Enyahlah Kelam

by Arief Irwanto Lasantu ▲ Active Poetry Writer | Nov 30, 2018 | Sastra | 1 comment

Sepertinya gelap tak pernah lelah

Mengaransemen memoar tentang kelam

Membuat serasa pekat setiap melodi yang mengudara

Menyayatkan rasa lewat irama yang tercipta

Menghasilkan kekosongan jiwa

Hampa….

 

Sementara terang yang dinantikan

Hanya berani mengintip dari kejauhan

Sebab kelam terlalu bersemangat untuk diminta minggat

Kukuh bertahan mengiringkan memoar tentang kelam

Dan meskipun alam berpusar membentuk kuasar

Kuasar terang yang amat terang

Namun ia terlalu jauh untuk berguna

Mengirimkan cahaya kemari pun tak kuasa

Lalu,

Kosmos di angkasa pun serta merta

Bersatu padu membentuk elegi nan satir

Hanya membuat pahit semakin getir

 

Ayolah,

Wahai terang,

Kami hampir lelah menunggumu

Menuliskan sebuah lagu nan mendayu

Supaya seluruh lapisan alam dan swargaloka

Mendengarkan ode yang kau lantunkan

Melupakan sejenak kejamnya kelam si adidaya

Rindu ini sungguh ada pada puncaknya

Kepada rangkaian partitur yang engkau mainkan

Kepada indahnya untaian kata dan nada

 

 

2
0
Arief Irwanto Lasantu ▲ Active Poetry Writer

Penulis adalah ASN yang sudah lama tidak merajut kata dan berkelana dengan motornya. Saat ini ia bekerja pada instansi pengawasan di bagian yang mengurusi akuntabilitas keuangan pemda dan desa.

Arief Irwanto Lasantu ▲ Active Poetry Writer

Arief Irwanto Lasantu ▲ Active Poetry Writer

Author

Penulis adalah ASN yang sudah lama tidak merajut kata dan berkelana dengan motornya. Saat ini ia bekerja pada instansi pengawasan di bagian yang mengurusi akuntabilitas keuangan pemda dan desa.

1 Comment

  1. Avatar

    Puisi “Enyahlah Kelam” karya Arief Irwanto Lasantu menyajikan sebuah refleksi mendalam tentang dualitas antara kegelapan dan harapan. Dalam karya ini, penulis menggambarkan pertempuran antara cahaya dan kegelapan melalui lirik yang puitis, mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman emosional yang kompleks.

    Tema dan Karakterisasi
    Puisi ini menyoroti tema perjuangan manusia dalam menghadapi kegelapan. Kegelapan di sini bukan hanya sekadar ketidakpastian, tetapi juga sebuah entitas yang tidak pernah lelah. Frasa “mengaransemen memoar tentang kelam” menunjukkan bahwa kegelapan memiliki narasi yang kaya, seolah-olah ia ingin diceritakan dan dipahami. Dalam konteks ini, penulis mengajak kita untuk melihat bagaimana kegelapan sering kali mengisi ruang jiwa kita, menciptakan rasa hampa yang dalam.

    Di sisi lain, terdapat harapan yang diwakili oleh cahaya yang “hanya berani mengintip dari kejauhan.” Ini menciptakan ketegangan antara keinginan untuk menemukan cahaya dan kenyataan bahwa harapan sering kali tampak jauh. Penulis berhasil menangkap dilema ini, mencerminkan pengalaman banyak orang yang terjebak dalam situasi serupa. Kegelapan yang digambarkan bukan hanya sebagai ancaman, tetapi juga sebagai bagian dari perjalanan hidup yang harus dilalui.

    Konteks Sosial dan Budaya
    Puisi ini juga dapat dilihat dalam konteks sosial yang lebih luas. Kegelapan yang dihadapi oleh penulis mencerminkan tantangan yang sering dihadapi oleh individu dalam masyarakat. Dalam frasa “Kami hampir lelah menunggumu,” terdapat resonansi dengan pengalaman kolektif masyarakat yang sering kali merasa terpinggirkan. Ini mengingatkan kita bahwa harapan dan perjuangan adalah bagian dari narasi kehidupan yang lebih besar.

    Melalui imaji yang kuat, penulis menciptakan suasana melankolis yang membuat pembaca merasakan beban emosional dari menunggu sesuatu yang tidak pasti. Ini adalah refleksi dari realitas bahwa dalam hidup, kita sering kali harus berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan tempat kita di dunia yang lebih besar.

    Simbolisme Kegelapan dan Cahaya
    Kegelapan dan cahaya dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol dari pengalaman manusia. Kegelapan tidak hanya menggambarkan ketakutan, tetapi juga kerinduan akan sesuatu yang lebih baik. Penulis menggunakan simbol ini untuk menunjukkan bahwa meskipun kegelapan menguasai, harapan tetap ada. Dalam konteks ini, puisi ini mengajak pembaca untuk terus mencari cahaya, meskipun perjalanan tersebut sulit dan penuh tantangan.

    Imaji “kosmos di angkasa” yang bersatu membentuk elegi nan satir menambah kedalaman makna. Ini menunjukkan bahwa kegelapan dan cahaya tidak hanya ada dalam diri individu, tetapi juga dalam skala yang lebih besar. Keterhubungan antara individu dan alam semesta menciptakan rasa bahwa kita semua terlibat dalam perjuangan yang sama.

    Kesimpulan
    Secara keseluruhan, “Enyahlah Kelam” adalah puisi yang menggugah dan penuh makna. Melalui penggunaan bahasa yang puitis dan imaji yang kuat, penulis berhasil menciptakan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga bermakna. Kegelapan yang digambarkan bukan hanya ancaman, tetapi juga bagian dari perjalanan hidup yang harus dilalui. Dalam menghadapi kegelapan, penulis mengajak kita untuk terus mencari cahaya, mengingatkan kita akan kekuatan dan kerentanan dalam perjalanan hidup.

    Kritik terhadap puisi ini menyoroti pentingnya memberikan ruang bagi suara-suara yang sering kali terpinggirkan. Dalam setiap bait, terdapat ajakan untuk merenungkan pengalaman manusia, di mana harapan dan kegelapan saling berinteraksi dalam narasi yang indah dan mendalam. Melalui karya ini, kita diingatkan bahwa meskipun kegelapan sering kali menguasai, cahaya tetap ada dan layak untuk dicari.

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post