Phubbing: Ancaman Tersembunyi dalam Hubungan Sosial

by | Oct 12, 2025 | Literasi | 0 comments

karikatur landscape tanpa tulisan untuk artikel tentang phubbing, menggambarkan individu yang sibuk dengan ponsel di tengah interaksi sosial yang terabaikan, seperti saat makan bersama keluarga atau berkumpul dengan teman, menunjukkan dampak emosional dan sosial dari perilaku tersebut

Dalam era digital saat ini, media sosial dan perkembangan teknologi telah menjadi bagian integral dalam kehidupan manusia sehari-hari. Salah satu fenomena yang hadir seiring dengan perkembangan zaman tersebut ialah “phubbing”. 

Phubbing ialah sebuah istilah yang diambil dari gabungan kata “phone” yang artinya telepon, dan “snubbing” yang artinya mengabaikan. 

Jadi, phubbing ini lebih mengarah pada perilaku suatu individu yang lebih memilih menghabiskan waktunya berinteraksi dengan ponselnya dari pada berinteraksi dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. 

Tampak Sederhana, tapi Mendalam

Meskipun kita melihat phubbing sebagai suatu yang sederhana, namun ini memiliki dampak yang mendalam terhadap kualitas hubungan sosial dan komunikasi antarindividu dalam kehidupan sehari-hari.

Phubbing dapat dikatakan sebagai suatu manifestasi dari ketergantungan manusia terhadap smartphone (ponsel pintar). Tidak hanya kita memudahkan kehidupan dengan komunikasi yang praktis, tapi ia juga menjadi pengalihan perhatian terhadap interaksi sosial yang seharusnya terjadi secara langsung. 

Dalam berbagai kondisi, seperti pada saat kita berkumpul dengan sesama kita, makan bersama dengan keluarga kita, atau bahkan dalam pertemuan-pertemuan penting, banyak individu yang lebih memposisikan diri mereka dengan layar ponsel mereka. 

Hal ini yang menimbulkan suatu refleksi penting yang patut untuk dipertanyakan, apakah kemajuan teknologi tersebut benar-benar meningkatkan hubungan sosial kita, atau justru sebaliknya?

Salah satu dampak utama dari phubbing adalah pengurangan interaksi sosial. Ketika individu lebih memilih dengan ponsel mereka daripada berkomunikasi dengan orang lain, ia cenderung melewatkan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih intens dan berarti. 

Berinteraksi secara langsung tidak hanya melibatkan untaian kata-kata semata, tetapi juga mimik atau ekspresi wajah, intonasi atau nada suara, dan juga bahasa tubuh. Elemen-elemen ini tidak dapat ditiru oleh pesannya yang dikirimkan melalui ponsel. 

Oleh karena itu, phubbing dapat menyebabkan kurangnya simpati dan pemahaman antarindividu maupun kelompok, yang pada akhirnya akan berpotensi pada putusnya hubungan interpersonal. 

Selain itu, phubbing juga dapat menimbulkan perasaan diabaikannya bagi mereka yang menjadi korban perilaku ini. 

Menciptakan Rasa Kurang Dihargai

Dalam beberapa tulisan ilmiah tentang penggunaan telepon yang berlebihan, ditemukan bahwa individu yang sering mengalami phubbing dari orang-orang terdekatnya cenderung merasa kurang dihargai dan tidak diinginkan. 

Perasaan seperti ini yang bisa berdampak meningkatnya tingkat stres, kecemasan yang berlebihan, dan bahkan menimbulkan depresi. Tanpa kita sadari, mungkin telah tercipta luka emosional pada orang-orang yang kita sayangi hanya karena ketidakmampuan kita untuk memisahkan diri dari perangkat digital yang digunakan. 

Untuk mengatasinya, diperlukan kesadaran kolektif di antara setiap individu atau anggota masyarakat. Salah satu cara ampuh untuk menciptakan perubahan adalah dengan menerapkan “tanpa ponsel” dalam berbagai situasi. 

Sebagai contoh, pada saat berkumpul bersama keluarga atau teman, baik itu makan atau melakukan apapun itu, kita dapat menyimpan atau meletakkannya dalam tempat yang sedikit jauh, dan menentukan waktu yang cukup untuk tidak menggunakan telepon. 

Hal ini tidak hanya menunjukan penghargaan kita terhadap keluarga, teman-teman, atau orang-orang disekitar kita, tetapi membantu kita juga terlibat dalam percakapan yang lebih nyaman, mendalam, dan bermakna.

Selain itu juga, pendidikan tentang dampak phubbing harus dipromosikan, terutama di kalangan generasi yang baru mengalami proses pertumbuhan (remaja). 

Menyadarkan untuk Lebih Bijak

Melalui sistem pendidikan, setiap kita yang berprofesi sebagai guru tentunya mendidik dan membina anak-anak remaja kita tentang pentingnya komunikasi langsung dan dampak negatif dari phubbing

Dengan memberikan sosialisasi dan pengajaran dapat membantu mereka meningkatkan kesadaran akan perilaku ini. Para generasi muda, penerus bangsa juga diharapkan dapat lebih bijak dalam menggunakan teknologi dan menjaga hubungan sosial yang aman dan sehat.  

Akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa phubbing adalah suatu fenomena atau peristiwa yang kompleks dan berpotensi merusak yang muncul akibat ketergantungan kita terhadap teknologi. 

Sementara ponsel ini memberikan kepada kita banyak manfaat, tentu penting bagi kita untuk membatasi dan mempertahankan interaksi sosial yang tulus dan simpatik. Dalam menjaga hubungan sosial yang sehat, kita perlu menyadari bahwa kehadiran fisik dan emosional kita terhadap orang lain tidak dapat digantikan oleh layar ponsel. 

Dengan menciptakan keseimbangan antara interaksi sosial dan penggunaan ponsel, kita dapat membangun suatu kelompok masyarakat yang lebih terhubung dan harmonis.

2
0
Algo Tius ♥ Associate Writer

Algo Tius ♥ Associate Writer

Author

Penulis merupakan mahasiswa semester 5 yg sedang kuliah di IFTK Ledalero

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post