Prolog
Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu yang lalu (27/3/2018) memberikan arahan kepada 5.165 calon pegawai negeri sipil (CPNS) hasil rekrutmen tahun 2017 di Istora Senayan, Jakarta. Acara yang bertajuk Presidential Lecture ini digelar sebagai latihan dasar bagi CPNS yang berasal dari berbagai kementerian/lembaga agar bersiap untuk memberikan kontribusinya pada Indonesia.
Salah satu pesan Jokowi adalah para CPNS harus menjadi motor penggerak birokrasi dan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Ia juga berpesan kepada para CPNS untuk selalu memiliki rasa ingin tahu dan bekerja dengan inovasi, jangan hanya fokus pada rutinitas saja.
Membaca berita tersebut, saya kemudian teringat dengan gebrakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kanada terkait pelayanan publiknya yang dimulai dengan penggerak yang sama, yaitu generasi muda.
Efisiensi Jumlah ASN Kanada
Kanada merupakan sebuah negara yang terletak di bagian utara Amerika Serikat dan di selatan negara bagian Alaska. Negara dengan luas wilayah 9.984.670 km2 itu memiliki sistem parlementer dalam monarki konstitusional. Sama halnya dengan negara-negara persemakmuran lainnya, Ratu Elizabeth II merupakan kepala negara Kanada, yang pelaksanaan sebagian besar tugas kerajaan federal diwakilkan kepada Gubernur Jenderal Kanada.
Negara yang memiliki lagu kebangsaan berjudul “O Canada” tersebut diakui secara internasional mampu mengelola pelayanan publiknya secara efektif. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah aparat sipil negara dengan jumlah penduduk Kanada.
Dari tahun ke tahun, persentase jumlah ASN dibandingkan jumlah penduduk semakin menurun. Pada tahun 1970, persentasenya masih berada pada kisaran 0,92% dan secara konsisten berkurang menjadi 0,72% pada tahun 2016. Angka itu cukup jauh dibandingkan dengan Indonesia yang pada tahun 2016 memiliki persentase 1,69%, atau lebih dari dua kali lipat persentase di Kanada.
Secara singkat dapat diartikan bahwa di Kanada, pada tahun 2016 seorang ASN dapat melayani 140 penduduk, meningkat 32 penduduk dibandingkan kondisi pada tahun 1970. Artinya, Pemerintah Kanada mampu mengelola ASN-nya secara efisien karena pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan oleh lebih sedikit pegawai. Kemudian, bagaimana dengan efektivitasnya?
Keberhasilan Administrasi Publik Kanada
Menurut International Civil Service Effectiveness (InCiSE) Index 2017, Kanada berada di peringkat teratas dari 31 negara dalam hal efektivitas pelayanan publiknya. InCiSE mengukur beberapa indikator seperti pengelolaan administrasi perpajakan, pembuatan kebijakan, keterlibatan, keterbukaan, integritas, manajemen krisis, manajemen fiskal, dan keuangan.
Kanada mengungguli negara-negara maju lainnya seperti Selandia Baru, Australia, United Kingdom, Finlandia, dan Swedia. Selain itu, Kanada berhasil menciptakan sebuah struktur ASN yang mewakili unsur keberagaman baik dari segi gender, suku, maupun agama.
Selain itu, terobosan besar yang dilakukan oleh Pemerintah Kanada, yang lebih dikenal dengan sebutan “Canada @150 2.017” semakin menegaskan posisi Kanada sebagai pionir dalam pengelolaan pelayanan publik termasuk pemberdayaan ASN di sana.
“Canada @150 2.017” adalah proyek percontohan inovatif yang diluncurkan oleh Clerk of the Privy Council, pejabat pelayanan publik tertinggi pada Pemerintah Kanada yang dipilih langsung oleh Gubernur Jenderal atas saran dari Perdana Menteri. Clerk of the Privy Council bertanggung jawab memberikan saran dan masukan kepada Perdana Menteri dan kabinet dalam pengelolaan pemerintahan.
Proyek “Canada @150 2.017” berlabel pembaruan di bidang layanan publik itu dilaksanakan dengan asumsi bahwa layanan publik harus berkembang untuk mengimbangi perubahan. Inisiatif tersebut mengeksplorasi tantangan yang akan dihadapi Kanada saat mendekati ulang tahun ke-150 pada tahun 2017.
