Perguruan Tinggi Menjamin Masa Depan (?)

by Muhammad Mantsani ♥ Associate Writer | May 21, 2024 | Birokrasi Efektif-Efisien | 0 comments

woman holding book

Setelah mendapat pendidikan dasar, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, apakah hal itu cukup bagi kita untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik? Pada umumnya, kita kebanyakan akan menjawab belum. Karena itu kebanyakan masyarakat mengatakan dibutuhkan lagi pendidikan tinggi untuk mencapai hal itu semua. 

Akan tetapi, pendidikan tinggi baik itu perguruan tinggi swasta pada dewasa ini memiliki biaya yang tidak murah. Pada tulisan ini dibuat, banyak berita yang menginformasikan ke kita bahwa biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) mengalami kenaikan dari sebelum-sebelumnya.

Tentu hal ini bagi kita hal yang tidak menggembirakan. Bahkan beberapa teman-teman kita di berbagai perguruan tinggi terancam tidak dapat melanjutkan pendidikannya, karena kesulitan untuk memenuhi UKT. 

Dari pemerintah juga belum ada tindakan yang pasti untuk menindaklanjuti kejadian ini. Malah pejabat dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi menyebutkan bahwa kuliah itu adalah kebutuhan tersier, tidak wajib bagi masyarakat untuk kuliah. Kalau tidak mampu jangan dipaksa untuk kuliah.

Dari kejadian ini menarik untuk ditelaah dari beberapa sudut pandang dan beberapa hal lain. Kita akan coba melihat tidak hanya dari naiknya uang kuliah, tapi bagaimana perguruan tinggi ini apakah akan menjamin masa depan yang baik untuk setiap mahasiswa di dalamnya?

Pekerjaan Tidak Sesuai dengan Jurusan Kuliah

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkap ada 60,62 peren orang yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Bayangkan, hanya ada sekitar 39 persen mereka yang jurusan kuliah dan pekerjaannya linear. 

Hal ini tidak lain bahwa di dunia pekerjaan, tidak selalu memandang latar belakang pendidikan (jurusan) yang kita punya. Karena yang lebih penting dari itu semua adalah kemampuan atau skill yang dimiliki oleh para pekerja. 

Selain itu, pendidikan di bangku kuliah, kebanyakan hanya mempelajari hal teoritis dan mendasar saja pada bidang keilmuan. Di dalamnya tidak diajarkan bagaimana mendapatkan penghasilan, bagaiamana untuk bertahan pada zaman yang serba cepat.

Semua hal hanya dari buku-dan buku saja. Kebanyakan setelah bekerja, pelajaran-pelajaran yang didapatkan saat kuliah tidak digunakan. Bukankah hal itu sia-sia saja?

Menjadi pekerjaan rumah bersama, baik itu untuk pemerintah dan pihak perguruan tinggi agar dapat menciptakan lulusan-lulusan yang siap untuk menghadapi dan menghidupi dirinya sendiri pada zaman yang serba cepat. Tidak hanya asal masuk, bayar kuliah, lulus, lalu tidak menjadi apa-apa.

Lulus Perguruan Tinggi Langsung Dapat Kerja (?) 

Harapan bagi setiap lulusan dari perguruan tinggi adalah pasca lulus langsung mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi, hal itu tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 bahwa terdapat 11,8 persen pengangguran pada tingkat pendidikan diploma, serjana, dan ke atas. 

Hal ini menunjukkan lapangan kerja yang tersedia lebih banyak diisi oleh kalangan yang berpendidikan rendah, bagi lulusan SMA ke bawah. Hal ini bisa diartikan kualifikasi yang dibutuhkan untuk bekerja memang bukan untuk kalangan yang berpendidikan diploma ke atas.

Kualifikasi yang ditawarkan oleh pemberi kerja adalah untuk tingkat pendidikan SMA/SMK ke bawah. Maka lulusan perguruan tinggi juga akan bersaing dengan mereka yang lulusan SMA/SMK.

