Menyadari Kesadaran Itu Tidak Cukup

by Teddy Sukardi ◆ Expert Writer | Mar 7, 2025 | Birokrasi Berdaya | 0 comments

Kesadaran adalah kemampuan untuk merasakan, memahami, atau mengetahui sesuatu. Dalam konteks yang lebih luas, kesadaran melibatkan pemahaman akan suatu informasi, situasi, atau masalah, serta dampaknya. Kesadaran juga mencakup kemampuan untuk merespons atau bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.

Kesadaran tentang keamanan informasi tentu saja menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya peran teknologi informasi dalam semua sisi kehidupan manusia saat ini. Pada sisi lain ancaman terhadap keamanan informasi juga semakin kompleks dan beragam.

Sejak cukup lama dapat dilihat berbagai institusi aktif melaksanakan program dan kegiatan dalam upaya untuk membangun kesadaran keamanan informasi. Sudah saatnya upaya itu perlu dievaluasi apakah sudah efektif hasilnya, apakah dampaknya pada kondisi keamanan informasi dan di mana saja perlu dilakukan perbaikan dan inovasi terhadap programnya. 

Secara umum harus disadari bahwa pembangunan kesadaran tentang keamanan informasi harus dibarengi dengan langkah nyata terkait dengan penyediaan regulasi, pengembangan kompetensi, pembangunan kapasitas, penyediaan teknologi pendukung serta penerapan langkah-langkah pencegahan dan respons terhadap ancaman keamanan informasi.

Teori Kaitan Kesadaran Dan Perilaku

Dalam hal ini teori yang dimaksud salah satunya adalah yang dikenal sebagai Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behaviour. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran atau sikap terhadap perilaku tersebut, tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti:

  1. Norma Subjektif

Hal ini terkait pada adanya keyakinan terhadap apa yang orang lain harapkan atau setujui terkait perilaku tersebut. Seseorang mungkin sadar bahwa mengikuti ketentuan keamanan informasi adalah perilaku yang baik, tetapi jika mayoritas orang pada lingkungannya tidak melakukannya, dan bebas dari sanksi, maka iapun mungkin merasa tidak perlu mengikuti norma tersebut.

  1. Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan

Hal ini terkait adanya keyakinan individu tentang kemampuan dan kemudahan mereka untuk melakukan perilaku tersebut. Seseorang mungkin sadar pentingnya melindungi data pribadi orang lain, tetapi jika ia merasa tidak memiliki kontrol terhadap proses pengamanan yang ada karena tidak cukup tersedianya kewenangan dan fasilitas pendukung, ia mungkin tidak termotivasi untuk mengubah perilakunya.

Kedua teori di atas menunjukkan bahwa ada faktor faktor yang berpotensi menjadi sumber masalah dimana perilaku yang ada pada orang perorangan dan terakumulasi pada organisasi tidak mendukung keamanan informasi. Oleh karenanya penting untuk juga mengatasi persoalan pada faktor faktor tadi bukan hanya terpaku pada perilaku saja.

Penyediaan Regulasi

Regulasi yang jelas dan tegas merupakan landasan utama dalam menjaga keamanan informasi. Pemerintah dan lembaga terkait perlu menyusun dan mengimplementasikan undang-undang yang mengatur keamanan informasi secara komprehensif.

Regulasi ini harus mencakup berbagai aspek, mulai dari perlindungan data pribadi, standar keamanan siber, hingga sanksi atas kelalaian dan pelanggaran.

Pemerintah sebaiknya memperkenalkan
undang-undang yang mengharuskan semua organisasi berbadan hukum   untuk melaporkan insiden keamanan siber dalam waktu 24 jam. Ini membantu dalam penanganan cepat dan pencegahan dampak yang lebih luas.

Terkadang regulasi bisa dianggap sebagai beban oleh organisasi terutama yang berskala kecil. Mereka mungkin merasa terbebani dengan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk mematuhi regulasi baru ini.

Dalam hal ini pemerintah dapat memberikan insentif atau subsidi bagi perusahaan kecil untuk membantu mereka mematuhi regulasi tanpa merugikan operasi bisnis mereka.

Pengembangan Kompetensi

Kesadaran keamanan informasi harus dimulai dari individu pada berbagai tingkat jabatan dalam organisasi. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan menjadi kunci utama dalam mengembangkan kompetensi di bidang ini.

Program pelatihan keamanan informasi harus diadakan secara berkala untuk berbagai kalangan, mulai dari manajemen organisasi, pelajar, pekerja, hingga masyarakat umum. Dengan demikian, setiap individu dapat memahami pentingnya menjaga keamanan informasi dan mengetahui cara-cara untuk melindunginya.

Institusi pendidikan sebaiknya mengintegrasikan modul keamanan siber dalam kurikulum mereka, sehingga setiap siswa yang lulus memiliki pengetahuan dasar tentang bagaimana melindungi informasi mereka secara online

Kurangnya sumber daya dan tenaga ahli untuk memberikan pelatihan yang memadai bisa menjadi tantangan, terutama di daerah terpencil dan di tempat lain dimana kebutuhan ini tidak mendapatkan prioritas.

