Story Telling is Story Selling dalam Mengusung Calon Kepala Daerah

by Iwan Novarian Sutawijaya ▲ Active Writer | Aug 23, 2024 | Politik | 0 comments

Pembatalan RUU PILKADA Tanggal 22 Agustus 2024 kemarin dan memanasnya demo massa menolak revisi UU Pilkada merupakan tekanan publik yang menunjukkan bahwa kekuatan rakyat dalam menentukan arah politik tidak bisa diabaikan, sekaligus menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan suara rakyat dan memperhatikan aspirasi mereka.

Insiden ini juga menekankan perlunya
pendekatan yang lebih strategis dalam mengemas calon kepala daerah,
terutama dalam konteks politik yang penuh dengan dinamika dan tuntutan masyarakat
yang semakin kritis.

Rob Walker dan Joshua Glenn peneliti dan antropolog  dari  Significantobjects.com melakukan penelitian yang menyimpulkan penulis yang mampu menambahkan kisah pada benda, akan menaikkan nilai benda tersebut berkali-kali lipat.

Penelitian dimulai dengan mengumpulkan benda2 bekas “tak bernilai” dengan harga tak lebih dari 2 dolar (sekitar 30 ribu). Mereka pun mulai menambahkan kisah dan cerita pada benda tersebut sebelum dijual kembali di Ebay.

Hal mengagumkan pun terjadi. Sebuah mainan pisang yang awalnya berharga 25 sen (8000 rupiah), setelah ditambahkan cerita, laku terjual dengan harga $76 (Rp 1.140.000). Mainan miniatur ayam yang diperoleh dengan gratis, mampu dijual kembali dengan harga $30 (Rp. 450.000).

Cerita yang ditambahkan pada benda-benda tersebut ternyata mampu menyentuh perasaan, emosi, hingga hati pembaca untuk membelinya.

Modal barang bekas yang awalnya $128,74 (sekitar 2 jutaan), saat ditambahkan cerita menghasilkan omset $3.612,51 (54 jutaan). Hipotesis mereka benar. Bahkan melebihi ekspektasi. Sebuah cerita mampu meningkatkan nilai calon kepala daerah hingga 2700 kali lipat.

Story telling saat ini sudah berubah menjadi story selling, sebuah needs dalam kampanye politik, yaitu  mampu menyentuh jiwa pembeli. Saatnya partai politik merefleksikan diri, apakah kemasan calon kepala daerah partai kita sudah keren?

Amunisi partai, SDM partai, kader dan seluruh sumber daya  terbaik sudah kita kerahkan. Kampanye calon kepala daerahnya sudah brutal, namun ternyata calon kepala daerah masih sulit menjual. Mungkin kita harus stop sejenak, lalu mulailah dengan menuliskan kisah calon kepala daerah tersebut. 

Perjuangannya! Nilai manfaatnya!
Kebaikannya! Bangkitkan sisi manusiawinya! 

Karena kita juga berinteraksi dengan manusia. Kisah tersebut  menunjukkan kekuatan luar biasa dari storytelling dalam kampanye politik. Mereka membuktikan bahwa cerita bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat yang sangat efektif dalam meningkatkan nilai calon kepala daerah secara signifikan.

Melalui kisah-kisah yang mereka tambahkan pada benda-benda sederhana dan tak bernilai, mereka mampu meningkatkan harga jual barang tersebut hingga berkali-kali lipat.

Mengapa Storytelling Efektif dalam Kampanye Calon Kepala Daerah?

Cerita yang kuat mampu menyentuh emosi, menciptakan koneksi yang dalam antara calon kepala daerah dan konsumen. Ketika sebuah calon kepala daerah dikaitkan dengan cerita yang menggerakkan hati, rakyat tidak hanya membeli calon kepala daerah tersebut tetapi juga cerita dan perasaan yang menyertainya.

Benda atau calon kepala daerah yang mungkin awalnya tampak biasa saja menjadi penuh makna ketika dibungkus dengan cerita. Ini membuat calon kepala daerah tersebut lebih berharga di mata rakyat karena mereka merasa terhubung secara emosional.

Dalam masyarakat yang jenuh dengan calon kepala daerah sejenis, storytelling memberikan keunikan. Calon kepala daerah dengan cerita memiliki daya tarik yang berbeda, yang membedakannya dari kompetitor.

