Ibu tua itu

Semakin renta

Di tengah usia

Menjelang senja

 

Tubuhnya kurus kering

Laksana wafat menjelang

Tubuh itu lelah terbujur

Bersiap menjemput ajal

 

Tubuh itu kalau ditimbang

Separuh beratnya telah hilang

Setiap hari terus berkurang

Yang tersisa nyaris hanya tulang

 

Ibu tua itu sudah tahunan berbaring lemah tak berdaya

Tak mampu berobat jalan

Ia pasrah menerima

Mungkin ini sudah ketetapan Tuhan

 

Oohhh… malang nian nasibmu

Pilu hati ini kala memandang wajahmu

Tak mampu ku menatap matamu

Tatapan kosong matamu itu seolah tak lagi mengenal aku

 

Tatapan matamu memanggilku

Meski aku coba memalingkan wajahku

Mencoba menahan air mata

Menahan segala rasa

 

Seorang dokter pun bereaksi tak terduga

Ibu tua itu dibawa ke rumah sakitnya

Tak satu sen pun tagihan darinya

Gubuk ibu tua itu pun direnovasinya

 

Manusia itu berhati malaikat

Luar biasa baiknya

Saudara bukan, teman pun bukan

Pasti itu pun kehendak Tuhan

 

“Ibu boleh pulang.

Setelah rumah ibu selesai saya renovasi

Nanti kalau kurang uang

Tolong saya diberi informasi,” katanya

 

Terharu aku mendengar kabar itu

Menetes lagi air mataku

Malu aku mendengar kabar itu

Karena ibu tua itu masih kerabatku

 

Terharu aku

Ada orang sebaik itu

Malu aku

Tidak mampu melakukan itu

 

Bertanya-tanya aku

Maksud hati dokter itu

Namun biarlah tetap menjadi misteriku

Hingga kini ku pun tak tahu

 

Semakin kutahu

Semakin tumbuh maluku

Semakin kutahu

Semakin aku menjadi terharu

 

Aku di rantau

Kerabatku di nagariku

Aku kini di simpang jalan

Antara haru dan malu

 

 

0
0
Yudisrizal ◆ Associate Writer and ◆ Professional Poetry Writer

Penulis buku Pelajaran Sederhana Luar Biasa. Saat ini bekerja di SKK MIGAS

Yudisrizal ◆ Associate Writer and ◆ Professional Poetry Writer

Yudisrizal ◆ Associate Writer and ◆ Professional Poetry Writer

Author

Penulis buku Pelajaran Sederhana Luar Biasa. Saat ini bekerja di SKK MIGAS

44 Comments

  1. Avatar

    Inspiratif sekali

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih

      Reply
  2. Avatar

    Membacanya jdi mengingatkan diri sendiri … selagi bisa bantulah, berbagilah …krn Allah sendirilah yg mengatur apa yg akan kita dpt sesuai dgn apa yg kita tabur

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih bu Uky

      Reply
  3. Yudisrizal

    Makasih mas Bagus

    Reply
  4. Avatar

    Pelajaran budi yg mengharukan. Smoga Allah senantiasa melembutkan hati kita.

    Reply
  5. Avatar

    Bagus2 pak Yudhis. Aku share ya. Terima kasih

    Reply
    • Yudisrizal

      Silakan pak Khawaja.
      Tq3x ya

      Reply
  6. Avatar

    Terimakasih Pak Yudis, 1 hal yang muncul di pemikiran saya yakni mama…
    Sekali lagi, Terimakasih banyak Pak…

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih mba Hilma

      Reply
  7. Avatar

    Tulisan ini mengingatkan kita untuk saling mengasihi tanpa pamrih, siapapun itu yang kita bantu ikhlaslah dalam membantunya, terimakasih Pak Yudis tulisannya bisa menjadi reminder buat diri saya dan semua orang 🙂

    Reply
    • Yudisrizal

      Sama2 Zulfa. Terima kasih udah berkenan membaca.

      Reply
  8. Avatar

    Sebuah karya yang sangat indah yang mana mengingatkan akan ibu kita sendiri dan sudah sejauh mana bakti kita terhadapnya. Selamat Pak Yudis dan teruslah berkarya dan membuat tulisan yang selalu mengingatkan kita

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih support-nya mas Arif

      Reply
  9. Avatar

    Suatu kebohongan bila mata tidak meneteskan airnya
    ada rasa takut ketika membaca bait pertama
    hati ini terenyuh membaca kata …”Ibu”…
    semoga tak terlambat bersua mengabdikan jiwa

    *terima kasih pak, sudah mengingatkan saya…. ^^

    Reply
    • Yudisrizal

      Sama2 mba Tiana.
      Hatiku juga trenyuh waktu menulis puisi ini

      Reply
  10. Avatar

    Tulisan yang sangat menginspirasi, semoga saya pribadi bisa untuk mengamalkannya, Aamiin.

    Terima kasih Pak Yudis

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih mas Wahyono

      Reply
  11. Yudisrizal

    Makasih bu jeane atas saran perbaikan puisi ini

    Reply
  12. Avatar

    Puisi yg bercerita, bagus pak, sedikit kalimat yg msh kaku.

