Duo Prokes & Promes

by | Jul 29, 2021 | Birokrasi Melayani | 0 comments

Birokrat Menulis menggelar prolog (program dialog) dengan mengangkat topik “Gelombang Pandemi Covid-19: Birokrat Bisa Apa?” pada hari Sabtu 24 Juli 2021. Prolog ini menghadirkan Prof. Agus Pramusinto (Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara), Tri Hastuti Nur R, dan penulis sendiri selaku komandan lapangan satgas penanganan Covid-19 Birokrat Menulis.

Prolog ini menarik perhatian sehingga Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan, yang notabene adalah mata dan telinga Menteri Keuangan hadir dan terlibat dalam dialog. Kehadiran Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan tentu menambah bobot prolog yang diadakan oleh Birokrat Menulis tersebut.

Prolog dibuka oleh Chairman of Editor Board Birokrat Menulis Rudy M. Harahap, yang melontarkan istilah “perang bersama melawan Covid-19”. Istilah ini menunjukkan sensitivitas kedaruratan kondisi yang sekarang ini terjadi sekaligus kewaspadaan dan kesiapan untuk berkontribusi membantu negara secara volunteer (suka rela).

Istilah tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa tanggung jawab menghadapi Covid-19 ini bukan hanya milik pemerintah tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat, tak terkecuali komunitas birokrat.

Seberapa darurat kondisi pandemi Covid-19 saat ini? Fakta-fakta yang dilaporkan secara resmi oleh pemerintah per 25 Juli 2021 pukul 12.00 WIB berikut ini dapat menjelaskannya.

Penambahan kasus harian masih tinggi yaitu sebanyak 38.679. Jumlah harian yang meninggal juga masih tinggi yaitu 1.266. Bandingkan dengan rata-rata jumlah meninggal karena Covid-19 di tahun 2020 yang tidak melewati angka 200.

Kematian saat ini kurang lebih 6 kali lipat dari rata-rata kematian di tahun 2020. Ini yang menjadi perhatian penulis pada saat menyampaikan presentasi kemarin. Jumlah kematian yang isolasi mandiri (isoman) juga menarik perhatian penulis. Di Jakarta saja jumlah kematian pasien isoman per 22 Juli 2021 adalah 1.214 (Kompas, 22 Juli 2021).

Oleh sebab itu, sebagai penyintas Covid-19 berat yang hampir meninggal dunia, penulis tergugah untuk membantu memikirkan bagaimana agar jumlah kematian Covid-19 pasien isoman dapat dicegah peningkatannya. Isoman semestinya hanya untuk yang bergejala ringan yang semestinya dapat disembuhkan.

Mengapa Pasien Isoman Meninggal?

Mengapa pasien isoman yang bergejala ringan mengalami kematian? Secara mudah kita dapat menduga kemungkinannya, yaitu pasien isoman mengalami perburukan. Pasien isoman mengalami perburukan dari Covid-19 ringan menjadi Covid-19 sedang kemudian meningkat menjadi Covid-19 berat dan berujung pada kematian.

Apa yang menyebabkan perburukan tersebut? Berdasarkan pengalaman saat penulis terpapar Covid-19, terdapat karakter khusus Covid-19 berupa cengkeraman terus menerus dalam menurunkan mental sang pasien.

Misalnya, efek Covid-19 berupa demam menggigil, sesak nafas, dan/atau kesulitan tidur menekan sang pasien untuk turun mentalnya. Kesulitan tidur bisa terjadi berhari-hari sebagaimana yang pernah penulis alami yaitu tidur hanya 1 jam dari 24 jam. Itu sungguh menyiksa.

Saat mental pasien turun akan terjadi perburukan Covid-19. Bila itu tidak diatasi dengan baik, kondisi mental pasien akan turun dan turun sehingga terjadi perburukan ke gejala sedang, kemudian gejala berat, dan bahkan kematian pada akhirnya.

Apakah kematian pasien isoman ini dapat dicegah? Secara teoritis tentu dapat dicegah dengan menghilangkan penyebab utama tersebut. Setidak-tidaknya tingkat kematian pasien isoman dapat diturunkan.

Perlunya Promes

Penguatan protokol kesehatan (prokes) tentu merupakan modal dasar dalam mencegah keterpaparan Covid-19. Namun, pada kondisi penyebaran Covid-19 yang sedang tinggi seperti saat ini, kemungkinan terpapar Covid-19 untuk mereka yang menjaga prokes pun meningkat risikonya.

Bukti-bukti di lapangan menunjukkan jumlah pasien yang menjaga prokes, termasuk penulis sendiri, semakin meningkat. Para tenaga kesehatan (nakes) yang sudah menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat pun terpapar Covid-19.

