Hari Buku Nasional, Budaya Literasi Kita Masih Rendah!

by Juan Ambarita ♥ Associate Writer | May 19, 2021 | Literasi | 2 comments

Secara sederhana membaca dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas yang bertujuan untuk melatih kemampuan otak dalam memahami suatu informasi. Semakin sering dilakukan maka bisa dipastikan kemampuan mengingat dari si pembaca akan semakin baik.

Kemudian, menulis yaitu suatu aktivitas menuangkan ide atau gagasan tertentu ke dalam bentuk tulisan sehingga dapat dibaca di kemudian hari oleh orang-orang. Contoh sederhananya ya buku-buku yang kita jumpai saat ini.

Semua buku-buku tersebut telah melewati beragam proses berpikir dari si penulis, bagaimana kata demi kata dirangkai secara terstruktur sehingga dapat mencapai suatu wujud nyata karya cipta dari si penulis.

Buku dan peranannya terhadap pembaca

Tak dapat dipungkiri bahwa buku memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan karakter atau pemikiran seseorang setelah lingkungannya. Hal ini terjadi karena dalam tiap-tiap buku terdapat gagasan maupun konsep tentang suatu hal.

Suatu teori, terutama teori sosial yang dikemukakan oleh para ahli dalam suatu buku, dapat menggugah jiwa dari si pembaca sehingga menjadi penganut dari teori tersebut. Namun bagi kaum yang kritis, buku selain untuk menambah wawasan juga menjadi sarana perangsang untuk menimbulkan berbagai koreksi terhadap konsep yang sudah matang.

Dari berbagai koreksi tersebut kemudian dapat memicu lahirnya suatu konsep atau tesis baru dalam bentuk buku sehingga pemikiran semakin bergerak maju.

Kesadaran akan pentingnya membaca

Penulis berpandangan bahwa membaca buku merupakan suatu hal yang sangat penting karena membaca menimbulkan pemahaman baru bagi si pembaca, yang kemudian pemahaman yang bersumber dari buku tersebut akan diuji relevansinya seiring dengan berjalannya waktu.

Hal ini kemudian mendorong terciptanya suatu konsep atau gagasan baru yang diwujudnyatakan kembali dalam suatu buku. Namun ironisnya, sebuah penelitian dari UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi di tingkat dunia.

Artinya, minat baca masyarakat kita sangat rendah. Data dari UNESCO tersebut menunjukkan betapa minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya terdapat 1 orang yang rajin membaca.

Sementara itu, mayoritas masyarakat Indonesia saat ini sangat suka menatap layar gadget atau gawainya, baik untuk bermain game ataupun bermain sosial media hingga berjam-jam. Sebuah media asal Inggris dalam laporan bertajuk “Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital” pada 11 Februari 2021 lalu menyatakan bahwa jika diambil rata-rata keseluruhan orang Indonesia menghabiskan waktu 3 jam 14 menit sehari untuk mengakses media sosial.

Bertahan dalam lautan informasi

Tanpa adanya modal kapasitas Intelektual yang mumpuni, dalam hal ini wawasan atau pemahaman yang didapat dari literasi untuk memfilter informasi yang beredar, maka tak perlu heran jika saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang masih mudah sekali terjaring atau menjadi sasaran empuk dari beragam informasi hoax, fitnah, dan provokasi.

Semuanya itu berakibat pada kegaduhan maupun kerugian. Demi menanggulangi persoalan di atas maka hal pertama yang dibutuhkan dari generasi muda penerus bangsa saat ini ialah menyadari bahwa kita hidup di era bonus demografi yang semakin memperketat persaingan serta globalisasi yang membuka sekat-sekat pembatas antar kehidupan bernegara.

Pada akhirnya hanya individu berkualitas lah yang mampu bertahan dan memenangkan situasi. Pemerintah juga semestinya segera melihat dan mengantisipasi segala kemungkinan terburuk dari kondisi ini.

Negara ini kaya akan sumber daya alam. Namun, masyarakatnya belum mampu untuk mengolah itu semua secara mandiri. Sangat disayangkan apabila kita terpinggirkan di negara sendiri oleh warga negara asing karena faktor kapasitas intelektual.

Selamat Hari Buku Nasional

Kemarin lusa, tepatnya 17 Mei 2021, merupakan momentum peringatan Hari Buku Nasional. Berkaitan dengan itu, sebagai penutup tulisan ini saya ingin menyerukan dan mengajak para pembaca semua, mari mulai kebiasaan membaca buku demi perkembangan pola pikir.

Membaca buku jelas memperkaya sudut pandang. Membaca buku mendorong kita untuk mempertanyakan kembali suatu konsep pemikiran atau merancang suatu konsep pemikiran baru. Membaca buku juga membuat kita sadar bahwa kita selama ini belum tahu apa-apa.

Namun, yang terpenting dari semua itu, sebagai makhluk yang berakal budi sangat penting untuk menjaga otak agar terus bekerja sesuai fungsinya, berpikir.

Panjang umur Buku..

Hidup Para Pembaca Buku…

Salam Literasi..

5
0
Juan Ambarita ♥ Associate Writer

Juan Ambarita ♥ Associate Writer

Author

Mahasiswa Fakultas Hukum Unja

2 Comments

  1. Avatar

    Sampai saat ini saya belum menemukan apa obat mujarab yang bisa meningkatkan atau setidaknya menumbuhkan minat baca secara komunal. Namun hal yang saya yakini sekarang ini bahwa setiap orang mempunyai rasa keingintahuan akan suatu hal, jika kita sudah mengetahui arah ketertarikan dari seseorang, besar kemungkinan unsur ketertarikan tersebut bisa diarahkan secara perlahan kepada aktivitas membaca. Dan bagi orang-orang yang sudah lama giat membaca, alangkah baiknya jika turut berpartisipasi dalam mengkampanyekan betapa pentingnya membaca buku dalam hidup ini. Suatu tindakan kecil memang namun jika dilakukan secara Terstruktur Sistematis dan Masif, saya optimis akan meningkatkan minat baca masyarakat terutama generasi milenial.

    Reply
  2. Avatar

    Setuju, namun….apa obat yang mujarab, yg bisa disarankan, agar kesadaran dan keinginan membaca orang Indonesia bisa terus meningkat?

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post