Balik lagi seperti pembahasan di atas, pemberi kerja akan menerima mereka yang memiliki kemampuan dan kriteria bekerja yang baik, tidak menjadikan pendidikan kualifikasi nomor pertama. Justru mereka yang hanya berada di bangku sekolah menengah ke bawah bisa jadi lebih baik ketimbang lulusan perguruan tinggi. Karena di kampus, seperti yang dibahas di atas, hanya mengajarkan hal teoritis saja bukan pengalaman.

Perguruan Tinggi Tempat Mendapat Relasi, Informasi, dan Mengasah Skill Baru

Meskipun tidak menjamin untuk mendapatkan pekerjaan langsung, setidaknya di kampus kita akan banyak belajar. Mulai dari belajar tentang berorganisasi, belajar tentang kepemimpinan, belajar tentang manajemen waktu, belajar menyelesaikan masalah-masalah, dan banyak hal baru lain yang tidak ditemukan pada masa sekolah.

Karena perguruan tinggi adalah tempat bertemunya orang-orang dari berbagai latar belakang suku, daerah, ras, agama, makan karagaman akan tercipta. Sudut pandang tentang sesuatu hal pun akan beragam. Kita akan banyak belajar dari mahasiswa lain. Belum lagi, di sana tempat bertukarnya informasi, salah satunya adalah tentang pekerjaan.

Perguruan tinggi memang tidak mengajarkan kita secara langsung untuk menghadapi perkembangan zaman dan bagaimana cara mendapatkan pekerjaan yang baik ke depannya. Akan tetapi perguruan tinggi adalah alat yang bagus untuk pertukaran informasi tentang hal tersebut. 

Karena, sering kita temukan mereka yang sudah bekerja di suatu tempat, akan memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan kepada teman-teman atau adik kelas mereka di kampus.

Belum lagi, di kampus juga banyak yang belajar cara berbisnis. Mereka yang mau membaca peluang bisnis, maka di kampuslah tempat yang baik. Mulai dari menyediakan jasa cetak, jasa design grafis, berjualan buku-buku kuliah, dan berbagai macam hal yang bisa dilakukan.

Ini adalah skill yang tidak diajarkan di kelas perguruan tinggi, akan tetapi ada di lingkungan perguruan tinggi. Semua hal tersebut hanya dapat didapat oleh mereka yang mau berinteraksi dengan orang lain, mau menjalin relasi, dan mau mengembangkan diri dengan belajar hal-hal baru, yang kebanyakan tidak ada di dalam kelas.

Masalah Bagi Lulusan Perguruan Tinggi

Masalah yang sering ditemui dari lulusan perguruan tinggi adalah, mereka tidak menghasilkan lulusan yang kompeten untuk bekerja dan memiliki skill untuk melakukan sesuatu. Karena mereka hanya diajarkan bagaimana untuk lulus di setiap mata kuliahnya, tanpa tahu mata kuliah tersebut gunannya untuk apa ke depannya. Yang penting lulus saja dulu.

Kemudian, untuk mereka yang kuliah hanya datang ke kelas, tidak berinteraksi, lalu pulang ke tempat tinggal masing-masing, mereka tidak memiliki kemampuan lain selain mengerjakan soal dan makalah. Kemampuan berinteraksi mereka dengan dunia tidak bertambah, karena memang mereka membatasi diri sendiri untuk berinteraksi.

Banyak yang mungkin bisa lulus dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) bagus, bahkan mendekati sempurna. Tapi, apakah itu saja sudah cukup untuk meyakinkan pemberi kerja agar dapat diterima?

Di beberapa perusahan atau pemberi kerja, mereka lebih mendahulukan skill, apa saja yang dikuasai, bagaimana cara berinteraksi, dan faktor lainnya ketimbang nilai IPK yang tinggi. Karena, IPK itu kebanyakan hanya di atas kertas, sisanya adalah bagaimana diri kita mampu dan memiliki kualifikasi yang diperlukan oleh pemberi kerja.

