Jumat sore itu
Senja kelabu
Tragedi pilu di kota Palu
Takkan lekang dari memoriku
Jumat terakhir bulan September
Dan goncangan 7,4 skala Richter
Bumi berguncang sangat kencang
Tanah serasa ombak bergelombang
Ribuan nyawa melayang
Terkubur dan menghilang
Tanpa celah masa untuk berontak
Lembah Palu yang indah
Seketika luluh lantak
Gempa dan tsunami
Datang tanpa permisi
Tiada yang kuasa berlari
Menyisakan duka dalam hati
Pada mereka,
Yang masih bernyawa
Yang kehilangan saudara dan keluarga
Guncangan masih terasa
Tak ada senggang waktu untuk menyangka
Saat laut mengganas menelan daratan
Menghempas impian dan harapan
Mayat berserakan di bibir pantai
Jeritan tangis menyayat hati
Menyandera jiwa pendengarnya
Ibu kehilangan anaknya
Anak kehilangan ibunya
Di kaki gunung beratap langit biru
Seorang ibu nanar menatapku
Seolah berkata, tolong aku
Hancur rumahku
Hilang suami dan anakku
Mengharu biru perasaanku
Terguncang pula batinku
Aku tak berdaya
Diam seribu bahasa
Kuremas genggam tanganku
Menyaksikan penderitaan saudaraku
Meski bantuan terus hadir
Derai air mata tak henti mengalir
Luka itu tak kunjung redam
Trauma itu membekas dalam
Wahai Tuhan pemilik jagat raya
PeringatanMu sungguh nyata
Bahwa kami telah menumpuk dosa
Saat kami lupa ajal adalah kehendak-Mu
Engkau memperlihatkan kekuasaan-Mu
Menguji kami agar selalu mengingat-Mu
Bahwa segalanya adalah milik-Mu, kehendak-Mu
Yaa Allah yang Maha Berkuasa
Ampunkan kami atas segala rasa jumawa
Yang teracuni kesenangan dunia
Dan membuat kami lupa
Akan hakikat hidup di dunia
Hanya pada-Mu kami meminta
Untuk memberi kesembuhan atas luka
Dan kembali bangkit pasca bencana
Wahai saudara-saudaraku di Palu
Dukamu adalah dukaku
Tangismu adalah tangisku
Kehilanganmu adalah kehilanganku
Maka….
Biarlah sang waktu meredam luka
Dan ilahi memberikan kelapangan hati
Ayo bangkit menjemput asa
Mari kembali berdiri lagi
Tetap berjuang untuk kita semua
Yang masih ada dan bernyawa
Menghidupkan lagi kota kita
Yang sempat mati suri
Paluku, Palumu, Palu kita bersama
0 Comments