Satu alternatif solusinya adalah membangun kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan perusahaan teknologi untuk menyediakan program pelatihan online yang dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja.

Penerapan Langkah-langkah Pencegahan

Bersamaan dengan pembangunan kesadaran keamanan informasi dalam arti pemahaman dan pengetahuan masalah keamanan, ancaman dan dampak yang bisa ditimbulkannya, akan diperlukan langkah langkah pencegahan yang harus diterapkan secara konsisten dan menyeluruh.

Ada konsep yang mengatakan kekuatan satu rangkaian rantai ada pada ikatan yang paling lemah, hal yang sama juga berlaku pada keamanan informasi.

Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan antara lain:

  • Melakukan peninjauan, penilaian dan/atau audit atas kondisi keamanan informasi pada organisasi atau sektor tertentu yang juga menyarankan langkah perbaikan yang perlu.
  • Menggunakan perangkat teknologi yang mendukung keamanan.
  • Menerapkan praktek manajemen, pengoperasian dan pemanfaatan teknologi informasi sesuai dengan ketentuan keamanan informasi termasuk sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Respons terhadap Ancaman Keamanan Informasi

Tindakan respons yang cepat dan tepat sangat penting dalam menghadapi ancaman keamanan informasi. Organisasi secara berjenjang dan berbagai sektor harus memiliki tim respons darurat yang terlatih dan siap menangani insiden keamanan.

Selain itu, penting juga untuk memiliki rencana pemulihan setelah terjadi serangan siber agar operasional dapat segera kembali normal.

Sebagai contoh lembaga layanan keuangan harus memiliki tim respons darurat yang terlatih dan dapat merespons insiden keamanan siber dalam waktu kurang dari satu jam. Mereka juga memiliki rencana pemulihan yang jelas untuk memastikan layanan kembali normal dalam waktu 24 jam setelah serangan.

Selain karena menyadari pentingnya keamanan informasi bagi pihak penerima layanan dan keberlangsungan organisasi, sanksi hukum baik administratif, denda atau pidana perlu sebagai unsur pendorong bagi pemberian prioritas yang layak pada penerapan keamanan informasi.

Praktik Pengujian Keamanan yang Teliti

Pengujian keamanan yang teliti terhadap infrastruktur, pola kerja, proses bisnis, dan aplikasi yang digunakan baik oleh individu maupun organisasi sangat penting untuk mengidentifikasi dan menutup celah keamanan.

Pengujian ini harus dilakukan secara rutin dan melibatkan berbagai metode, seperti penilaian kerentanan, pengujian penetrasi, dan audit keamanan. Penerapannya berbentuk penilaian kerentanan dan pengujian penetrasi pada berbagai sistem pada organisasi secara proporsional terhadap risiko pada pihak internal maupun eksternal.

Hal ini dilakukan secara berkala termasuk  setiap kali ada pembaruan atau perubahan dalam infrastruktur, proses bisnis maupun aplikasi.

Pengujian keamanan yang teliti memerlukan tenaga ahli yang kompeten dimana jasa pihak ketiga yang kompeten dan memiliki spesialisasi dalam pengujian keamanan serta memanfaatkan alat otomatisasi untuk dapat dilibatkan.

Epilog 

Sekedar adanya kesadaran dalam arti pengetahuan dan pemahaman, baru sebagian dari kebutuhan membangun keamanan informasi secara berkelanjutan. Diperlukan program-program lain yang penting dalam memastikan kesiapan dalam mencegah dan menanggulangi berbagai bentuk ancaman keamanan informasi yang efektif.

Keamanan informasi yang kokoh memerlukan regulasi yang kuat, kompetensi yang memadai, penerapan langkah-langkah pencegahan, respons yang efektif, serta praktik pengujian keamanan yang teliti, termasuk sanksi bagi pelanggaran dan kelalaian dalam menerapkan aturan yang ada.

Akhirnya dapat disepakati bahwa Keamanan informasi memudahkan terjaganya keberlangsungan pemanfaatan teknologi informasi secara lebih maksimal yang penting bagi tercapainya banyak kepentingan orang perorangan, organisasi dan negara yang bebas dari risiko kerugian akibat ancaman keamanan informasi.

0
0
Teddy Sukardi ◆ Expert Writer

Teddy Sukardi ◆ Expert Writer

Author

Ketua Umum Ikatan Konsultan Teknologi Informasi Indonesia (IKTII). Ia aktif melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang teknologi informasi seperti dalam bidang terkait Transformasi Digital, Perencanaan Strategis, Perumusan Regulasi, IT Governance, Manajemen Risiko, Audit Teknologi Informasi dan E-learning. Dapat dihubungi pada alamat surel [email protected]

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post