Nilai-nilai Tanpa Makna

by Teddy Sukardi ◆ Expert Writer | Jan 13, 2023 | Motivasi | 0 comments

Prolog

Dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, disadari atau tidak, dapat melihat wujud dan merasakan adanya Nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai yang dimaksud mencakup hal hal yang kita anggap penting dalam menjalani kehidupan baik, secara pribadi ataupun dalam kelompok atau komunitas dimana kita berada.

Nilai-nilai ini seringkali terwujud dalam berbagai bentuk seperti aturan, slogan, moto, logo, tema kegiatan, penamaan institusi, program yang ditulis atau dibicarakan.

Acapkali kita akan membandingkan kondisi yang nyata  dengan nilai-nilai yang seharusnya ada dan menemukan bahwa adanya kesenjangan antara di keduanya. Bilamana kita betul betul memperdulikannya, maka kita dapat merasakan bentuk kekecewaan yang bisa berada pada pada tingkat rasa kurang nyaman hingga pada tingkat frustasi besar. Akhirnya Nilai-nilai yang ada menjadi tidak bermakna.

Tulisan ini membahas pemahaman dua jenis nilai dan bagaimana mengatasi nilai-nilai tanpa makna dan perubahan yang perlu dilakukan agar Nilai-nilai benar benar dapat bermakna bagi semua pihak di dalam maupun di luar komunitas kita.

Nilai-nilai Aspiratif

Yang dimaksud dengan nilai aspiratif (aspirational values) adalah nilai-nilai yang diharapkan dapat terwujud. Nilai-nilai ini biasanya dirumuskan berdasarkan idealisme dan melihat ke depan sehingga lebih merupakan harapan dan cita-cita dari kondisi yang diinginkan.

Nilai-nilai ini sering dirumuskan, diuraikan dalam berbagai bentuk konsep tulisan, aturan, materi pendidikan yang dibahas secara formal dan sering dibuatkan poster, spanduk dan bentuk lain materi promosi.

Nilai-nilai aspiratif kemudian menjadi acuan atau panduan bagi sebuah komunitas dalam menjalankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa pada tataran konsep dan bisa pada tataran praktek.

Nilai-nilai Implementatif

Yang dimaksud dengan nilai-nilai implementatif (practiced values) adalah sejumlah perilaku, kebiasaan yang diterapkan sehari-hari secara luas dan konsisten dalam lingkungan komunitas tertentu.

Sering pula nilai-nilai ini dikatakan membudaya karena penerapannya turun temurun dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi sehingga membentuk identitas yang kuat bagi komunitasnya.

Bila ditelusuri nilai-nilai aspiratif itu dapat saja berasal dari berbagai sumber ajaran, termasuk ajaran agama dan kepercayaan masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut tidak dirumuskan, dibicarakan dan diwujudkan dalam bentuk tulisan, slogan, poster apapun,  melainkan diterapkan secara luas. Adapun ketidaksesuaian antara perilaku anggota komunitas dengan nilai-nilai bisa mendapatkan sanksi sosial atau bentuk koreksi lainnya.

Permasalahan Dalam Implementasi

Nila nilai aspiratif dapat dirumuskan dengan sangat baik, dipromosikan dan diajarkan secara luas kepada semua anggota komunitas. Namun tidak jarang kita dapat melihat bagaimana nilai-nilai tersebut sedikit sekali atau sama sekali tidak tercermin dapat kondisi nyata yang ada.

Banyak contoh contoh ketidaksesuaian yang ada dalam komunitas dari skala ukuran kelompok kecil hingga besar termasuk sebuah negara, di mana nilai-nilai yang terlihat secara nyata tidak menggambarkan nilai-nilai aspiratif.

Kritik yang disampaikan atas ketidaksesuaian ini bisa berupa ungkapan adanya “standar ganda”, “hipokrit”/kemunafikan. “sloganisme” dan ungkapan lain. Nilai-nilai aspiratif yang tidak terimplementasi dengan baik dapat bersifat  kontra produktif bagi komunitasnya karena hanya menghasilkan bahan olok-olok dan lebih buruk dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dan motivasi anggota komunitas.