Seorang radiographer atau radiologic technologists yang pernah merawat penulis saat terpapar Covid-19 pun terpapar Covid-19 saat ini. Radiographer sahabat penulis lainnya pun terpapar. Begitupun para perawat dan dokter yang pernah menangani penulis.

Oleh karena itu, selain prokes yang ketat, perlu dibarengi dengan promes. Apa itu promes? Promes adalah singkatan dari protokol mentalitas sembuh. Istilah ini pertama kali penulis perkenalkan kepada publik pada prolog Birokrat Menulis pada Sabtu 24 Juli 2021 kemarin.

Promes ini didasarkan atas pengalaman pribadi penulis yang berhasil sembuh dari Covid-19 berat. Bila dengan promes pasien Covid-19 berat berhasil sembuh, maka logis bila pasien Covid-19 gejala sedang apalagi gejala ringan dapat sembuh.

Karenanya, promes penulis uji cobakan kepada adik penulis yang mengalami gejala sedang Covid-19 yang tinggal di Bekasi. Ia mengalami demam hingga menggigil selama tiga hari dan mengalami kesulitan tidur berhari-hari.

Pada saat itu di lingkungannya ada 8 orang yang terpapar (termasuk adik penulis) dan 2 di antaranya telah meninggal pada saat adik penulis melapor. Penulis merasakan bagaimana adik penulis khawatir dengan kondisinya.

Protokol mentalitas sembuh ini berhasil penulis yakinkan kepada adik penulis, terutama jurus kedua “Tenang & Berbaik Sangka” serta jurus ketujuh “Manajemen Melupakan Kondisi”. Penulis nasihati sang adik untuk menyibukkan diri dengan youtube. Kebetulan adik penulis menyukai youtube-nya Kyai Kanjeng Emha Ainun Nadjib.

Promes berupa “10 Jurus Sembuh Covid-19 dengan Bahagia” yang penulis nasihatkan dipraktikkan dengan baik oleh adik penulis, sehingga tidak terjadi perburukan kondisi. Akhirnya, pada hari keempat belas adik penulis yang isoman di rumah tersebut berhasil sembuh. Hasil PCR test-nya negatif.

Promes juga pernah penulis ujikan pada seorang sahabat yang dirawat di rumah sakit UMMI Bogor, yang komorbid dan menggunakan ventilator pernafasan. Ia menghubungi penulis dan meminta saran terkait sesak nafas yang dideritanya.

Penulis menyampaikan sebagian jurus dari “10 Jurus Sembuh Covid-19 dengan Bahagia” (yang telah penulis bukukan dalam bentuk pdf) yang merupakan protokol mentalitas sembuh. Alhamdulillah, saat ini sudah diperkenankan pulang karena sembuh dengan hasil PCR test negatif.

Beberapa sahabat penulis yang membaca buku “10 Jurus Sembuh Covid-19 dengan Bahagia” tanpa sepengetahuan penulis menerapkan promes yang ada di buku tersebut. Kemudian, mereka melaporkan bahwa promes telah membantu kesembuhan mereka dari Covid-19.

Satu pengalaman yang menarik adalah ketika sahabat sekaligus tetangga penulis terpapar Covid-19 dan isoman di rumahnya. Penulis mempraktikkan promes ini kepada yang bersangkutan saat saturasinya anjlok hingga 89.

Penulis katakan bahwa ia akan mengalami kesulitan tidur malamnya dan itu sangat mengganggu. Penulis sampaikan agar ia menerapkan jurus ketujuh yaitu “Manajemen Melupakan Kondisi” agar mentalnya kuat sehingga saturasi tidak drop ke angka yang lebih membahayakan.

Saturasi di bawah 90 menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Bila anjlok lagi apalagi mencapai 70-an sangat berisiko meninggal dunia. Esok pagi harinya penulis cek, ternyata benar yang bersangkutan semalam tidak bisa tidur. Rasanya seperti sakaratul maut.

Namun, karena telah mendapatkan masukan sebelumnya dari penulis, ia mampu melewati malam yang sangat menyiksa tersebut sehingga saturasi tidak terus drop. Pagi itu saturasinya sudah kembali di atas 90 meskipun belum normal di kisaran 96-100.

Duo Prokes & Promes

Oleh karena itu, mempertimbangkan banyaknya kematian pasien isoman yang meninggal, satgas Covid-19 Birokrat Menulis menjadikan duo prokes & promes ini sebagai program yang akan dilaksanakan, selain program mitigasi dampak sosial Covid-19.