Nilai yang dirasakan oleh rakyat akan jauh lebih tinggi daripada nilai asli calon kepala daerah ketika cerita yang menyentuh dan relevan ditambahkan. Ini terbukti dari hasil eksperimen mereka, di mana benda-benda murah dapat dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Bagi kampanye politik modern saat ini, storytelling bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Jika calon kepala daerah Anda belum menjual sesuai ekspektasi meskipun sudah melakukan banyak upaya kampanye, mungkin inilah saatnya untuk berhenti sejenak dan meninjau kembali pendekatan  kita,  cobalah untuk :

  1. Cerdas berkampanye secara digital dan media sosial dengan melibatkan story telling.

Dalam story telling, akan lebih menyentuh jika merupakan kisah nyata dari calon kepala daerah. Asal-usul, keluarga, pengalaman hidup yang membentuk karakter dan visi, testimoni dari pendukung, tokoh masyarakat, atau pemilih menceritakan bagaimana calon telah membuat perbedaan dalam kehidupan mereka.

Visualisasi tentang program dan rencana kerja yang diusung calon, dikemas dalam bentuk storytelling yang menyentuh kebutuhan dan aspirasi rakyat. Keseluruhannya dikemas dalam pelbagai  platform YouTube, Facebook, Instagram, dan TikTok

2. Pertemuan Tatap Muka dan Diskusi dengan masyarakat

Calon kepala daerah dapat menggunakan storytelling untuk menonjolkan pengalaman pribadi dan visi mereka, sehingga menciptakan koneksi yang lebih mendalam dengan audiens.

3. Melibatkan rakyat dalam story telling dengan membuat quiz dan games online pembangunan daerah

Games online tentang pembangunan daerah bisa menjadikan rakyat merasa terlibatkan dalam membangun daerah. Pertanyaan kepada pemilih yang mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam cerita.

Bagaimana mereka bisa menjadi bagian dari perubahan? Bagaimana calon dapat membantu mereka mewujudkan harapan dan impian mereka?

Walker dan Glenn membuktikan bahwa cerita adalah alat yang sangat ampuh dalam dunia kampanye politik. Storytelling telah berubah menjadi storyselling, yang secara signifikan dapat meningkatkan nilai calon kepala daerah dan merek yang sedang kita jual.

Storytelling dan Kejujuran

Di era kompetisi yang ketat ini, cerita yang baik akan menjadi pembeda yang kuat, menjadikan calon kepala daerah lebih dari sekadar benda, tetapi juga sesuatu yang memiliki nilai emosional dan manusiawi yang mendalam.

Namun, di tengah hiruk-pikuk politik yang memanas, kita perlu bertanya: apakah pesan dan cerita yang kita sampaikan benar-benar mewakili aspirasi rakyat atau hanya sekadar strategi jualan politik?

Perjuangan rakyat dalam menolak RUU PILKADA mengingatkan kita bahwa narasi yang kita bangun harus otentik dan berakar kuat pada realitas sosial. Storytelling yang efektif bukan hanya soal mengemas kisah, tetapi juga tentang kejujuran dalam merefleksikan kebutuhan dan harapan masyarakat.

Ketika calon kepala daerah hanya dilihat sebagai produk yang harus dijual, kita berisiko menghilangkan esensi kepemimpinan yang sejatinya harus melayani rakyat.

Maka dari itu, sudah saatnya partai politik tidak hanya mengejar popularitas instan, tetapi juga membangun narasi yang tulus dan berkelanjutan, yang benar-benar menggambarkan perjuangan dan komitmen calon dalam menghadapi tantangan di masyarakat.


2
0
Iwan Novarian Sutawijaya ▲ Active Writer

Widyaiswara pada Pusdiklat Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Di sela-sela kesibukannya mengajar, dia meluangkan waktunya untuk menulis dan membagikannya kepada Anda di Birokrat Menulis.

Iwan Novarian Sutawijaya ▲ Active Writer

Iwan Novarian Sutawijaya ▲ Active Writer

Author

Widyaiswara pada Pusdiklat Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Di sela-sela kesibukannya mengajar, dia meluangkan waktunya untuk menulis dan membagikannya kepada Anda di Birokrat Menulis.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post