Belum lagi, mereka yang tidak mau mengambil resiko. Setelah lulus kuliah, inginnya mendapat pekerjaan yang “wow” dan gaji yang fantastis. Mereka akan cenderung menunggu sampai kesempatan itu ada, dengan berharap-harap cemas saingannya sedikit. Hal ini yang membuat kebanyakan lulusan tidak langsung mau kerja, karena pilih pekerjaan yang memberikan gaji fantastis.

Apakah Perguruan Tinggi Penting (?)

Kalau untuk menjamin masa depan, perguruan tinggi bukanlah satu-satunya cara. Betapa banyak di luar sana mendapatkan masa depan yang baik, meski hanya duduk di bangku SMA ke bawah. 

Namun, jika perguruan tinggi mennjalankan perannya untuk menciptakan ruang berdiskusi, ruang untuk berkembang, ruang untuk belajar hal-hal yang tidak ada di sekolah, maka perguruan tinggi sangat penting.

Hubungan dosen dan mahasiswa bukan lagi satu arah, tetapi dosen akan menciptkan suasana interaksi yang baik kepada para mahasiswa, agar tercipta saling bertukar pikiran. Dari situ akan mulai berkembang ilmu pengetahuan dan mahasiswa akan belajar sesuatu yang baru setiap harinya.

Karena data menunjukkan banyak pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusan yang diambil oleh para lulusan perguruan tinggi, maka perguruan tinggi harus menciptakan iklim yang di mana mahasiswanya bisa belajar hal lain selain jurusan yang di tempuhnya.

Perguruan tinggi tidak dijadikan lahan bisnis. Yaitu hubungan transaksional, mahasiswa membayar UKT, kampus nantinya akan menerbitkan ijazah, tanpa adanya transfer ilmu dan skill kepada para lulusan. 

Karena pada hakikatnya, belajar itu bisa di mana saja. Dan perguruan tinggi hanyalah salah satu dari banyaknya tempat untuk kita belajar. Penting atau tidak pentingnya perguruan tinggi tergantung cara kita melihatnya. Jika kita melihat dengan kacamata menjamin masa depan pekerjaan, maka secara data perguruan tinggi tidak menjamin hal tersebut.

Akan tetapi, ada yang lebih mahal dari itu semua. Perguruan tinggi adalah tempat banyaknya relasi dan informasi yang didapat. Bukan hanya di kelas, tapi juga di lingkungannya. Itu semua kalau kita mau untuk ikut, tidak hanya masuk dalam kelas, lalu kembali ke tempat tinggal.

Sudat pandang tentang sesuatu hal akan lebih luas ketika berada di perguruan tinggi. Interaksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Diskusi bermutu yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang baik untuk keadaan zaman adalah salah satu output perguruan tinggi. 

Kebijakan-kebijakan pemerintah juga harusnya dilakukan uji publik di perguruan tinggi. Mereka harus berani memiliki sudut pandang lain, yang nantinya menjadi pertimbangan dari para pengambil kebijakan.

Kampus atau perguruan tinggi jangan melulu soal teoritis. Harus yang relevan dengan keadaan sekarang dan bagaimana zaman berkembang.

1
0
Muhammad Mantsani ♥ Associate Writer

Seorang Aparatur Sipil Negara di Badan Pusat Statistik. Penulis memiliki minat pada bidang literasi, membaca dan menulis. Buku yang sudah diterbitkan penulis antara lain, “Surat Cinta untuk Pemuda”, dan “Madrasah Kehidupan”.

Muhammad Mantsani ♥ Associate Writer

Muhammad Mantsani ♥ Associate Writer

Author

Seorang Aparatur Sipil Negara di Badan Pusat Statistik. Penulis memiliki minat pada bidang literasi, membaca dan menulis. Buku yang sudah diterbitkan penulis antara lain, “Surat Cinta untuk Pemuda”, dan “Madrasah Kehidupan”.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post