Lelaki Tampan Negeri Virtual

by Nyoman Trisna Dewi ♥ Associate Writer | Apr 8, 2023 | Sastra | 0 comments

Ditemani secangkir teh hangat, di dalam ruang sempit berukuran 3X3 meter, aku duduk sendiri dekat jendela. Kala itu dewi malam tak lagi menampakkan wujudnya, bintang tak lagi berkelip seakan ditelan kelamnya mega. Kali ini aku ingin mengisahkan masa laluku, yang ku tulis dalam secarik kertas putih.

Sebelumnya, perkenalkan namaku Nathalie, gadis asli Bali yang berdomisili di Kota Singaraja. Aku dikenal sebagai remaja pendiam berpenampilan sedikit tomboy. Yang tak terlalu suka banyak bergaul dengan orang asing. Semua itu berubah ketika seseorang menempati ruang di hatiku.

Kisah ini berawal dari sebuah pertemuan yang tanpa disengaja dengan seorang lelaki tampan bernama Watanabe Haruto, atau lebih akrab disapa Haruto. Seorang lelaki keturunan Jepang Thailand yang tinggal di kota Tokyo. 

Yang kutahu Haruto sosok lelaki yang baik, perhatian, romantis, ditambah lesung pipi menambah kesan manis senyumannya. Coba bayangkan perempuan mana yang tak jatuh hati melihat pesonanya. 

Namun, Tuhan hanya mempertemukan kami lewat aplikasi instagram. Berawal dari saling follow akun instagram, berujung di obrolan panjang hingga akhirnya kita berdua merasa nyaman dan menjalin kisah kasih remaja. 

Jarak telah menjadi ujian kisah cinta  kami, dipisahkan laut dengan garis tipis yang mereka sebut dengan cakrawala. 

Bukan maksudku menyalahkan takdir atau menyalahkan Tuhan sebagai sang pembuat takdir. Aku hanya berharap takdir akan mempertemukan kami dan mempersatukan cinta kami sebagai pasangan kekasih seutuhnya. 

Setiap menit dan detikku, doa ini selalu aku panjatkan kepada Tuhan. 

Entah mengapa rasa ini semakin menggila, seperti menanam bunga dalam mimpi yang tak bisa mekar menjadi kenyataan. Aku hanya bisa melihat wajah tampan nya melalui foto, atau sesekali melalui video call

Rindu menjadi perasaan yang seakan menyusup dalam sukmaku yang tumbuh abadi dalam diri. Selama 1 tahun lebih telah bersemayam dalam hidupku, kemudian ketidakberdayaanku pada rindu semakin pilu hanya menghasilkan air mata, bukan kehadirannya. 

Berawal dari perkenalan tak disengaja dari sosial media,  lelaki virtual yang membuat ku hanyut dalam gejolak asmara dengan hanya karena sebatas kata yang diketik melalui keyboard ponsel. 

Oh Tuhan, kita memang berbeda dalam segala ruang tapi kita memiliki cinta yang besar dan kesetiaan tetap terjaga. Hanya menunggu takdir mencetak pertemuan menjadi nyata. 

Hari yang aku tunggu-tunggu telah tiba saatnya. Jumat, 4 Juni 2015 Haruto memutuskan datang ke Indonesia untuk bertemu denganku. 

Oh Tuhan, aku serasa terbang di udara saking senangnya. Akhirnya Tuhan telah mengabulkan doa ku selama ini, setelah 1 tahun sudah aku menunggu. 

Pantai Kuta telah menjadi saksi bisu pertemuan singkat kita. 4 hari bukanlah waktu yang lama. Untuk kali pertamanya aku memeluk, mencium wangi tubuhnya, mendengar suaranya secara langsung tanpa alat bantu headset

Dia terlihat sangat tampan memakai perpaduan baju kaos putih dengan kemeja biru tosca, celana jeans hitam panjang selutut. Rambutnya tertata rapi belah samping ala boyband korea, mata sipit dengan senyuman membuat candu. 

Berbicara dengan logat khas Jepang menambah kekagumanku padanya. Bagaimana tidak, dia berusaha keras mempelajari bahasa Indonesia untuk mempermudah komunikasi kami. 

Kebahagiaanku saat itu tak bisa aku ungkapan dengan sebuah kata-kata. Kala itu kami bertemu di waktu sore hari, goresan warna oranye senja ketika matahari terbenam di ufuk barat menambah kesan indah nan romantis kisah hari ini. 

