Seorang terpelajar harus sudah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan – Pramoedya Ananta Toer
Kutipan tersebut diambil dari sebuah buku berjudul Bumi Manusia yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer. Konteks berlaku adil dalam pikiran adalah mampu melihat dan mengolah fakta seobjektif mungkin. Ia tidak menjadi hakim tentang perkara yang belum tentu benar.
Hal itu juga berarti kita mampu melihat sisi baik dari setiap hal buruk yang ada di hadapan kita. Di saat yang sama, kita juga mampu berprasangka baik pada Tuhan saat hidup kita terhimpit masalah.
Di sisi lain, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah seorang birokrat profesional yang terpelajar. Persyaratan saat melamar calon PNS yang harus memiliki ijazah minimal SMA, diploma, atau bahkan sarjana menunjukkan keterpelajaran seorang birokrat profesional. Tidak jarang sebagian dari mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah diangkat sebagai PNS.
Berpikir dan Berperilaku Positif
Berpikir positif berarti mampu melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang baik, yang kemudian mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang dalam keseharian.
Banyak tulisan, juga penelitian, yang mengemukakan manfaat berpikir positif baik bagi kesehatan maupun kehidupan Salah satunya mengungkapkan bahwa berpikir positif akan mengubah perilaku seseorang menjadi lebih positif. Perilaku hidup yang positif akan membawa seseorang pada kehidupan yang lebih bahagia.
Sayangnya, kita sulit sekali memunculkan pikiran dan perilaku positif saat kehidupan kita jauh dari kata ideal. Akhirnya, keajaiban kata tentang positive life comes from positive mind, menjadi tak bermakna.
Namun, bagaimanapun juga, penelitian tersebut memiliki dasar ilmiah. Anda memang tidak dapat mengubah dunia, tetapi dengan berpikir positif, Anda dapat mengubah cara Anda bereaksi terahadap suatu kejadian. Pada gilirannya, hal ini dapat memiliki efek besar pada kehidupan Anda.
Berpikir Positif dan Kualitas Hidup
Banyak orang yang mengetahui bahwa berpikir positif akan membawa seseorang pada kualitas hidup yang lebih baik. Sebagian orang memang mengamalkan dan sebagian lainnya menganggap hal itu sebuah lelucon. Kabar baiknya, Anda bisa melakukannya jika Anda mau.
John C. Maxwell, menyatakan bahwa untuk menjadikan hidup lebih baik, langkah pertama adalah dimulai dari pikiran. Berikut enam langkah untuk mengubah hidup lebih baik menurut Maxwell:
- Mengubah cara berpikir akan mengubah keyakinan.
- Mengubah keyakinan akan mengubah harapan.
- Mengubah harapan akan mengubah sikap.
- Mengubah sikap akan mengubah perilaku.
- Mengubah perilaku akan mengubah kinerja.
- Mengubah kinerja akan mengubah hidup.
Dari ke-enam langkah tersebut dapat dikatakan bahwa jika seseorang mampu berpikir positif, maka akan tercermin pada sikap dan perilakunya, yang pada akhirnya dapat mengubah hidupnya menjadi lebih bermakna.
Aplikasi Berpikir Positif dalam Organisasi
Budaya organisasi merupakan cerminan dari setiap motif, hasrat, cita-cita serta perilaku setiap individu yang berada dalam sebuah organisasi. Kemajuan suatu organisasi akan sangat tergantung pada sikap dan karakter anggota organisasinya.
Tentunya, organisasi berharap sebagian besar anggotanya berpikir positif agar dapat memberikan kinerja positif bagi organisasi. Namun, bagaimanapun juga, percikan di dunia kerja sering tidak dapat dihindari. Tidak ada orang yang benar-benar memiliki seratus persen kendali atas dirinya.
Ketidakpuasan dan kekecewaan kerap berseliweran, yang apabila dibiarkan akan menjadi sebuah virus yang akan melemahkan kinerja dan produktivitas. Kuncinya, kita tidak bisa mengharapkan orang lain berubah. Kita lah yang harus mampu menguatkan diri.