Dengan semakin tersedianya informasi secara cepat dalam jumlah yang banyak menyebabkan anggota komunitas dapat segera lebih mudah menemukan data dan fakta bila adanya ketidaksesuaian antara kenyataan sehari-hari dengan nilai nilai aspiratif.

Membangun Nilai-nilai Implementatif

Beberapa persoalan potensial yang dapat dihadapi dalam membangun nilai-nilai implementatif dalam suatu komunitas meliputi aspek pemahaman dan penerapan. Pemahaman terhadap nilai-nilai harus dimudahkan dengan perumusan nilai-nilai aspiratif secara sederhana, tidak perlu terlalu akademis dan rumit.

Pengajaran, bila diperlukan harus dilakukan dengan materi yang kaya dengan contoh contoh perilaku sehari-hari. Dalam penerapannya seperti juga penerapan program apapun perlu ada proses tata kelola dimana ada perencanaan, pengarahan, evaluasi dan koreksi.

Perilaku menyimpang dari nilai-nilai yang ada bila teridentifikasi harus dapat dikoreksi secara proporsional, tegas dan konsisten.

Banyak contoh masyarakat dapat menjaga nilai-nilai budayanya dari generasi ke generasi karena adanya penerapan “kontrol sosial” yang kuat dimana semua pihak yang menyimpang, biasanya tanpa kecuali, dikenakan berbagai bentuk sanksi.

Keteladanan yang buruk dalam komunitas, termasuk oleh para pemimpinnya, bila dibiarkan merupakan satu penyebab gagalnya membangun nilai-nilai implementatif. Seringkali dalam suatu komunitas ketidaksesuaian atau penyimpangan perilaku perlu dikoreksi secara efektif melalui program transformasi budaya.

Program yang dimaksud perlu direncanakan, diterapkan dengan manajemen perubahan yang dimonitor dan dievaluasi agar membawa dampak nyata.

Epilog

Setiap komunitas besar atau kecil akan memerlukan nilai-nilai sebagai acuan bagi anggotanya dalam menjalankan semua kegiatan sehari-harinya. Penerapan nilai-nilai ini akan membentuk baik atau tidaknya identitas dari komunitas.

Banyak promosi dan ungkapan tentang nilai-nilai aspiratif dan ideal tanpa implementasi yang nyata dan konsisten hanya akan menjadi nilai-nilai tanpa makna yang dapat justru kontra produktif dalam membangun komunitas yang memerlukan kekuatan yang terwujud dari rasa kebersamaan dan rasa keadilan sehingga menimbulkan optimisme dan percaya diri dari semua anggotanya.

Apapun komunitas kita, besar atau kecil, ada baiknya kita tinjau lagi penerapan nilai-nilai yang ada. Apakah nilai-nilai tersebut dan cara penyampaiannya masih relevan dan sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.

Apakah penerapannya sudah efektif dan perbaikan apa yang perlu dilakukan. Strategi apa yang perlu diterapkan agar dapat berjalan dengan baik. Semoga tidak menjadi nilai-nilai tanpa makna.

1
0

Ketua Umum Ikatan Konsultan Teknologi Informasi Indonesia (IKTII). Ia aktif melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang teknologi informasi seperti dalam bidang terkait Transformasi Digital, Perencanaan Strategis, Perumusan Regulasi, IT Governance, Manajemen Risiko, Audit Teknologi Informasi dan E-learning.

Dapat dihubungi pada alamat surel [email protected]

Teddy Sukardi ◆ Expert Writer

Teddy Sukardi ◆ Expert Writer

Author

Ketua Umum Ikatan Konsultan Teknologi Informasi Indonesia (IKTII). Ia aktif melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang teknologi informasi seperti dalam bidang terkait Transformasi Digital, Perencanaan Strategis, Perumusan Regulasi, IT Governance, Manajemen Risiko, Audit Teknologi Informasi dan E-learning. Dapat dihubungi pada alamat surel [email protected]

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post