Pernah membaca buku Mutiara Hati Penggugah Jiwa? Buku ini ditulis oleh Husni Mubarrok, seorang pendidik dari Gresik. Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan renyah. Ulasannya menohok dan merasuk di raga.
Di bagian awal, kita diingatkan bahwa setiap diri punya potensi, setiap diri punya kemampuan, meski kecil adanya. Potensi itu perlu digali. Dan memang harus digali. Ia akan tampak jika engkau menggalinya. Ia akan dahsyat jika dipoles. Karena itu, gali dan poleslah ia, supaya dahsyat hasilnya.
Husni Mubarrok memberikan lima tips menggali potensi diri. Pertama, yakin bahwa setiap orang punya potensi masing-masing. Potensi bisa terlihat dari bakat, minat, hobi, dan kecenderungan kita dalam melakukan sesuatu. Kedua, bersikap positif atas potensi yang dimiliki. Karena di sanalah jalan sukses akan terbentang. Ketiga, buang jauh-jauh prasangka negatif atas kelemahan diri. Keempat, kembangkan potensi Anda karena kesuksesan selalu berangkat dari hal-hal yang sederhana. Kelima, kesuksesan selalu berangkat dari hal-hal yang sederhana yang terus dikembangkan hingga menjadi luar biasa.
Tekad Kuat Menggali Potensi Diri
Saya mencoba mengulas tulisan ini berdasarkan pengalaman saya selama ini. Bekerja hampir 22 tahun di birokrasi pemerintahan memberikan banyak warna dalam kehidupan saya. Itu belum termasuk pengalaman hampir 1.5 tahun di salah satu BUMN. Hampir delapan tahun saya bekerja sebagai staf pengajar di beberapa PTS.
Empat belas tahun lalu saya diminta untuk mengelola majalah di Kemenpan RB. Dari sanalah potensi sederhana yang saya miliki mulai tergali. Saya belajar secara otodidak dalam menulis dan mengelola majalah. Tak ada yang istimewa barangkali dari pengalaman tersebut. Namun, semangat belajar dari potensi sederhana tersebut terus saya kembangkan hingga saat ini.
Mungkin tak banyak birokrat yang mau dan mampu menulis di sela deraan pekerjaan tiada henti. Saya bersyukur telah memulainya dan tak berhenti hingga saat ini. Dari aktivitas menulis yang saya tekuni selama 14 tahun, saya merasa ada potensi tersembunyi di bidang literasi. Potensi itulah yang terus saya kembangkan.
Untuk bisa menulis tentu saya juga harus senang membaca dan berdiskusi dengan banyak orang. Kesempatan ini makin berkembang karena hampir enam tahun terakhir saya sering ditugaskan ke banyak kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Saat memberikan materi baik di saat sosialisasi maupun bimbingan teknis, saya pun terus belajar.
Sebelum memberikan materi tentu saya harus menguasai terlebih dahulu dengan mempersiapkan diri termasuk membaca beberapa buku dan referensi. Dari belajar tersebut saya mendapatkan banyak hal. Tak kurang sembilan buku hasil pengalaman mengajar dan dari perjalanan dinas saya ke banyak tempat sudah diterbitkan. Itu di luar buku-buku profil kepala daerah yang mencapai 20 buku pernah saya tulis baik sebagai penulis maupun sebagai editor.
Tunjukkan Kompetensi Anda
Dengan menulis saya makin yakin prospek ke depan makin cemerlang. Apapun bidangnya kemampuan menulis pasti dibutuhkan. Termasuk di birokrasi pemerintahan. Terakhir, buku berjudul Birokrat Menulis 2 yang segera launching adalah kumpulan-kumpulan tulisan saya dari media sosial dan media on line hampir dua tahun terakhir ini. Birokrat yang menulis buku pastilah belum banyak. Kalaupun ada biasanya adalah guru, dosen, dan peneliti.