William D. Brooks mengungkapkan ciri-ciri seseorang yang dikatakan berpikir positif, yaitu bila seseorang tersebut yakin akan dirinya dapat mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, merespon pujian tanpa rasa sombong dan merendahkan orang lain, peka dan menghargai perasaan orang lain, serta mampu melakukan introspeksi diri.
Adapun ciri-ciri individu yang berpikir negatif adalah berprasangka negatif terhadap kritik, selalu ingin mendapat pujian, selalu mengeluh, mencela dan meremehkan orang lain, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, dan pesimis terhadap kompetisi.
Ilustrasi berikut ini dapat menggambarkan situasi tentang konsep diri seseorang dalam dunia kerja.
Di suatu organisasi, Sulis dan Eki mengerjakan pekerjaan yang berbeda. Setelah atasan melihat hasil pekerjaan mereka, ternyata terdapat beberapa kesalahan yang cukup serius sehingga atasan menegur mereka berdua.
Reaksi Eki:
Saya sudah berusaha maksimal untuk menyelesaikan pekerjaan itu! Jangankan (atasan) memuji , bahkan berterima kasih pun tidak. Maunya apa? Percuma saja saya disini!
Reaksi Sulis:
Saya sudah berusaha maksimal untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Tapi atasan saya lebih jeli dalam melihat kesalahan, dan dia benar, ada kesalahan yang cukup serius. Berarti lain kali saya harus bisa bekerja lebih teliti lagi.
Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat kedua reaksi yang berbeda dari sebuah teguran. Saat ditegur pimpinan, pikiran dan hati Sulis mampu menerima teguran tersebut. Dia menyadari kekeliruannya saat mengerjakan tugas, dan pimpinan melihat kekeliruan itu.
Dia akan memperbaiki kekeliruannya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap tugas, dan menolak untuk mengeluh. Baginya, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Keyakinan yang selalu dipegangnya adalah bahwa bekerja dan berkarier adalah ibadah.
Sementara itu, Eki berpendapat bahwa pimpinan tidak pernah menghargai hasil kerjanya. Dia pesimis karirnya tidak akan maju, sementara di kantor dia terkenal sebagai orang yang sering membantah pimpinan.
Karena merasa karirnya sudah tidak bisa berkembang, dia cenderung malas bekerja. Baginya, bekerja hanya sebatas menghabiskan waktu pagi hingga sore lalu mendapatkan upah bulanan.
Menurut Anda, dalam beberapa bulan ke depan, pegawai mana yang akan mengalami kemajuan berupa bekerja lebih baik? Tentu hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dugaan sementara adalah Sulis.
Sebagai refleksi awal, saat Anda ditegur atasan, reaksi Anda akan seperti Eki ataukah Sulis? Anda dapat memberikan komentar di bawah artikel ini.
Epilog
Sebagai penutup, saya kembali ingin mengutip tulisan Pramoedya agar menjadi pengingat bagi kita semua, terutama bagi diri sendiri:
Seorang terpelajar harus sudah berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.
Adil adalah sebuah hal yang positif, yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam hidup manusia. Untuk itulah, jika Anda adalah orang yang berpendidikan, perlakukanlah orang lain secara adil, baik dalam pikiran maupun perbuatan, sebagaimana Anda ingin diperlakukan orang lain secara adil, pun dalam pikiran dan juga perbuatan.
*) Tulisan ini diadaptasi dari versi yang dimuat di Buletin Kepegawaian X-Media edisi XIII, tahun 2017.
Seorang perempuan biasa yang cinta keluarga. Kadang menulis cerita anak, kadang menulis artikel, tapi lebih sering menulis status di Facebook.
Apakah berlaku adil sejak dalam pikiran itu membatasi kita untuk mempunyai preferensi atau sebuah praduga?