    Reply
  13. Avatar

    Mas yudis bagus dan jujur sekali arti tulisannya. Insya Allah bisa menginspirasi banyak orang, termasuk sy sendiri. Masih ada ibu sepuh di rumah saya saat ini…
    Makasih mas yudis

    Reply
    • Yudisrizal

      Alhamdulillah.
      Masih terbuka kesempatan berbakti pada ibu ya bu Yarra.
      Moga ibunya tetap sehat walau udah sepuh. Aamiin.

      Reply
  14. Avatar

    Ungkapan yang jujur, disampaikan dengan runut dan lugas. Menjadi pengingat untuk berlomba dalam kebaikan. Sekecil apapun peluang kebaikan, seharusnya kita tangkap. Terimakasih Pak Yudis.

    Reply
    • Yudisrizal

      Betul bu Dewi

      Reply
  15. Avatar

    Makin dibaca semakin dalam maknanya. Bermacam kenangan haru kita ikut muncul tiba tiba. Puisi ini sebagai pengingat untuk kita semua.
    Padiahhh dan Joss !!

    Reply
    • Yudisrizal

      Pak Kurnia
      Sudah berpuisi pula

      Kenyataan hidup memang kadang padiahhh

      Reply
  16. Avatar

    Pak Yudis, tulisannya bagus sekali. Tindakan dokter itu membiayai renovasi rumah ibu tua itu tanpa ada hubungan kerabat dan tanpa hubungan saudara juga insha Alloh tanpa mengharapkan kepentingan dunia adalah bentuk shodaqoh yang pahalanya terus mengalir meskipun dokter itu sudah wafat dan sampai hari kiamat . Semoga kita dapat meningkatkan amal sholeh kita ke depan dan menjadi bagian dari umat peduli pada dhuafa yang dicintai Alloh, penduduk bumi dan langit. Aamiin. Masha Alloh. Terima kasih. Wassalamu alaykum.

    Reply
    • Yudisrizal

      Aamiin.
      Makasih pak Fadil

      Reply
  17. Avatar

    Memang inilah kelemahan rata2 kita semua,,rasa kepedulian,,,
    Mudah2an dgn membaca tulisan ini mampu mengingatkan kita semua utk peduli sesama dan saling berbagi,,,,

    Trims sobatku “yu”,,,,

    Reply
    • Yudisrizal

      Terima kasih pak Kepsek.
      Share ya ke teman2 guru di sana.
      Semoga bisa memancing semangat guru untuk menulis, selain semangat mengajar.
      Bu Nila udah bikin satu buku.

      Reply
  18. Avatar

    sangat menginsipirasi. Jika mampu, Segera membantu orang yang mengalami kesulitan

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih pak Mirhan

      Reply
  19. Avatar

    Jadi ikut malu juga ketika habis membacanya. Kebanyakan kita, bisa jadi diri kita sendiri, secara sadar atau tidak sadar telah terjebak rutinitas menghabiskan waktu hanya untuk kerjaan dan kepentingan keluarga masing-masing. Lupa dengan kepentingan orang lain yg sedang malang, padahal jalan ketakwaan adalah jalan yang mendaki lagi sukar seperti memberi makan org lain di saat kita sendiri kelaparan. Membacanya seperti diingatkan surat Al Balad ayat 14. Terima kasih, telah mengingatkan.👍👍👍

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih pak Rustam

      Reply
  20. Avatar

    penderitaan yang diderita kerabat, kadang kita hanya dapat melihat, mau melangkah takut salah karena mengukur kemapuan yang terbilang belum mampu, sebenarnya sekecil apapun kemampuan kita bila sudah dilaksanakan itulah penggugur kewajiban, namun setiap rasa yg sudah dicurahkan terasa lega didada, kejujuran dan rasa yg selalu terpendam akan berbuah dikemudian hari sesuai dengan apa yg kita pikirkan

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih pak Sujono

      Reply
  21. Avatar

    Siapapun orang tuanya, apapun agamanya, sukunya, kita harus segera mengambil tindakan, membantu sebisa kita, lakukan dengan niat Lillahita’ala, ada 3 pesan junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW, 1. Jangan tinggalkan sholat, 2, hormati orang tua, 3. berjihad di Jalan Allah, mari kita laksanakan. Allahuakbar….

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih komen & sharing-nya Attabari.
      Sangat bermanfaat.

      Reply
  22. Avatar

    Tulisan yg padat, berisi, penuh makna; dan sangat menginspirasi! Trm ksh, sahabat!

    Reply
    • Yudisrizal

      Terima kasih pak Jonih, guruku-motivatorku, Penulis 6 buku best seller terbitan Gramedia

      Reply
  23. Avatar

    Sebuah pengungkapan suara hati yg jujur yg menyadarkan perlunya berbagi kasih tanpa harus banyak menimbang untung rugi, lakukanlah bagi yg berhak menerimanya dng ikhlas. Tulisan yg indah 👍👍👍👍 dan menginspirasi

    Reply
    • Yudisrizal

      Makasih pak Agus.
      Keren komennya

      Reply
    • Avatar

      Keren Pak.

      Reply
      • Yudisrizal

        Makasih Marganda

        Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post