hari ini satu desember lagi ibu
seperti setiap satu desember enam tahun terakhir
pagi ini satu duka cita dan satu suka cita
kembali tertoreh bersama
Ibu…,
tujuh belas tahun silam kau hembuskan nafas akhirmu
tepat sehari setelah kumohon restumu menapak ke ranah jiran
masih hangat terasa kecupmu di kening
saat kabar kepergianmu menggetarkan jiwa
butuh perjuangan panjang
kembali ke sisi jasadmu
mengenang kecupan terakhir dan sentuhan tanganmu
yang hilang untuk selamanya
di setiap satu desember sepuluh tahun berikutnya
hanya duka cita yang tergores atas kehilanganmu
lalu…,
satu desember sebelas tahun kemudian
cucumu lahir menggeser duka atas kepergianmu
kedatangannya mengalirkan kebahagiaan
sejak itu kujalin keakraban dengan bayi mungilku
mengganti popoknya atau memandikannya
meluluri kulitnya dengan kehangatan
menaburi tubuhnya dengan kelembutan
kadang aku begadang karena kegelisahannya
atau terjaga karena rintihannya
sering kukecup matanya yang jernih
membelai kulitnya yang halus
tapi, alangkah tak berdayanya bayi kecil ini
betapa rentan tubuh itu di usianya
beragam tantangan mengancam di sana sini
badannya ringkih tak berdaya
sepenuhnya pasrah pada kehendak alam
apa dayanya tanpa dekapan ibu
sebuah tanya mengetuk di benakku
selemah inikah dulu diriku
seringkih inikah aku di usia berbilang hari seperti ini
tentu saja
jawabku sendiri
untuk menyusu di dada ibu
atau untuk sekedar bernapas dengan baik
mesti ada tangan ibu yang menuntun
mesti ada cinta yang menghangatkan
aku tak mungkin hidup hingga kini
tanpa kasihmu ibu
Ibu…,
tanggal wafatmu yang sama dengan tanggal lahir cucumu
bagai untaian pesan terang benderang
pertempuranmu kala melahirkanku
dan pengorbananmu agar aku tetap bernafas
adalah dekapan tangan kehidupan
engkau bukan sekedar sumber kasih sayang
engkau adalah cinta Tuhan
dalam wujud seorang Ibu.
kau merawatku dalam sehat dan sakitku
dalam bersih dan kotorku
bahkan andai jika aku terlahir tak sempurna
ibu…,
seperti tujuh belas tahun lalu
hari ini kukembali kehilanganmu
tetapi di mata cucumu yang berbinar
kulihat engkau tersenyum
hanya seuntai do’a yang bisa kubisikkan
Ya Allah
Sayangi ibuku lebih dari dia menyangiku selama hidupnya
ASN di Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Wajo. Tulisan Andi P. Rukka sangat khas, berusaha mengkritisi ketidakberdayaan sebagian besar birokrat di negeri ini.
0 Comments