Sepertinya gelap tak pernah lelah
Mengaransemen memoar tentang kelam
Membuat serasa pekat setiap melodi yang mengudara
Menyayatkan rasa lewat irama yang tercipta
Menghasilkan kekosongan jiwa
Hampa….
Sementara terang yang dinantikan
Hanya berani mengintip dari kejauhan
Sebab kelam terlalu bersemangat untuk diminta minggat
Kukuh bertahan mengiringkan memoar tentang kelam
Dan meskipun alam berpusar membentuk kuasar
Kuasar terang yang amat terang
Namun ia terlalu jauh untuk berguna
Mengirimkan cahaya kemari pun tak kuasa
Lalu,
Kosmos di angkasa pun serta merta
Bersatu padu membentuk elegi nan satir
Hanya membuat pahit semakin getir
Ayolah,
Wahai terang,
Kami hampir lelah menunggumu
Menuliskan sebuah lagu nan mendayu
Supaya seluruh lapisan alam dan swargaloka
Mendengarkan ode yang kau lantunkan
Melupakan sejenak kejamnya kelam si adidaya
Rindu ini sungguh ada pada puncaknya
Kepada rangkaian partitur yang engkau mainkan
Kepada indahnya untaian kata dan nada
Penulis adalah ASN yang sudah lama tidak merajut kata dan berkelana dengan motornya. Saat ini ia bekerja pada instansi pengawasan di bagian yang mengurusi akuntabilitas keuangan pemda dan desa.
Puisi “Enyahlah Kelam” karya Arief Irwanto Lasantu menyajikan sebuah refleksi mendalam tentang dualitas antara kegelapan dan harapan. Dalam karya ini, penulis menggambarkan pertempuran antara cahaya dan kegelapan melalui lirik yang puitis, mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman emosional yang kompleks.
Tema dan Karakterisasi
Puisi ini menyoroti tema perjuangan manusia dalam menghadapi kegelapan. Kegelapan di sini bukan hanya sekadar ketidakpastian, tetapi juga sebuah entitas yang tidak pernah lelah. Frasa “mengaransemen memoar tentang kelam” menunjukkan bahwa kegelapan memiliki narasi yang kaya, seolah-olah ia ingin diceritakan dan dipahami. Dalam konteks ini, penulis mengajak kita untuk melihat bagaimana kegelapan sering kali mengisi ruang jiwa kita, menciptakan rasa hampa yang dalam.
Di sisi lain, terdapat harapan yang diwakili oleh cahaya yang “hanya berani mengintip dari kejauhan.” Ini menciptakan ketegangan antara keinginan untuk menemukan cahaya dan kenyataan bahwa harapan sering kali tampak jauh. Penulis berhasil menangkap dilema ini, mencerminkan pengalaman banyak orang yang terjebak dalam situasi serupa. Kegelapan yang digambarkan bukan hanya sebagai ancaman, tetapi juga sebagai bagian dari perjalanan hidup yang harus dilalui.
Konteks Sosial dan Budaya
Puisi ini juga dapat dilihat dalam konteks sosial yang lebih luas. Kegelapan yang dihadapi oleh penulis mencerminkan tantangan yang sering dihadapi oleh individu dalam masyarakat. Dalam frasa “Kami hampir lelah menunggumu,” terdapat resonansi dengan pengalaman kolektif masyarakat yang sering kali merasa terpinggirkan. Ini mengingatkan kita bahwa harapan dan perjuangan adalah bagian dari narasi kehidupan yang lebih besar.
Melalui imaji yang kuat, penulis menciptakan suasana melankolis yang membuat pembaca merasakan beban emosional dari menunggu sesuatu yang tidak pasti. Ini adalah refleksi dari realitas bahwa dalam hidup, kita sering kali harus berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan tempat kita di dunia yang lebih besar.
Simbolisme Kegelapan dan Cahaya
Kegelapan dan cahaya dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol dari pengalaman manusia. Kegelapan tidak hanya menggambarkan ketakutan, tetapi juga kerinduan akan sesuatu yang lebih baik. Penulis menggunakan simbol ini untuk menunjukkan bahwa meskipun kegelapan menguasai, harapan tetap ada. Dalam konteks ini, puisi ini mengajak pembaca untuk terus mencari cahaya, meskipun perjalanan tersebut sulit dan penuh tantangan.
Imaji “kosmos di angkasa” yang bersatu membentuk elegi nan satir menambah kedalaman makna. Ini menunjukkan bahwa kegelapan dan cahaya tidak hanya ada dalam diri individu, tetapi juga dalam skala yang lebih besar. Keterhubungan antara individu dan alam semesta menciptakan rasa bahwa kita semua terlibat dalam perjuangan yang sama.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, “Enyahlah Kelam” adalah puisi yang menggugah dan penuh makna. Melalui penggunaan bahasa yang puitis dan imaji yang kuat, penulis berhasil menciptakan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga bermakna. Kegelapan yang digambarkan bukan hanya ancaman, tetapi juga bagian dari perjalanan hidup yang harus dilalui. Dalam menghadapi kegelapan, penulis mengajak kita untuk terus mencari cahaya, mengingatkan kita akan kekuatan dan kerentanan dalam perjalanan hidup.
Kritik terhadap puisi ini menyoroti pentingnya memberikan ruang bagi suara-suara yang sering kali terpinggirkan. Dalam setiap bait, terdapat ajakan untuk merenungkan pengalaman manusia, di mana harapan dan kegelapan saling berinteraksi dalam narasi yang indah dan mendalam. Melalui karya ini, kita diingatkan bahwa meskipun kegelapan sering kali menguasai, cahaya tetap ada dan layak untuk dicari.