Tantangan Pembelajaran Online bagi Aparatur Sipil Negara

by Amyulia Nur ♥ Associate Writer | May 22, 2025 | Birokrasi Efektif-Efisien | 0 comments

Pendahuluan

Transformasi digital dalam sektor pemerintahan telah berkembang pesat dalam dekade terakhir. Salah satu dampak signifikannya adalah penerapan pembelajaran secara daring atau online dalam pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Pemerintah Indonesia melalui berbagai lembaga pelatihan,
seperti Lembaga Administrasi Negara (LAN), telah menerbitkan peraturan LAN RI
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil melalui E-Learning yang mendorong adopsi metode pembelajaran daring guna menjawab tantangan efisiensi, keterjangkauan, dan akselerasi peningkatan kualitas SDM birokrasi.

Saat ini, pembelajaran online tidak lagi bersifat eksperimental, melainkan telah menjadi salah satu metode utama dalam pelatihan ASN, terutama dalam kerangka implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).

Dalam artikel ini, penulis akan menelaah kelebihan dan kekurangan pembelajaran online bagi ASN dari sudut pandang dan pengalaman penulis yang telah melakukan proses pemberian materi melalui media online kepada para peserta pendidikan dan pelatihan.

Selain itu juga dengan mempertimbangkan teori-teori pendidikan orang dewasa (andragogi), manajemen pembelajaran digital, serta tantangan struktural dan kultural dalam birokrasi Indonesia.

Kelebihan Pembelajaran Online: Pendekatan Teoritis dan Praktis

Dari perspektif andragogi yang dikemukakan oleh Malcolm Knowles, seorang pakar pendidikan dari AS yang mengembangkan prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran orang dewasa,  orang dewasa belajar secara optimal ketika mereka dapat mengontrol proses belajarnya sendiri, memiliki motivasi intrinsik, serta dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman kerja mereka. 

Andragogi adalah teori dan pendekatan dalam pembelajaran orang dewasa, berbeda dengan pedagogi, yang fokus pada cara mengajar anak-anak, andragogi menekankan pada cara orang dewasa belajar secara mandiri, reflektif, dan relevan dengan pengalaman hidupnya.

Prinsip-Prinsip Andragogi (Menurut Malcolm Knowles)

  • Kebutuhan untuk mengetahui (Need to Know), yaitu orang dewasa perlu tahu mengapa mereka harus mempelajari sesuatu. Artinya, tujuan pembelajaran harus jelas dan relevan.
  • Konsep diri (Self-Concept), artinya orang dewasa memiliki konsep diri sebagai individu yang mandiri. Mereka ingin dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi proses belajar.
  • Pengalaman peserta didik (Prior Experience), yaitu pengalaman hidup menjadi sumber belajar yang penting. Oleh karena itu, metode seperti diskusi, studi kasus, dan refleksi sangat efektif.
  • Kesiapan untuk belajar (Readiness to Learn), yaitu orang dewasa biasanya siap belajar jika materi terkait langsung dengan peran sosial atau pekerjaan mereka.
  • Orientasi terhadap pembelajaran (Orientation to Learning), dimana mereka lebih fokus pada pemecahan masalah (problem-solving) daripada pada penguasaan materi secara teoritis.
  • Motivasi untuk belajar (Motivation to Learn), yaitu bahwa meskipun faktor eksternal seperti sertifikat atau promosi penting, orang dewasa umumnya termotivasi oleh faktor internal seperti peningkatan kinerja atau harga diri.

Peluang Menyesuaikan Ritme

Pembelajaran online, dalam konteks ini, memberikan peluang besar bagi ASN untuk menyesuaikan ritme dan metode belajar dengan gaya pribadi dan kebutuhan pekerjaan mereka. Adapun keunggulan dari pembelajaran online adalah sebagai berikut:

  • Keunggulan utama pembelajaran daring adalah fleksibilitas waktu dan tempat. ASN yang tersebar dari pusat hingga pelosok daerah dapat mengakses modul pelatihan tanpa harus melakukan perjalanan dinas yang mengganggu pelayanan publik.
    Ini memberikan solusi terhadap persoalan klasik dalam pelatihan ASN, yaitu keterbatasan waktu dan biaya. Dengan sistem modular dan asynchronous learning, peserta dapat menyelesaikan pelatihan di luar jam kerja utama, sehingga tidak mengganggu produktivitas organisasi.
  • Pembelajaran daring berpotensi meningkatkan efisiensi dan jangkauan pelatihan secara nasional. Dalam kerangka teori efisiensi pembelajaran digital, disebutkan bahwa penggunaan Learning Management System (LMS) memungkinkan penyampaian materi kepada ribuan peserta secara serentak, dengan biaya marginal yang rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip efisiensi alokatif dalam manajemen publik.
  • Dari sisi isi dan media pembelajaran, platform online dapat menyediakan materi yang lebih dinamis, interaktif, dan kaya multimedia. Video pembelajaran, simulasi interaktif, dan forum diskusi daring memberikan alternatif bagi pendekatan ceramah konvensional. Pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan analitik pembelajaran juga memungkinkan evaluasi yang lebih adaptif dan personal.
  • Digitalisasi pelatihan menghasilkan jejak data yang akurat. Setiap partisipasi, aktivitas, nilai kuis, dan interaksi peserta terekam dalam sistem, memungkinkan evaluasi yang lebih objektif terhadap efektivitas program pelatihan. Hal ini mendukung penguatan prinsip akuntabilitas publik dan manajemen kinerja ASN.