Suasana semakin indah ketika Haruto memainkan alat musik gitar sambil bernyanyi lagu cinta berbahasa Inggris untukku. 

Tatapan matanya yang sayu membuat ku semakin salah tingkah. Waktu seakan bergerak cepat, ketika sebuah kata tak sempat terucap. Hari itu telah tiba saatnya, hari di mana dia meninggalkanku sendiri setelah 4 hari bertemu. 

Hanya sebatas janji yang dia berikan, dia akan kembali bertemu denganku. Menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. Entah roh apa yang merasuki kala itu, aku percaya begitu saja dengan kalimat yang dia ucap. 

Esok harinya dia kembali ke negeri sakura, tiada lagi kata-kata yang bisa ku ucapkan selain “Selamat jalan dan semoga kita berdua  bertemu lagi”. 

Pesawat yang dia naiki semakin menjauh seperti butir kecil dan kemudian menghilang dari pandanganku. Air mata telah lolos dari mataku, aku tak bisa lagi menahannya. Aku telah lemah karena cinta, berharap semoga dia kembali dan menepati janji yang telah dia ucap. 

Selang berapa minggu aku telah kehilangan kabar darinya seolah hilang tertelan bumi. Rasa bingung bercampur sedih seakan bercampur menjadi satu di pikiran ini. 

“Astaga, apakah yang telah terjadi dengan dirinya?”

“Mengapa seminggu lebih dia tak memberi aku kabar?”

Dan benar saja, 2 minggu kemudian dia memberi aku kabar via Whatsapp, yang membuatku merasa benar-benar kecewa. Bagaimana tidak, pesan itu berbunyi:

Dear Nathalie

“Terima kasih kamu telah mencintaiku selama ini. Aku harap takdir akan mempersatukan kita di lain waktu. Maaf hubungan kita cukup sampai di sini,  aku lelah menjalani hubungan virtual. 

Maaf aku menyerah. Di luar sana banyak laki-laki yang lebih baik dari aku. Lebih baik kita berpisah saja. 

Selamat tinggal.”

Hatiku terasa panas tak karuan, antara marah, benci, kecewa, sedih bercampur aduk menjadi satu. Lelaki yang aku cintai selama 1 tahun sekian bulan telah memutuskan hubungan denganku. Ternyata benar waktu tak menjamin kelanggengan sebuah hubungan. 

Aku tak perlu menyesal, tapi hanya perlu belajar. Bila saja waktu bisa diulang kembali, akan aku perbaiki semua dari awal. Mungkin waktu ku tak akan terbuang sia-sia seperti sekarang. 

Sudahlah, ini hanya ujian yang Tuhan berikan. Ternyata menanam bunga dalam mimpi tak kan bisa mekar menjadi kenyataan. 

0
0
Nyoman Trisna Dewi ♥ Associate Writer

Nyoman Trisna Dewi lahir di Buleleng Bali, Juni 2001. Seorang gadis desa yang tengah berjuang meraih mimpinya. Berbagai kompetisi telah dia ikuti dan beberapa diantara keluar sebagai pemenang.
Beberapa karyanya termuat dalam media online seperti KabarBaru, Riausastra, Dimensipers.com dan NegeriKertas
Selain menulis ia sangat suka dunia videografi, desain, dan sketch. Saat ini, penulis berdomisili di Buleleng, Bali. Pembaca bisa lebih dekat dengan penulis lewat akun sosial media
IG @tr.naaa dan @onehope_01
YT #Trisna Konnan Channel
Tiktok: @trisna.konnan

Nyoman Trisna Dewi ♥ Associate Writer

Nyoman Trisna Dewi ♥ Associate Writer

Author

Nyoman Trisna Dewi lahir di Buleleng Bali, Juni 2001. Seorang gadis desa yang tengah berjuang meraih mimpinya. Berbagai kompetisi telah dia ikuti dan beberapa diantara keluar sebagai pemenang. Beberapa karyanya termuat dalam media online seperti KabarBaru, Riausastra, Dimensipers.com dan NegeriKertas Selain menulis ia sangat suka dunia videografi, desain, dan sketch. Saat ini, penulis berdomisili di Buleleng, Bali. Pembaca bisa lebih dekat dengan penulis lewat akun sosial media IG @tr.naaa dan @onehope_01 YT #Trisna Konnan Channel Tiktok: @trisna.konnan

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post