Teori dan Praktik Jauh Berbeda

by | Jul 20, 2025 | Birokrasi Efektif-Efisien | 0 comments

Kita sering mendengar ungkapan “teori dan praktik jauh berbeda.” Meskipun sekilas terdengar seperti pengamatan yang wajar terhadap kompleksitas implementasi dalam berbagai bidang, termasuk teknologi informasi, anggapan ini dapat menyesatkan dan bahkan berbahaya. 

Lebih lanjut, keberhasilan menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik sangat dipengaruhi oleh etos kerja yang baik dan etika profesi, serta kemampuan teori untuk terus berkembang mengikuti dinamika dunia dan kemajuan teknologi. Mari kita telaah lebih dalam.

Pembenaran Atas Penyimpangan 

Ungkapan “teori dan praktik jauh berbeda” dapat menjadi tameng yang nyaman untuk membenarkan tindakan yang sebenarnya merupakan penyimpangan atau bahkan memiliki niat buruk.

Kurangnya etos kerja yang baik (misalnya, kemalasan, kurang tanggung jawab) dan pengabaian etika profesi (misalnya, mengutamakan keuntungan pribadi atau kelompok di atas keamanan sistem dan kepentingan orang banyak) dapat memperkuat kecenderungan ini.

Berikut adalah beberapa contoh pembenaran dimaksud. 

  1. Mengabaikan Standar Keamanan

Seorang administrator sistem yang malas memperbarui patch keamanan mungkin berkata, “Teori keamanan memang menyuruh kita untuk selalu update, tapi di lapangan, dengan sistem yang kompleks ini, tidak semudah itu.”

Ini bisa menjadi pembenaran untuk kelalaian yang meningkatkan risiko keamanan sistem, yang diperparah oleh kurangnya tanggung jawab dan etika profesi untuk menjaga keamanan.

2. Melanggar Prosedur Pengembangan

Seorang pengembang yang terburu-buru menyelesaikan proyek mungkin melompati tahapan pengujian yang penting dengan alasan, “Dalam teori, pengujian itu penting, tapi di praktik, kita dikejar deadline.”

Ini adalah pembenaran untuk mengambil jalan pintas yang berpotensi menghasilkan perangkat lunak yang cacat atau rentan, menunjukkan kurangnya komitmen terhadap kualitas dan etika profesi.

3. Manipulasi Data

Seseorang dengan akses ke basis data mungkin melakukan manipulasi yang tidak etis atau ilegal. Ketika ditanya, ia bisa saja menjawab, “Teorinya memang data harus akurat, tapi dalam praktiknya, kadang ada ‘fleksibilitas’ untuk mencapai tujuan tertentu.”

Ini adalah cara licik untuk menormalisasi tindakan yang salah, yang jelas melanggar etika profesi terkait integritas data.

Pentingnya Etos Kerja dan Etika Profesi

Untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, etos kerja yang baik (seperti kedisiplinan, ketelitian, tanggung jawab, dan kolaborasi) sangat penting dalam mengimplementasikan teori secara efektif.

Selain itu, etika profesi (seperti integritas, kejujuran, dan tanggung jawab terhadap dampak pekerjaan) memastikan bahwa implementasi teori dilakukan dengan benar dan bertanggung jawab, bukan untuk kepentingan pribadi atau dengan mengabaikan konsekuensi.

Praktik Tidak Akan Mengkhianati Teori

Sebetulnya, jika implementasi atas teori dapat selaras, maka praktik tidak akan mengkhianati teori. Beberapa kasus dalam konteks teknologi informasi berikut dapat menjadi contoh.

Prinsip-prinsip agile development menekankan iterasi pendek, kolaborasi tim, dan respons terhadap perubahan. Metodologi seperti Scrum dan Kanban adalah manifestasi teoritis dari prinsip-prinsip ini. 

Jika tim pengembang dengan etos kerja yang baik (disiplin, bertanggung jawab, kolaboratif) benar-benar mengikuti prinsip dan praktik agile (misalnya, daily stand-up, sprint planning, retrospective), maka teori dan praktik akan selaras.

