnya secara detail dan spesifik. Ketika tubuh mengetahui adanya ancaman virus berbahaya, maka sel T secara langsung akan menggandakan diri agar tubuh tetap mampu menyimpan energi dan bekerja dengan baik untuk membunuh virus covid-19.

Dilansir pula pada Saintif, produksi sel T ini sama halnya dengan produksi sel darah putih dan darah merah pada umumnya yakni diproduksi di sumsum tulang belakang. Sel T dapat menggandakan diri dengan jumlah sangat fantastis yakni berkisar 25 juta.

Setiap sel T tersebut memiliki reseptor antigen yang lebih spesifik untuk membunuh virus corona covid-19 yang masuk ke dalam tubuh manusia. Letak sel T ini secara spesifik terdapat pada dua jalur sistem yang ada di dalam tubuh yakni melalui sistem limpa dan pembuluh darah.

Sementara sel darah putih terkumpul dan menetap dalam sistem limpa guna melawan virus di garda depan pertahanan tubuh, sel T membantu sel darah putih dengan masuk ke dalam pembuluh darah. Dengan begitu, tubuh dapat bereaksi dan menyerang virus corona covid-19 yang masuk dengan cepat.

Sel T, Penangkal Virus Covid-19?

Baru-baru ini, ada sekelompok ilmuwan di La Jolla Institute for Immunology (LJI) di USA menunjukkan bukti adanya kemampuan sel T melawan serangan virus corona SARS-CoV-2. Pola kerja sel T ini cukup menarik.

Tidak hanya melakukan serangan pada bagian utama virus yakni protein spike yang berperan dalam menginfeksi sel inang saat menginfeksi tubuh, tetapi Sel T juga melakukan penyerangan dari berbagai bagian terhadap virus tersebut. Menurut studi Phys (28/1/2021) sel T menyerang virus SARS-CoV-2 dari berbagai sudut, karena tubuh memiliki alat untuk mengenali varian virus SARS-CoV-2 yang berbeda.

Sebuah artikel pada laman Kompas.com dan Merdeka.com menjelaskan secara detail tentang hasil riset LJI tersebut. Begitu pula berbagai penelitian lainnya yang menjelaskan secara detail bagaimana protein pada SARS-CoV-2 dapat merangsang respons terkuat dari sel CD4+ T yang berperan sebagai penolong sistem kekebalan, dan sel CD8+ T yang menjadi pembunuh terhadap virus SARS-CoV-2.

Pada intinya, terdapat alternatif bahwa respons kekebalan terhadap virus corona tidak hanya terbentuk melalui pemberian vaksin Covid-19. Akan tetapi, secara alamiah terdapat kemungkinan berbagai orang dengan kondisi yang berbeda-beda dapat membangun kekebalan terhadap virus ini dan varian-variannya.

Dengan demikian, mereka aman dari wabah meskipun tidak menerapkan protokol kesehatan sebagaimana dianjurkan. Salah satunya berkat peran dari Sel T membentuk kekebalan tubuh dengan begitu unik.

Penutup

Mungkin, hasil penelitian ini masih terlalu dini. Belum tentu merupakan jawaban pamungkas dari keheranan saya atas berbagai fenomena yang kontradiktif. Toh, ada dua kemungkinan mengapa protokol kesehatan yang tidak diterapkan dengan baik di kampung itu tidak menimbulkan kasus Covid-19.

Pertama, karena ketidaktahuan masyarakat akan instruksi pemerintah menerapkan protokol kesehatan. Atau yang kedua, karena memang Sel T telah berperan membentuk kekebalan mereka. Soal ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan observasi langsung pada warga kampung itu.

Kendati demikian, membacanya hasil penelitian tentang Sel T cukup menambah wawasan. Kita jadi paham bahwa para peneliti terus mencari tahu bagaimana dan apa yang dapat membantu manusia menghadapi pandemi. Serta mengapa situasi bisa jadi berbeda dari apa yang kita pikirkan dan estimasi.

Penulis berharap artikel ini tidak dijadikan perdebatan. Tulisan ini juga bukan bermaksud menentang kebijakan pemerintah. Bagaimanapun menurut saya, perlu diacungkan jempol kepada pemerintah atas upaya penanganan wabah Covid-19 dengan melakukan pendisiplinan pada masyarakat. Mungkin belum optimal, tapi tetap perlu diapresiasi.

Salam.

2
0
Subroto ◆ Professional Writer

Kepala Biro Keuangan Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Lebih dikenal dengan panggilan akrab Cak Bro. Hobinya menulis secara otodidak mengenai permasalahan organisasi tentang SDM, audit, pengawasan, dan korupsi. Pernah menerbitkan buku koleksi pribadi "Artikel ringan Cakbro: Sekitar Tata Kelola Organisasi" dan "Bunga Rampai SPIP".

E-mail: [email protected] Blogger: Cakbro. Blogspot.com

Subroto ◆ Professional Writer

Subroto ◆ Professional Writer

Author

Kepala Biro Keuangan Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Lebih dikenal dengan panggilan akrab Cak Bro. Hobinya menulis secara otodidak mengenai permasalahan organisasi tentang SDM, audit, pengawasan, dan korupsi. Pernah menerbitkan buku koleksi pribadi "Artikel ringan Cakbro: Sekitar Tata Kelola Organisasi" dan "Bunga Rampai SPIP". E-mail: [email protected] Blogger: Cakbro. Blogspot.com

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post