Indonesia dan Presidensi G20

by Fauzan Hidayat ◆ Active Writer | Dec 6, 2021 | Birokrasi Berdaya | 0 comments

Indonesia sempat diprediksi akan runtuh karena dinilai tidak mampu menangani krisis Pandemi Covid-19. Demografi besar yang dimiliki hampir berubah dari ‘bonus’ menjadi ‘malapetaka’. Terang saja, bonus demografi tersebut sangat bersiko terhadap penyebaran virus secara masif apabila penanganan penyebaran Covid-19 tidak dilaksanakan secara maksimal.

Prediksi ini makin menguat, terlebih pada bulan Juli 2021 lalu, gelombang kedua Covid-19 telah menempatkan Indonesia dengan kasus harian tertinggi dunia. Kondisi tersebut semakin memperkuat prediksi keruntuhan bangsa ini.

Namun, dengan kegigihan dan kerja sama dengan prinsip gotong royong oleh semua unsur mulai dari pemerintah, swasta, akademisi hingga masyarakat secara perlahan krisis pandemi dapat dikendalikan dengan baik. Laju perekonomian pun semakin menunjukkan tren positif.

Hasil kerja keras ini kemudian menjadi faktor Indonesia dipercaya untuk memegang estafet presidensi Group of Twenty (G20).

Kesempatan Unjuk Gigi dalam G20

G20 adalah “The Only Global Premier Economic Forum“, merupakan gabungan 19 negara dan Uni Eropa (EU), yang sepakat untuk melakukan kerja sama multilateral. Negara-negara G20 tersebut merepresentasikan 60% populasi bumi, 80% Produk Domestik Bruto (PDB) global, dan 75% perdagangan dunia.

Keanggotaan dan presidensi Indonesia pada forum G20 telah menempatkannya pada posisi sejajar dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, Inggris, Rusia, Turki, Tiongkok, dan Jerman.

G20 menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi Indonesia untuk ‘unjuk gigi’ dengan segala kemampuan manajerial dalam memimpin negara-negara adidaya tersebut. Karena dengan kepemimpinannya di G20, Indonesia memperoleh tanggung jawab sekaligus kesempatan untuk menetapkan tema, agenda, dan semua aktivitas G20.

Tema ‘Recover Together, Recover Stronger‘ telah ditetapkan dengan komitmen utama kepemimpinan Indonesia untuk pertumbuhan yang inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pemulihan Ekonomi Nasional: Fokus Perhatian Dunia

Penetapan tema tersebut kiranya bukan hanya isapan jempol belaka. Indonesia membuktikan kelayakannya memimpin G20 dengan terus melakukan upaya-upaya dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

Di antara hasil upaya tersebut adalah pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II-2021 menjadi yang tertinggi dalam dua dekade terakhir sebesar 7,02% (ekon.go.id Edisi 05/08/2021).

Seiring dengan semakin menurunnya statistik sebaran Covid-19, masa depan perekonomian bangsa diharapkan juga akan menunjukkan tren positif. Harapan tersebut sejalan dengan pernyataan Menteri Sri Mulyani terkait dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,2 hingga 5,8% di tahun 2022 (Kemenkeu.go.id Edisi 20/05/2021).

Sementara tahun 2022 diproyeksikan sebagai momentum pemulihan ekonomi global. International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan kenaikkan pertumbuhan global dari sebelumnya 4.2% menjadi 4.4%.

Melalui presidensi G20 ini juga, Indonesia kemudian akan menjadi fokus perhatian global. Persepsi dunia atas resiliensi ekonomi Indonesia menjadi lebih baik sehingga secara tidak langsung juga menjadi wujud pengakuan internasional terhadap Indonesia dengan perekonomian terbesar dunia.

Alternatif Kebijakan sebagai Presidensi

Sesuai dengan komitmen utama dalam kepimpinan G20 yaitu pertumbuhan yang inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan; tentunya publik perlu mengetahui secara generik makna dari butir-butir komitmen utama tersebut.

