Aku lihat
Ia tengah menyiapkan kameranya
Untuk memotret wajah pemerintah
Aku ragu
Ia akan mampu menampakkan fakta sebenarnya
Setelah kusaksikan lensa yang ia pilih
Aku yakin
Ia hanya akan mampu mengambil gambar pembangunan
Dalam bentuk jalan dan jembatan
Yang pengerjaannya berkesinambungan
Aku percaya
Ia hanya akan memotret wajah kesejahteraan
Dari total pertumbuhan produk domestik bruto
Angka-angka kemiskinan dan pengangguran
Aku sangsi
Ia akan mampu menemukan
Tangisan orang yang kehilangan tanah
Tergerus atas nama investasi dan kemajuan ekonomi
Aku skeptis
Ia akan mampu mengetahui
Di mana orang hilang, diciduk, dan terciduk
Dituduh radikal dan teroris
Yang membawa, lalu sengaja menjatuhkan ijazah dan kartu identitasnya
Seolah-olah titisan narkissos yang terlalu bangga pada nilai-nilainya
Aku berharap
Ia akan mengganti lensa itu dengan lensa tele
Yang dapat menangkap kegagapan dan keputusasaan
Satu dalil baru yang bergerak merayap
Di antara selokan, gang, atau lorong-lorong
Diam-diam atau tidak diam-diam
Yang dicurigai mengganti pemerintah
Menjadi mimpi buruk penguasa
Karena berisi monster ciptaan R.L. Stine
Siapapun yang subversif diduga titisan monster itu
Lalu ramai-ramai pikiran dibungkam
Dan dimasukkan ke penjara
Seolah-olah segala hal di dunia
Bisa dininabobokan dengan segera
Hanya tersisa suara-suara bodoh
Heboh dengan nada dasar sama
Tak berbeda dengan masa menteri penerangan tempo dulu
Aku lantas memahami
Sebuah potret bisa terlihat buram, bisa sebaliknya
Bisa diatur pula kontras dan saturasinya
Dan segala hal yang dicipta dari lensa kameranya
Tak akan lebih baik dari lensa hati
Yang diberikan Tuhan Yang Maha Mengetahui
(2018)
Penulis bekerja di Ditjen Perbendaharaan. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Buku terbarunya Sejumlah Pertanyaan tentang Cinta (Elexmedia, 2019). Ia mengelola blog pribadi di https://catatanpringadi.com
0 Comments