“Ingin melakukan perubahan untuk organisasi”.
Kiranya inilah gagasan yang muncul dalam benak generasi muda aparatur sipil negara (ASN) saat pertama kali diangkat, atau bahkan telah menjadi alasan sebelum bergabung dalam jajaran abdi negara. Penuh semangat dan motivasi. Namun, seiring berjalannya waktu, gagasan ini memudar tatkala dihadapkan dengan berbagai rintangan dan cobaan yang dihadapi. Mulai dari pimpinan yang tidak mendukung perubahan, resistensi budaya mark up, mentalitas priyayi dalam diri senior, dan masih banyak lagi.
Kekecewaan yang lahir dari terbenturnya keinginan untuk melakukan perubahan dengan realita yang ada, tidak jarang mendorong mereka untuk menyerah dan pasrah dengan celetukan “Ya sudah jalani saja”. Mereka akhirnya berhenti berpikir tentang mencoba mempertanyakan dan mengkritisi apa yang mereka kerjakan, dengan kesimpulan bahwa ini hanyalah sebuah tuntutan pekerjaan.
Sungguh sangat disayangkan jika keadaan dan pola pikir seperti ini terus berlanjut dari generasi ke generasi, apalagi mengingat proporsi waktu yang dihabiskan seorang ASN di tempat kerjanya tidaklah sedikit. Oleh karena itu, sangat krusial bagi seorang ASN untuk tetap memikirkan apakah waktu yang dihabiskan itu telah dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk tetap melakukan sesuatu yang bermanfaat, dan bukan hanya berserah menerima rutinitas yang ada.
Menjawab dilema yang berkelindan, dalam tulisan ini, penulis ingin menawarkan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk melawan rasa frustasi dan kecewa terhadap perubahan yang belum berhasil dicapai. Penulis menyebutnya dengan membingkai ulang perubahan yang diharapkan.
Memaknai Perubahan
Perlu kita sadari bahwa perubahan yang kita harapkan tidak akan serta merta langsung menjadi seperti yang dibayangkan, karena seyogyanya perubahan itu adalah sesuatu yang besar dan berat serta membutuhkan waktu yang lama. Melakukan perubahan tidak semudah mendirikan sebuah bangunan, di mana kita hanya perlu menuangkan ide, membentuk desain serta mendirikannya dalam bentuk nyata.
Melakukan perubahan lebih mirip layaknya membesarkan makhluk hidup yang tumbuh dengan lambat, mondar-mandir mencari cara memilih langkah selanjutnya, dan berakhir pada tujuan yang terkadang tidak persis seperti yang diinginkan di awal perjalanan.
Hal ini sebenarnya sudah tercermin dalam setiap individu ketika kita ingin melakukan perubahan atau menggapai keinginan dalam hidup kita sendiri. Betapa banyak rintangan, lika-liku, serta waktu yang diperlukan untuk melakukan atau mendapatkannya. Tentu bukan perkara mudah.
Nah, jika untuk melakukan perubahan terhadap diri sendiri saja tidak mudah, apalagi untuk organisasi yang merupakan kumpulan dari orang-orang. Dinamika organisasi terhadap perubahan sudah tentu adalah penjumlahan dari keseluruhan dinamika orang-orang di dalamnya.
Lim Soo Hoon, sekretaris tetap pertama wanita dalam pemerintahan Singapura, mengatakan bahwa organisasi publik adalah organisasi yang sangat besar, tidak akan ada dari kita yang dapat bekerja sendirian, apalagi membuat perubahan sendirian.
Solusi: bukan sekedar imajinasi
Adalah hal yang lumrah untuk menjadi frustasi dan kecewa ketika kita menyadari bahwa kita belum berhasil membuat perubahan dalam organisasi, apalagi ketika kita telah mengetahui apa yang seharusnya dilakukan. Namun, di sisi lain kita harus menjalani realita ini tanpa menjadi frustasi dan putus asa.
Memiliki skill dan pendekatan yang tepat memang dapat membantu kita untuk menutupi gap antara ekspektasi dan realita perubahan yang terjadi. Akan tetapi, hal lain yang sering kita lupakan, yaitu membingkai ulang ekspektasi perubahan yang kita impikan. Kita perlu memahami bahwa adjustment dilakukan bukan untuk mematahkan semangat kita terhadap organisasi publik tempat kita bekerja.
Benar bahwa organisasi publik ini harus berubah menjadi lebih baik. Namun, jika kita meyakini ekpektasi perubahan yang terlalu tinggi, kemudian berhenti di tengah jalan atau bahkan sebelum memulainya, siapa yang akan membuat perubahan itu menjadi kenyataan? Apakah ia cukup hanya sekedar imajinasi? Tentu tidak bukan!
Pola pikir atau mindset untuk membingkai ulang atau meng-adjust ekspektasi perubahan perlu ditanamkan dalam diri ASN guna menghindari rasa frustasi, kecewa, dan putus asa yang timbul. Adjustment pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan memulai perubahan itu dari diri kita sendiri sebagai seorang ASN.
Dimulai dari diri sendiri
Sebelum melakukan perubahan untuk organisasi secara keseluruhan, kita harus berupaya untuk mengintrospeksi diri sendiri terlebih dahulu dengan melakukan beberapa perenungan sederhana: “Seperti apakah kita pribadi telah menjalankan fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat pemersatu bangsa?”
“Apakah kita telah menerapkan nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan?” Lebih operasional lagi, “Äpakah kita telah menggunakan waktu efektif kerja kita dengan sebaik-baiknya? Apakah kita telah melayani masyarakat dengan senang hati dan senyuman?”