Kekurangan Pembelajaran Online: Tantangan Teoretis dan Kontekstual

Meskipun menawarkan berbagai keunggulan, pembelajaran online juga mengandung sejumlah keterbatasan yang perlu dikaji secara kritis, terutama dalam konteks ASN di Indonesia yang sangat heterogen dari sisi geografis, sosial, dan kultural.

Kesenjangan infrastruktur digital masih menjadi masalah mendasar. ASN di wilayah tertinggal sering mengalami kesulitan mengakses platform pelatihan karena keterbatasan jaringan dan perangkat keras. Dari perspektif keadilan digital, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring belum sepenuhnya inklusif.

Minimnya interaksi sosial dalam pembelajaran daring dapat mengurangi efektivitas proses pembentukan sikap dan keterampilan sosial. Teori konstruktivisme sosial menekankan pentingnya interaksi antarindividu dalam membentuk pengetahuan baru.

Platform online yang kurang interaktif
cenderung gagal menciptakan dinamika tersebut. Penulis merasakannya sendiri
ketika terdapat beberapa peserta diklat yang tidak menampak wajahnya di layar (off camera) sehingga penulis sebagai pengajar tidak mengetahui apakah peserta tersebut
aktif mengikuti pembelajaran atau tidak.

Kurangnya disiplin dan motivasi belajar menjadi tantangan psikologis tersendiri. Studi-studi menunjukkan bahwa dropout rate dalam pelatihan daring cenderung tinggi jika tidak diiringi dengan sistem monitoring dan mentoring.

Ketimpangan kompetensi literasi digital di kalangan ASN juga menghambat optimalisasi pembelajaran daring. ASN dari generasi yang lebih senior atau tidak terbiasa menggunakan teknologi sering mengalami hambatan dalam menyelesaikan modul daring.

Risiko keamanan data dan privasi juga menjadi isu penting. Tanpa kebijakan keamanan data yang jelas, platform pembelajaran daring membuka peluang terjadinya pelanggaran data atau penyalahgunaan informasi.

Implikasi Kebijakan dan Rekomendasi

Berdasarkan analisis di atas, keberhasilan pembelajaran daring bagi ASN sangat bergantung pada kesiapan ekosistem digital, pendekatan pedagogis yang sesuai, serta penguatan tata kelola pelatihan. Beberapa hal yang menjadi catatan yaitu:

  • Model hybrid learning perlu dikembangkan sebagai solusi antara fleksibilitas daring dan interaktivitas luring. Pemerintah perlu mendorong penyusunan kurikulum pelatihan yang mengintegrasikan dua pendekatan ini secara strategis.
  • Perlu dilakukan peningkatan kapasitas digital ASN secara menyeluruh. Pelatihan dasar penggunaan LMS, etika digital, dan keamanan siber harus diberikan secara merata.
  • Penguatan instrumen evaluasi dan insentif pembelajaran perlu dilakukan agar partisipasi ASN dalam pelatihan daring berkontribusi nyata pada pengembangan kinerja.
  • Standarisasi platform dan akreditasi konten pelatihan daring menjadi langkah penting untuk memastikan mutu.

Kesimpulan

Pembelajaran online bagi ASN pada saat ini merupakan langkah penting dalam memperkuat kompetensi birokrasi yang adaptif. Namun, agar pendekatan ini benar-benar efektif dan berkeadilan, perlu ada perhatian serius terhadap aspek teknis, pedagogis, sosial, dan kultural.

Kelebihan pembelajaran daring harus dimaksimalkan, sementara kekurangannya harus diatasi melalui inovasi kebijakan dan desain pembelajaran yang holistik.

Selain itu peran dari pimpinan dari para peserta pelatihan juga akan menentukan keberhasilan proses transfer ilmu dengan memberikan waktu luang agar bawahannya dapat fokus mengikuti pendidikan dan pelatihan. 

Pendidikan dan pelatihan ASN tidak hanya tentang penyampaian pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan integritas pelayanan publik—dan untuk itu, pendekatan pembelajaran yang inklusif tetap menjadi kebutuhan utama di era digital ini.

1
0
Amyulia Nur ♥ Associate Writer

Amyulia Nur ♥ Associate Writer

Author

Penulis adalah Widyaiswara Pusdiklat Keuangan Umum, BPPK, Kemenkeu

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post