Kegagalan seringkali bukan pada teorinya,
tetapi pada implementasi yang tidak tepat (misalnya, stand-up hanya menjadi laporan status
yang panjang, retrospective tidak menghasilkan perbaikan nyata), yang bisa
diperparah oleh kurangnya etos kerja.

Begitu juga dalam hal keamanan siber. Prinsip-prinsip keamanan seperti zero trust, enkripsi, dan segmentasi jaringan dirancang untuk melindungi sistem dari ancaman. Model-model keamanan seperti CIA triad (Confidentiality, Integrity, Availability) adalah kerangka teoritis.

Jika langkah-langkah keamanan yang direkomendasikan (berdasarkan teori keamanan) diimplementasikan dengan benar dan konsisten, dengan menjunjung tinggi etika profesi (bertindak demi keamanan dan integritas sistem), maka sistem akan lebih aman.

Kegagalan keamanan sering terjadi karena kelalaian dalam implementasi (misalnya, password lemah, konfigurasi yang salah, mitigasi tidak diterapkan) atau karena teori tidak diterapkan secara komprehensif, yang bisa diperburuk oleh kurangnya kesadaran etis.

Dalam hal manajemen basis data, konsep normalisasi basis data bertujuan untuk mengurangi redundansi dan meningkatkan integritas data. Bahasa kueri terstruktur (SQL) memungkinkan manipulasi data berdasarkan model relasional teoritis.

Jika perancang basis data mengikuti aturan normalisasi dan pengembang menggunakan SQL dengan benar, dengan etos kerja yang teliti dan fokus pada kualitas data, maka teori dan praktik pengelolaan data akan sesuai. Masalah muncul ketika desain basis data tidak dinormalisasi dengan baik atau kueri SQL ditulis secara tidak efisien.

Perlunya Pengembangan Teori

Penting untuk disadari bahwa teori itu sendiri tidak statis. Seiring dengan perkembangan kondisi dunia dan kemajuan teknologi yang pesat (seperti munculnya AI, cloud computing, blockchain, dll.), teori-teori yang ada perlu terus dievaluasi, diperbarui, dan bahkan dikembangkan.

Teori yang relevan hari ini mungkin menjadi kurang relevan atau bahkan usang di masa depan jika tidak diadaptasi. Pengalaman praktis di lapangan seringkali memberikan wawasan berharga untuk menyempurnakan atau menciptakan teori baru yang lebih sesuai dengan realitas terkini.

Jadi, hubungan antara teori dan praktik seharusnya bersifat dialektis: teori memandu praktik, dan praktik memberikan umpan balik untuk pengembangan teori.

Epilog

Alih-alih mengatakan “teori dan praktik jauh berbeda,” kita harus menekankan pentingnya implementasi teori yang cermat dengan didukung oleh etos kerja yang baik dan etika profesi.

Selain itu, kita perlu mengakui bahwa teori itu sendiri harus dinamis dan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan teknologi. Anggapan bahwa teori dan praktik selalu berjauhan dapat menjadi alasan untuk pembenaran penyimpangan dan menghambat kemajuan.

Mari kita fokus pada bagaimana teori dapat diimplementasikan dengan lebih baik dan bagaimana teori itu sendiri dapat terus relevan. Mempraktikkan ilmu pengetahuan sehingga bermanfaat secara nyata tentu saja penting.

Meskipun demikian, harus disadari bahwa wujud pengetahuan dalam teori dan praktik seharusnya sejalan dan tidak berbeda, terlebih jauh berbeda. Marilah kita lebih rajin melakukan kajian pada teori-teori yang ada dan sesuai kebutuhan dan kemampuan menerapkannya dengan baik serta juga terus mengembangkannya.

0
0
Teddy Sukardi ◆ Expert Writer

Teddy Sukardi ◆ Expert Writer

Author

Ketua Umum Ikatan Konsultan Teknologi Informasi Indonesia (IKTII). Ia aktif melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang teknologi informasi seperti dalam bidang terkait Transformasi Digital, Perencanaan Strategis, Perumusan Regulasi, IT Governance, Manajemen Risiko, Audit Teknologi Informasi dan E-learning. Dapat dihubungi pada alamat surel [email protected]

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post