
Pada akhir Juli 2025, saya dan Elders Elettrico Riders Club (ERC) – pengguna skuter listrik hasil konversi – mendapat kehormatan untuk berpartisipasi dalam Mangrove Harmony Ride, kegiatan pembuka dari rangkaian Mangrofest 2025 yang diinisiasi oleh Kementerian Kehutanan melalui program M4CR (Mangrove for Coastal Resilience).
Sebuah ajakan yang tidak hanya menggerakkan tubuh, tetapi juga menghidupkan kesadaran: bahwa harmoni dengan alam bisa diwujudkan – sunyi, bersahaja, dan berkelanjutan.
Melintasi Tanah Jawa Menuju Alas Purwo
Perjalanan kami dimulai dari Jakarta pada Rabu pagi, pukul 10.00 WIB. Kami terbang ke Surabaya menggunakan Batik Air dan tiba sekitar pukul 11.00 WIB siang hari lalu melanjutkan perjalanan darat menuju Banyuwangi dengan bus.
Namun, jalur ini menghadirkan tantangan. Kemacetan panjang di sekitar Pelabuhan Ketapang membuat perjalanan yang seharusnya 7–8 jam melar menjadi lebih dari 12 jam.
Kemacetan ini terjadi karena antrean truk yang mengular akibat berkurangnya jumlah kapal penyeberangan Ketapang – Gilimanuk setelah insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada awal Juli.
Meskipun kami tidak menyeberang ke Bali, dampaknya terasa sampai jalur darat utama. Kami baru tiba di hotel sekitar pukul 01.30 dini hari, lelah namun tetap memeluk semangat menyala.
Harmoni yang Nyata di Jantung Mangrove
Keesokan paginya Alas Purwo menyambut kami, setelah sarapan, kami bersiap menuju Taman Nasional Alas Purwo, kawasan konservasi yang memesona dengan keragaman ekosistemnya. Usai briefing dan makan siang, dengan kendaraan trooper kami menuju Jatipapak, hutan mangrove yang akan menjadi saksi aksi kecil kami untuk bumi.
Bersama Wakil Menteri Kehutanan, Direktur M4CR, dan tokoh publik seperti Kaka Slank dan Melki Bajaj – yang juga anggota ERC, kami menanam bibit mangrove. Aktivitas sederhana ini terasa begitu dalam – akar yang kami tanam bukan hanya untuk menahan abrasi – memperkuat benteng ekologi, tapi juga meneguhkan janji untuk bumi yang lestari.

Riding Senyap, Menyatu dengan Alam
Usai menanam mangrove, kami bergeser ke gerbang Savana Sadéngan. Di sini, pengalaman unik menanti: riding skuter listrik konversi di tengah bentang alam liar.

Bersama pejabat Kemenhut, termasuk Pak Wamen yang berboncengan dengan istri, kami menyusuri jalur menuju savana dengan kendaraan senyap, tanpa deru knalpot. Hanya ada desau angin dan suara alam.
Kami menyaksikan banteng, rusa, dan merak dari kejauhan—makhluk yang hidup bebas tanpa terusik bising. Momen ini mengajarkan bahwa teknologi bisa berpihak pada harmoni, jika digunakan dengan bijak dan menghadirkan syukur mendalam: bahwa tempat seperti ini masih ada – dan masih dijaga.
Ritual Harapan di Trianggulasi
Saat senja mulai merambat, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Trianggulasi, tempat kegiatan pelepasan tukik berlangsung.
Sebelum melepas anak-anak penyu ke laut, masing-masing dari kami memberi nama pada tukik yang kami lepas – sebuah simbol harapan bahwa suatu hari kelak, mereka akan kembali ke pasir yang sama ini untuk bertelur dan melanjutkan siklus kehidupan.

Momen ini bukan sekadar seremoni. Ia adalah ritual harapan, bentuk ikrar diam-diam bahwa kita datang ke alam bukan untuk menguasai, melainkan untuk merawat dan mengembalikannya pada keseimbangan.
Harmoni Malam di Bawah Langit Alas Purwo

Malam menjelang, dan suasana berubah menjadi pesta hangat di bawah langit terbuka. Di tepi pantai, kami menikmati santap malam yang ditemani iringan musik dari Kaka Slank, Nugie, dan Sawi Band – yang ternyata merupakan band dari Bapak Direktur M4CR sendiri.
Panggung sederhana berubah menjadi ruang perayaan.
Komunitas kami larut dalam suasana: berdendang, bergoyang, dan membaur dalam kegembiraan bersama. Malam itu, waktu seolah melambat. Lelah pun larut dalam tawa dan kenangan yang menghangatkan.
Refleksi untuk Esok

Bagi kami, Mangrove Harmoni Ride bukan sekadar event, tapi pengingat bahwa perubahan dimulai dari langkah kecil – dari mengendarai skuter listrik hingga menanam pohon di tepian laut. Elders Elettrico Riders Club percaya, transisi energi bersih bukan lagi wacana, tapi aksi nyata.
Harapan kami sederhana: agar kebijakan pemerintah terus mendukung transformasi menuju kendaraan ramah lingkungan, agar ekosistem pesisir terus dijaga, agar harmoni ini tak sekadar jadi cerita, tapi warisan untuk generasi selanjutnya.
0 Comments