Berkembangnya Organisasi: Apakah Kita Memang Seperti Ini?

by | Sep 13, 2022 | Birokrasi Berdaya | 1 comment

Secara teoritis, Indonesia terlahir dari para leluhur kita yang pandai berorganisasi, berkomunikasi, bahkan piawai dalam meyakinkan orang, meskipun tetap dilandasi dengan sebuah teori bahwa organisasi itu dibentuk atas dasar kesadaran karena mempunyai tujuan yang sama. 

Para Pengikut Nabi Musa

Dalam sejarah, jauh sebelum Indonesia ini merdeka, cikal bakal terbentuknya organisasi telah dimulai sejak zaman para nabi. Diceritakan bahwa satu ketika Nabi Musa dipanggil oleh mertuanya dan diberi nasihat.

“Musa, jika kamu terus melakukan ini maka kamu akan kelelahan. Untuk itu tunjuklah 1 orang di antara 100 orang pengikutmu untuk menampung keluh kesah. Biarlah satu orang yang yang kamu tunjuk itulah yang akan melaporkan keluh kesah para pengikutmu padamu”. 

Dari kisah ini, terlihat bahwa orang-orang dalam sebuah organisasi adalah pengikut. Artinya, mereka harus taat dan patuh dengan apa yang menjadi keputusan yang diambil, dalam hal ini adalah keputusan Nabi Musa. 

Yang berikutnya juga kita lihat bahwa dalam cerita ini kita diajari untuk mengenal apa itu hierarki dalam organisasi. Para pengikut yang lebih rendah tidaklah bisa berkomunikasi langsung dengan Nabi Musa melainkan menyampaikan apapun permasalahannya kepada orang yang telah ditunjuk Nabi Musa tadi. 

Dalam hal ini, kita diajarkan bahwa siapapun yang merupakan pendiri atau yang merilis organisasi akan selalu menjadi orang yang paling berpengaruh dalam sebuah organisasi.

Mo dan Hayes: Celestial Seasoning

Di era modern, kisah Celestial Seasoning yang ditulis dalam buku Stephen P. Robbins, menceritakan bagaimana Mo dan Hayes sepasang suami istri yang dengan tidak sengaja menemukan tanaman menyerupai teh yang menyehatkan, yang pada akhirnya disukai banyak orang. Kisah ini juga merupakan  kisah berkembangnya organisasi.

Awalnya teh tersebut hanya dikonsumsi mereka berdua dan berbagi kepada tetangga, kemudian semakin banyak orang yang juga ingin merasakan manfaat dari teh tersebut, sehingga organisasi yang asalnya hanya dua orang menjadi banyak berkembang. 

Bahkan, Mo dan Hay sebagai owner sudah tidak lagi mengurusi sendiri kebun tehnya untuk mencari, memetik, mengemas, hingga memasarkan produk tersebut. Divisi perusahaannya tidak lagi hanya bagian produksi dan pemasaran. 

Lambat laun perusahaannya justru terus berkembang dengan adanya beberapa bagian pendukung lainnya yang tidak pernah ada, bahkan tidak perlu ada sebelumnya, seperti divisi SDM dan Keuangan.

Mengambil Hikmah dari Keduanya

Dari dua kisah di atas ada baiknya kita mengambil makna dan bisa menerapkannya agar orang yang mencetuskan teori ini mendapatkan amal kebaikan. 

Kisah pertama, di luar dari kisah kenabiannya tentunya, tentang bagaimana orang berorganisasi karena berkumpul dan menjadi pengikut setia lalu berkembang menjadi sebuah organisasi besar. 

Karena besarnya organisasi, maka perlu ada pengelompokan dengan dipimpin oleh salah satu dari mereka. Pengelompokan tersebut dibuat karena tidak mungkin seseorang bisa melayani ribuan orang dalam waktu yang bersamaan. 

Yang berikutnya adalah kebalikannya, bagaimana organisasi itu yang asalnya hanya berdua lalu berkembang menjadi organisasi besar yang membutuhkan banyak orang dan akhirnya bisa bersinergi menghasilkan sesuatu yang makin besar untuk organisasinya.

Jika kita melihat pada apa yang terjadi saat ini di Indonesia sebagai sebuah negara berkembang, pertumbuhan organisasi di Indonesia pun tidak kalah pesatnya. Bahkan, banyak sekali saat ini organisasi yang dibentuk secara legal mempunyai status hukum tetap dengan mengantongi Surat Keputusan dari Kementerian Hukum. 

Organisasi dari Grup Sosial Media

Kini, dengan adanya teknologi sangatlah mudah mengumpulkan orang-orang. Bisa kita lihat banyaknya organisasi yang awalnya hanya berasal dari grup sosial media. Yang menjadi sorotan adalah apakah admin grup sosial media secara otomatis sebagai ketua organisasi?

Apakah chat dalam grup sosial media bisa berstatus hukum tetap, misalnya jika berkaitan dengan pengambilan keputusan sebuah organisasi. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini banyak platform pertemuan menggunakan sosial media dengan istilah daring (dalam  jaringan).

Kegiatan berkumpul secara tatap maya ini memang saat ini sudah menjadi sesuatu yang lumrah. Namun, jika kita melihat dari sejarah lahirnya sebuah organisasi yang akhirnya menjadi sebuah teori organisasi, dibutuhkan struktur serta desain yang berbeda dalam sebuah organisasi.

Menjaga Kesatuan (Organisasi) Negara

Tidak sedikit organisasi yang dibentuk secara berdarah-darah, akhirnya pecah kongsi. Perpecahan itu tentu saja bertentangan dengan niat awal dibentuknya organisasi. 

Bahkan organisasi setingkat negara sekalipun bisa mengalami pecah kongsi sehingga lahir organisasi baru yang sebetulnya sama. Namun karena ego para personilnya, terkadang organisasi tersebut tidak berlanjut hingga tujuan pembentukannya tidak tercapai. 

Sekali lagi, organisasi adalah tentang kesepakatan minimal dua orang yang konsisten untuk mencapai tujuan yang sama. Maka, untuk negara sebagai sebuah organisasi yang sangat besar, kita semua sebagai anggotanya perlu terus belajar untuk menjaga komitmen persatuan demi cita-cita yang ditambatkan para pendiri bangsa.

3
0
Indra Kristian ◆ Active Writer

Indra Kristian ◆ Active Writer

Author

Seorang anggota TNI AD dengan latar belakang pendidikan akademis doktor ilmu sosial konsentrasi kebijakan publik. Aktif dalam berbagai organisasi dan tercatat sebagai peneliti, analis kebijakan, dan pengajar perguruan tinggi.

1 Comment

  1. Avatar

    Mantab pak Dr. Indra, selamat. Sukses selalu

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post