Di dunia kerja, sering kita temukan perlakuan yang berbeda dari atasan kepada bawahannya. Hal tersebut terkait kompetensi staf maupun selera atasan. Menyikapi hal ini maka menjadi penting bagi kita untuk menunjukkan kompetensi yang kita miliki.
Selain senang belajar, berdiskusi, membaca dan menulis, saya juga senang mengajar. Dengan mengajar membuat saya harus banyak belajar. Tanpa belajar tentu materi saya jadi datar dan hambar. Jika kita menunjukkan kompetensi yang kita miliki secara maksimal, maka dapat dipastikan keberadaan kita menjadi penting.Tugas kita selanjutnya adalah melipatgandakan potensi ini.
Menulis, mengajar, dan berkarya dalam bentuk buku adalah sebuah pengalaman berharga buat saya bekerja di birokrasi pemerintahan. Inilah yang terus akan saya kembangkan sesuai potensi yang saya miliki.
Buku Birokrat Menulis 2 berkisah tentang bagaimana saya mengembangkan potensi yang saya miliki tadi. Membaca, menulis, dan mengajar adalah pengalaman yang luar biasa. Setiap pengalaman itulah saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Ke mana pun pergi, saya pastikan akan berdiskusi dengan banyak orang. Hal-hal baik dan bermanfaat akan saya catat dan menjaadikannya tulisan ringan dan menginspirasi.
Semua catatan kebaikan itulah yang akhirnya saya jadikan buku Birokrat Menulis 2. Alhamdulillah untuk pre order pertama 200 buku langsung ludes. Buku tersebut akan segera menemui pembacanya di akhir bulan November ini. Seperti halnya buku Birokrat Menulis yang terbit Desember tahun lalu, Birokrat Menulis 2 berisikan catatan-catatan dan renungan harian saya selama ini. Bedanya, di buku seri 2 tersebut Anda dapat menemukan kumpulan tulisan di media sosial saya selama hampir dua tahun terakhir ini.
Manfaatkan Media Sosial, Kembangkan Potensi
Beberapa tulisan saya juga dimuat di media online Birokrat Menulis. Laman ini sama dengan judul buku saya, tetapi pengelolanya sebuah komunitas di kalangan birokrasi yang concern dengan gerakan literasi birokrasi. Saya salah satu anggota dari komunitas ini dan cukup aktif mengirim tulisan di laman ini. Komunitas ini pula yang kian mengangkat reputasi saya sejauh ini.
Birokrat Menulis 2 seperti yang disampaikan editor buku ini, M Iqbal Dawami, terdapat nuansa yang berbeda dari segi diksi dan tema yang diangkat di setiap tulisan. Menurut alumnus Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini, narasi buku tersebut makin dalam dan matang serta daya nalar dan refleksi di setiap tulisan kian memukau. Penulis buku Pseudo Literasi ini sangat paham dengan tulisan-tulisan di Buku Birokrat Menulis. Getaran rasa yang tertuang dalam rangkaian kata tentu bisa dipahaminya selaku editor buku ini. Seperti yang dikatakan Iqbal, saya mencatat segala lalu lintas kehidupan yang saya alami. Pengalaman sosial, intelektual, dan spiritual saya tulis dan lalu saya ambil hikmah dibaliknya.
Tulisan-tulisan tersebut banyak terkait pertemuan saya dengan banyak orang di berbagai daerah sebagai seorang birokrat. Tulisan-tulisan tersebut ditulis saat menjelang keberangkatan di bandara, usai mendarat, termasuk saat berdiam di hotel menjelang kepulangan ke Jakarta. Setiap tulisan memiliki rasa yang berbeda karena perjalanan yang juga berbeda. Selain di sela-sela waktu tersebut, saya juga sering menulis di pagi hari atau sebelum saya tidur di malam hari.