Kita tidak perlu menganjurkan perubahan besar untuk orang lain dalam organisasi. Hal yang paling baik justru adalah memulai perubahan tersebut dari diri kita sendiri. Jika kita masih berselancar di sosial media dalam waktu kerja efektif, maka jangan berpikir untuk mengubah pola kerja orang lain.
Kita sendiri harus mampu mengubah kebiasaan tidak baik itu terlebih dahulu. Jika kita sendiri belum mampu untuk mengubah diri sendiri, bagaimana kita bisa mengubah orang lain? Ketika kita telah berhasil melakukan perubahan pada diri kita, maka tanpa disadari hal tersebut dapat menjadi inspirasi bagi orang lain melakukan perubahan.
Sebagaimana orang bijak katakan, “Kita tidak akan berhasil membuat perubahan hanya dengan menunjuk dan memberitahu orang-orang untuk pergi ke sebuah tempat. Kita akan berhasil jika kita pergi ke tempat itu dan memberikan contoh”.
Memulai dari hal kecil
Adjustment gagasan perubahan selanjutnya dapat dilakukan dengan melakukan perubahan dari hal-hal yang kecil saja. Dimulai dengan datang tepat waktu, memberikan pelayanan dengan senyuman, berbagi pengetahuan dengan rekan kerja, dan masih banyak lagi perubahan kecil yang dapat dilakukan.
Tidak perlu melakukan perubahan besar untuk organisasi dengan menciptakan aplikasi yang mampu meningkatkan akuntabilitas organisasi, jika untuk kuitansi penggantian belanja peralatan kantor saja masih kita manipulasi. Lakukanlah perubahan-perubahan kecil yang mudah untuk dilakukan tetapi sangat berarti untuk membentuk kebiasaan dan budaya yang baik di lingkungan kerja.
Masih ingatkah kita tentang peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928? Gerakan besar anak muda Indonesia kala itu menjadi salah satu pondasi berdirinya negara kita yaitu semangat akan satu tanah air, bangsa, dan bahasa yang masih menyala hingga saat ini.
Perubahan sedramatis ini ternyata dimulai dari hal kecil. Rumusan Sumpah Pemuda itu sendiri ditulis oleh Mohammad Yamin di atas secarik kertas. Dari sini, semangat Sumpah Pemuda jadi viral dan merebak di hati anak muda dari Sabang hingga Merauke.
Tentu hal ini bukan perkara mudah saat itu, mengingat belum ada internet dan sosial media untuk menyebarkan isi Sumpah Pemuda. Namun senada dengan Mohammad Yamin, kita pasti bisa memberikan perubahan besar dengan secarik kertas. Banyak di luar sana yang sudah membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari gerakan kecil.
Adjustment selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perubahan mulai saat ini. Jangan menunda-nunda melakukan perubahan. Terlebih lagi perubahan ke arah yang baik atau positif. Langsung melakukannya mulai saat ini juga.
Langsung lakukan perubahan itu tanpa banyak pertimbangan. Berinisiatiflah untuk langsung mengeksekusi perubahan yang baik mesti dilakukan. Karena jika kita menunda-nunda maka hasilnya juga akan tertunda.
Penutup
Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal kecil, dan mulailah dari sekarang; merupakan tiga tahapan awal yang dapat dilakukan dalam proses bingkai ulang atau adjustment ekspektasi perubahan yang kita harapkan terhadap organisasi.
Adjustment ini dilakukan bukan untuk mematahkan semangat kita, tetapi untuk menjadikan kita konsisten dan tidak mudah putus asa dalam melakukan perubahan. Akhir kata, semoga api semangat untuk melakukan perubahan akan terus menyala.
ASN pada Puslatbang KHAN LAN RI
A mum of a girl.
"Teruslah menulis karena kita tidak pernah tau dari sisi mana kita bisa menginspirasi orang lain"
Saya sangat terharu dengan jiwa muda ASN dengan segala impian dan harapan ingin melakukan perubahan dalam organisasi atau instansinya. Namun terkadang semangat itu menjadi hilang setelah menghadapi realitas sebenarnya dalam bekerja.
Mungkin sebagai saran bahwa anda seharusnya sadar akan posisi dan apa tujuan ingin melakukan perubahan. Karena patut disadari bahwa kantor dimana anda bekerja bukan sebagai media eksperimen untuk dilakukan ujicoba. Bisa anda bayangkan jika setiap pegawai yang telah mendapat diklat dengan proyek perubahan lantas segera mengimplementasikan.
mohon maaf saya hanya menjelaskan secara realitas namun bukan ingin mengubur semangat menggebu para ASN Muda. Hanya sekedar memberi saran bahwa tetap lakukan perubahan seperti yang anda inginkan, namun sesuai dengan kapasitas dan posisi dimana anda bekerja.
Namun patut disadari bahwa jangan berharap akan hasil yang segera atas kreasi yang anda buat, karena semua butuh proses dan waktu. setiap perubahan pasti ada rintangan atau resistensi, walau anda yakin perubahan ini berdampak baik, namun mengganggu baik para ASN tua yang terganggu dengan kenyamanannya.
Selamat ats artikel yang anda buat, lanjtukan untuk tetap menulis dan melakukan perubahan buat organisasi dimana anda bekerja.
Perubahan harus dimulai dari diri sendiri, dan perubahan tidak mesti harus sesuatu yang besar