Prokes akan digencarkan melalui edukasi via webinar/online, advokasi pelaksanaan prokes di lingkungan birokrasi, dan direncanakan ada layanan pengaduan atas pelanggaran prokes di lingkungan birokrasi.

Edukasi tentang Promes akan dilakukan melalui jaringan Birokrat Menulis di seluruh Indonesia. Materi-materi Promes berupa “10 Jurus Sembuh Covid-19 dengan Bahagia” disebarkan dalam bentuk slide power point, buku dalam bentuk pdf, serta video-video yang mudah dibagikan kepada orang yang sedang terpapar Covid-19.

Namun agar lebih efektif, penyebaran materi-materi promes kepada orang yang sehat akan digalakkan melalui jaringan yang ada. Dengan demikian, perlu penguatan jaringan Birokrat Menulis.

Sudah saatnya para birokrat yang tidak tergabung di Birokrat Menulis pun diajak untuk bersama-sama menyebarkan promes ini, sehingga bermanfaat untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Jaringan di luar birokrasi pun perlu dimanfaatkan untuk penyebaran promes ini, karena promes ini juga diperlukan untuk masyarakat umum nonbirokrat. Sebab itu pula, penulis menyambut dengan semangat undangan untuk menghadiri pengajian bulanan online pada tanggal 11 Agustus 2021 dan menyebarkan materi promes ini.

Penulis juga menyambut undangan untuk menghadiri podcast yang diadakan suatu komunitas anak muda di Bogor pada tanggal 15 Agustus 2021 untuk menyebarkan promes ini.

Dukungan terhadap promes ini luar biasa. Salah satunya komunitas anak muda Sobatlink di Bogor menghubungi penulis untuk membantu menyiapkan video-video terkait materi promes.

Sampai saat ini mereka telah berhasil membuat dua video dan akan disusul dengan video-video berikutnya. Dukungan juga diberikan oleh para pegiat puisi, baik dari Komunitas Sastra Kementerian Keuangan (KSK) ataupun komunitas lainnya.

Mereka mendukung promes dengan konten-konten video penyemangat yang akan berguna pada saat pengguliran program promes yang nyata.

Program Nyata

Selain edukasi promes melalui webinar dan penyebaran materi-materi promes melalui berbagai media, promes juga digulirkan dalam bentuk program nyata. Misalnya, pendampingan pasien isoman.

Satgas Covid-19 Birokrat Menulis akan melakukan pelatihan untuk sukarelawan pemantau pasien Covid-19, sehingga pelaksanaan pemantauan pasien Covid-19 efektif mencegah perburukan.

Berdasarkan pengamatan, banyak pemantau pasien Covid-19 yang tidak memahami bagaimana semestinya mendampingi/memantau yang isoman. Biasanya yang ditanyakan hanya soal saturasi.

Padahal, soal kesulitan tidur juga perlu dipantau. Kita perlu membangkitkan semangatnya dalam menghadapi kondisi kesulitan tidur agar tidak terjadi perburukan.

Selain menyiapkan pemantau Covid-19 yang lebih siap, Satgas Covid-19 Birokrat Menulis juga akan terjun langsung melakukan pemantauan pasien isoman di lingkungan birokrat. Dalam hal kondisi memungkinkan, pemantauan pasien isoman non-birokrat pun akan dilayani sesuai kemampuan.

Epilog

Sebagai langkah awal untuk menggulirkan promes, Satgas Covid-19 Birokrat Menulis akan melakukan pelatihan “Kawan Isoman”, yaitu membekali pemantau pasien Covid-19 dengan materi-materi promes. Pelatihan terbuka bagi birokrat, tidak hanya yang tergabung dalam Birokrat Menulis.

Yang berkenan bergabung dapat mendaftar pada birokratmenulis.org/daftarkawan. Adapun untuk para birokrat yang berkenan bergabung dalam jaringan penguatan prokes & promes secara umum di seluruh Indonesia, dapat menghubungi nomor WA 08979560850 dengan menyampaikan nama, instansi, dan asal kota.

Pada saat ini, pemerintah sedang menggodok rekomendasi perlunya mobilisasi ASN, termasuk guru dan penyuluh agama, untuk mendukung penanganan Covid-19. Keberadaan program Prokes & Promes Satgas Covid-19 Birokrat Menulis dapat menjadi media yang menyokong instruksi pemerintah tersebut.

Akhirnya, kami tunggu kontribusi Anda!

1
0
Dedhi Suharto ◆ Professional Writer

Dedhi Suharto ◆ Professional Writer

Author

Inspektur pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang fokus pada internal control dan risk management serta memiliki hobi menulis novel.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post