Publik juga kiranya perlu memberikan alternatif kebijakan kepada pemerintah untuk menentukan langkah-langkah strategis dalam kepemimpinannya di forum G20.

Pertama: Pembangunan Inklusif Sekilas, makna pembangunan inklusif ini adalah optimalisasi pertumbuhan ekonomi sektor primer seperti di sektor pertanian -yang notabenenya menyerap banyak tenaga kerja- yang kurang mendapatkan perhatian.

Sementara sektor sekunder seperti industri jasa ataupun manufaktur mendapat perhatian yang lebih khususnya oleh negara-negara berkembang karena berorientasi pada perekonomian negara maju.

Padahal, sektor ini sangat sedikit menyerap tenaga kerja. Meskipun memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi, namun sektor industri tersebut sangat sedikit menyerap tenaga kerja.

Kedua: Pembangunan berbasis people centered

Informasi dan prakarsa yang kreatif yang bersumber dari ekologi manusia serta tidak tergantung pada birokrasi dan proyek pembanguan merupakan logika pembangunan yang kiranya dapat menjadi asas pelaksanaan pembangunan people centered tersebut.

Peningkatan keterampilan sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dalam menerapkan pembangunan berbasis people centered ini. Terlebih perkembangan teknologi yang dapat merubah wajah pasar tenaga kerja karena membawa ancaman akan tergantinya pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual.

Ketiga: Pembangunan yang berkelanjutan

Konsep pembangunan yang tidak hanya berfokus pada isu-isu pelestarian lungkungan saja, namun juga meliputi tiga aspek kebijakan, yaitu perlindungan lingkungan, pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi.

Tiga aspek tersebut kiranya dapat menjadi satu kesatuan pembangunan yang dapat menjawab kebutuhan hidup di masa kini tanpa mengesampingkan pertimbangan kebutuhan hidup di masa yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan ini juga memiliki prinsip utama yaitu mempertahankan kualitas dan keberlangsungan hidup manusia secara berkelanjutan.

Oleh karenanya, adalah penting untuk menyusun agenda G20 yang sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor primer, mengedepankan peningkatan mutu dan keterampilan sumber daya manusia serta juga memberikan perhatian pada perlindungan lingkungan, pembangunan sosial dan ekonomi.

Epilog: Memanfaatkan Momentum

Presidensi G20 yang akan dipimpin oleh Indonesia ini akan dilaksanakan mulai Desember 2021 dan diakhiri dalam Konferensi tingkat Tinggi (KTT) pada triwulan ke IV 2022 mendatang.

Satu tahun adalah waktu yang cukup singkat untuk merealisasikan agenda-agenda penting G20 tersebut. Panitia penyelengara G20 yang telah ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 kiranya dapat mulai bekerja dengan maksimal secara totalitas dan cerdas dengan menetapkan target-target yang tepat dan terukur.

Bayangkan, apabila Indonesia sukses dalam memimpin G20 nanti. Tentu saja ini akan menambah kewibawaan bangsa ini di kancah dunia. Tidak lupa, pemerintah juga perlu  semaksimal mungkin memanfaatkan kesempatan emas ini dengan menetapkan agenda-agenda yang dapat memberikan nilai tambah bagi pemulihan dan peningkatan ekonomi Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung sesuai dengan komitmen utama yang telah ditetapkan.

Perlu 18 tahun lagi kesempatan ini kembali diperoleh. Indonesia mesti memberikan hasil yang terbaik dalam presidensi G20 ini. Prediksi runtuh sebagaimana disangkakan sebelumnya harus dijawab dengan kerja nyata dalam menyukseskan semua agenda G20 ini dengan sebaik-baiknya.

1
0
Fauzan Hidayat ◆ Active Writer

ASN pada Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Republik Indonesia

Fauzan Hidayat ◆ Active Writer

Fauzan Hidayat ◆ Active Writer

Author

ASN pada Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Republik Indonesia

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post