Terus Gali Potensi, Tumbuhkan Percaya Diri
Kembali ke ulasan gali potensimu, meskipun kecil saya merasa kian semangat dan percaya diri. Ternyata hal-hal yang kecil dan sederhana jika dilakukan secara konsisten ternyata memiliki makna. Karya telah membuat sebuah perbedaan. Hidup tak harus disesali dengan segala keterbatasan diri. Hidup harus berjuang meskipun di tengah keterbatasan.Jika sebagian orang menganggap kita tak mampu, biarkan saja. Terus melangkah dan fokus dengan segenap potensi yang dimiliki.
Saya tentu merasa bangga menjadi urang Minang yang selama ini banyak melahirkan tokoh bangsa dan juga penulis dan penyair. Sebagai alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Andalas Padang, saya ternyata bisa berkarya jauh dari latar belakang keilmuan saya selama di bangku kuliah.
Lalu saya kaitkan perjalanan menulis saya dengan tokoh-tokoh Republik dari Ranah Minang. siapa yang tak kenal Bung Hatta. Agus Salim, dan Sutan Syahrir. Di dunia literasi ada Buya Hamka, Taufiq Ismail, dan beberapa nama beken lainnya. Mungkin saya masih jauh dari nama-nama yang disebut tadi. Namun, tradisi baru di kalangan birokrasi paling tidak sudah saya mulai sejak sebelas tahun lalu hingga hari ini.
Seperti yang diulas oleh Husni Mubarrok kita sering menganggap anak yang tak bisa ilmu Matematika sebagai anak yang bodoh (baca kurang pintar). Mungkin ia tidak pintar di bidang Matematika, tetapi hebat di bidang bahasa. Barangkali ia tak jago di bidang Fisika, tetapi unggul di bidang pelajaran sosial.
Sekalipun seorang siswa kurang mampu di seluruh mata pelajaran, belum tentu ia gagal. Mungkin dia dilebihkan di bidang keterampilan seperti seni musik ataupun seni lukis. Begitulah Allah menciptakan manusia dengan segala keunikan, kelebihan, dan kekurangannya. Tugas manusia untuk menggali potensi diri dan kelebihan yang dimilikinya. Kesuksesan sering berangkat dari keterbatasan diri. Dari keterbatasan itulah seseorang bangkit, kemudian mengasah potensi yang dimilikinya menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat.
Berbagi pengalaman di bidang literasi di sela-sela waktu tak pernah berhenti saya lakukan. Saya yakin di tahun 2019 mendatang saya kian menemukan kesempatan terbaik. Buku Birokrat Menulis 2 adalah salah satu jalan menuju harapan terbaik tersebut.
Seperti yang disebut oleh Profesor Werry Darta Taifur, Rektor Universitas Andalas 2012-2016 dalam testimony-nya, bahwa buku Birokrat Menulis 2 sangat pantas dibaca oleh generasi millenial dan generasi alpha yang akan menghadapi tantangan yang makin banyak dalam segala aspek kehidupan di masa mendatang.
Birokrasi yang kian kompetitif dan berbasis kinerja akan meluluhlantakkan orang-orang yang tak memiliki nilai tambah. Dan nilai tambah inilah yang akan saya jadikan pelampung diri jika terjadi turbulensi di organisasi.
Pegawai BPKP yang dipekerjakan di Kementerian PAN dan RB dan kandidat Doktor pada Program Doktor Ilmu Sosial di Universitas Pasundan. Seorang penulis buku dan sudah menulis lebih dari 20 buku.
Best practice…..guru yg luar biasa…proud of you bapak adrinal
Luar biasa kanda Adrinal
Buku ini menginspirasi kita bahwa Allah memberikan kelebihan yg berbeda beda diantara kita
Terimakasih dan sukses kanda
Ditunggu buku2 berikutnya
Masih menikmati kanda
terima kasih pak adrinal… Sangat inspiratif…
Semoga bermanfaat Mas Risbi. Terima kasih..