Keterlibatan ASN Muda Kanada
Menariknya, berbagai perubahan tadi dilakukan oleh seratus lima puluh ASN baru selama satu tahun, mulai Juni 2008 sampai Juni 2009. Para ASN muda tersebut mengerjakan berbagai proyek perubahan di waktu luang mereka sembari tetap melaksanakan tugas utama mereka memberikan pelayanan kepada publik.
Mereka diundang untuk mengeksplorasi, memperdebatkan, dan mengidentifikasi bagaimana layanan publik di Kanada dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan di masa depan yang lebih kompleks.
Tidak hanya dilakukan oleh 150 ASN muda, proyek tersebut juga tetap melibatkan semua tingkatan jabatan seperti para wakil menteri yang memberikan petunjuk dan arahan, dua belas asisten wakil menteri yang bertugas sebagai mentor, dan dua puluh analis kebijakan yang mengajukan diri sebagai “enabler“.
Proses tersebut dirancang dan didukung oleh Sekretariat yang terdiri dari Policy Research Initiative dan the Privy Council Office. Proyek tersebut telah menghasilkan berbagai inovasi kreatif yang berasal dari pemikiran-pemikiran ASN muda yang dikombinasikan dengan arahan dan bantuan dari pejabat di level pimpinan dan para pakar untuk memperkuat proses pengembangan kebijakan dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan.
Manfaat pertama dari proyek inovatif tersebut adalah menghasilkan kader muda yang antusias dan mau terlibat dalam membangun pelayanan publik yang lebih baik serta telah siap untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Lalu, jembatan pemahaman yang lebih komprehensif telah terbangun karena setiap ASN muda tersebut tidak hanya memahami satu departemen. Mereka dapat melihat tantangan dan permasalahan di masa depan dengan perspektif yang holistik.
Kemudian, salah satu kontribusi proyek yang paling menarik adalah proposal visi ASN muda yaitu “PS 2.017 (Public Service of 2017)”. “PS 2.017” adalah sebuah organisasi adaptif yang menempatkan orang-orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat dan pada waktu yang tepat, menjaga kepercayaan tinggi kepada pemerintah dan lingkungan kerja yang senantiasa mau belajar, mendorong budaya kolaborasi, memahami teknologi, percaya diri dalam memberikan alternatif terbaik dan mengembangkan kebijakan yang inovatif, serta menghargai hubungan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan.
Secara singkat dapat dipahami bahwa proyek tersebut memberikan dua manfaat utama yaitu menciptakan pelayanan publik yang inovatif dan menanamkan integritas di kalangan ASN muda.
Epilog
Merujuk pada apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kanada dengan generasi mudanya, saya kemudian berpikir kembali, bukan sekedar melamun, adakah follow up yang akan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sebagai tindak lanjut pertemuan 27 Maret lalu tersebut?
Ataukah, pertemuan yang penuh dengan berbagai arahan dan cerita yang telah disampaikan oleh para pembicara, sudah dirasa cukup menjadi trigger bagi para generasi muda untuk berperan aktif memajukan pelayanan publik di Indonesia? Barangkali, hanya waktu yang mampu menjawabnya. Satu tahun, lima tahun, atau tiga puluh tahun lagi? We’ll see. ***
Seorang alumnus ASN yang sedang menikmati dunia yang penuh uncertainty, dengan mempelajari keilmuan risiko dan komunikasi.
dengan negara kesatuan dan citarasa otonomi yang serasa federal, seharusnya mulai bisa dipetakan daerah dengan ASN yang overload dan mana daerah yang ideal
Gambaran yang menarik tentang apa yang terjadi di Kanada. Epilognya juga menarik, karena berisi tantangan akan apa yang diharapkan. Namun, kalau tidak ada parameter pembanding, antara Kanada dengan Indonesia, rasanya agak susah untuk “membayangkan” apa yang ada di Kanada, akan terjadi di Indonesia. Contoh, tentang peran dan fungsi lembaga Ombudsmen. Di banyak negara (apakah juga di Kanada?), lembaga ini sangat membantu dalam mendorong “Pelayanan Publik” yang dilakukan dan saran perbaikan, selalu ditindaklanjuti. Apakah hal yang sama berlaku di Indonesia?
Berharap adanya gerakan perubahan dari ASN Muda, sangat kita harapkan……semoga