Buruan SAE: Inovasi Urban Farming dari Bandung

by Gin Gin Ginanjar ♥ Associate Writer | Mar 19, 2021 | Birokrasi Berdaya | 2 comments

C:\Users\LENOVO\Downloads\WhatsApp Image 2021-03-18 at 11.00.56 AM.jpeg
Salah satu bentuk Buruan SAE: Hidroponik

Harian Pikiran Rakyat edisi online 9 Februari 2021 memuat berita berjudul: “Buruan SAE, Aplikasi Pemkot Bandung untuk Jaga Ketahanan Pangan Keluarga”. Buruan SAE juga diliput media lain: lokal dan nasional. Hasil pencarian dengan google.com, setidaknya 66 media menyebut Buruan SAE dalam judul atau konten beritanya. Ulasan tentang program ini juga pernah diterbitkan oleh Birokrat Menulis, ditulis oleh Nanang Zulkarnaen.

Dalam kancah internasional, Buruan SAE sudah kami ceritakan dihadapan 210 pemimpin kota dan 49 negara di seluruh dunia. Mereka tergabung dalam Milan Urban Food Policy Pact. Tajuk yang kami sampaikan pada 26 Oktober 2020 lalu adalah “Bandung’s integrated farming practice for sustainable food in the COVID-19 pandemic era and beyond”.

Baru-baru ini Buruan SAE menjadi bagian penting dari inovasi Kota Bandung dalam tiga ajang. Pertama ajang “The Bloomberg Philanthropies 2021 Global Mayors Challenge*”;** kedua dalam ajang* Pemantauan, Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah, dimana Kota Bandung masuk dalam tahap penilaian 10 besar nominator untuk skala nasional; dan ketiga dalam ajang Adi Bakti Tani 2021.

Istilah Buruan SAE sudah banyak dibahas dalam media cetak dan elektronik. Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) juga telah menyediakan sarana untuk lebih mengenalnya melalui situs resminya.

C:\Users\LENOVO\Downloads\WhatsApp Image 2021-03-19 at 11.27.24 AM (1).jpeg
Kunjungan Wakil Walikota Bandung di lokasi Buruan SAE

Kunci Penting

Integrasi dalam Buruan SAE menjadi kata kunci yang penting. Dalam tata kelola kota, istilah urban farming bukan hal yang baru. Tapi melalui Buruan SAE, urban farming (pertanian kota) dibuat lebih integratif. Jika aktifitas urban farming sebelumnya hanya terfokus pada berkebun sayuran, melalui Buruan SAE aktifitasnya meluas dengan juga mengembangkan tanaman obat keluarga (toga), ternak, ikan, buah-buahan, olahan hasil, pembibitan dan pengolahan sampah (composting).

Integrasi pengelolaan urban farming di Kota Bandung lebih mungkin dilakukan karena kewenangan yang dimiliki bukan hanya urusan pangan tapi juga pertanian dan perikanan. Peran pemerintah untuk mendorong aktifitas dalam ber-urban farming pada warga kota punya dasar pijakan yang kuat.

Dispangtan sebagai Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) yang diberi wewenang oleh kepala daerah, juga punya pandangan bahwa kebutuhan kalori manusia yang beragam tidak bisa hanya dipenuhi oleh satu macam hasil urban farming. Oleh karenannya praktik urban farming di Kota Bandung yang dahulu hanya berkonsentrasi pada cara-cara berkebun, dengan adanya Buruan SAE akhirnya mengalami perluasan.

Hikmah Sosial Buruan SAE

Suatu waktu kami berkunjung ke kelompok berkebun (pokbun) Teras Sadulur, salah satu binaan Dispangtan Kota Bandung. Pokbun Teras Sadulur mengadopsi pola Buruan SAE dalam aktifitas urban farming-nya. Teras sadulur melakukan pemeliharaan sayur dan pemeliharaan ternak.

Selain itu juga mengolah hasil panennya menjadi makanan olahan. Dengan pangan segar dan makanan olahan yang mereka hasilkan, pokbun teras sadulur melakukan food sharing atau berbagi makanan!

Fenomena food sharing di Kelompok Buruan SAE Kota Bandung, tidak satu dua kali ditemui. Kelompok Buruan SAE lain nyaris melakukan hal yang sama di tahun pandemi COVID-19. Dalam masa pandemi, komunitas urban farming malah getol berbagi antar sesama dengan hasil yang didapatnya.

Dengan food sharing pada pelaku Buruan SAE, masyarakat kota Bandung menjaga kohesifitas bertetangga, sehingga resiko kekurangan makanan dapat di tekan. Hal ini bermanfaat dalam menjaga hubungan sosial antar sesama. Terlebih semua itu dilakukan pada kondisi tidak normal, di masa pandemi dimana aktifitas yang bersifat ekonomi banyak terbatasi.

Kemampuan berbagi makanan dapat menjadi indikasi sederhana telah usainya pemenuhan kebutuhan pribadi pelaku Buruan SAE atau setidak-tidaknya mengikis citra individualis yang acap kali jadi stigma masyarakat perkotaan.

Buruan SAE menjadi media alternatif untuk meningkatkan frekuensi interaksi antar masyarakat melalui aktifitas pemeliharaan ragam jenis sumber makanan dan pengolahan hasilnya.

Budaya masyarakat juga dapat tergali saat terjadi pemanfaatan hasil dan dalam penyajian makanan yang makin variatif. Selebihnya, kepedulian masyarakat akan pangan yang sehat semakin kentara.

Adanya inisiatif komunitas masyarakat kota untuk bersosialisasi dan berbagi dalam tahap budidaya maupun penyajian ragam makan olahan hasil Buruan SAE, juga menjadi bukti nyata bahwa strategi ketahanan pangan melalui Buruan SAE bukan hanya  bercerita tentang teknis budidaya tapi juga sekaligus bagaimana mengelola masyarakat, community development. Upaya Community development melalui Buruan SAE dapat berkontribusi dalam pembangunan Kota Bandung.

Praktik filantropi via charity hasil urban farming dan community development dalam pengembangan Buruan SAE adalah hikmah sosial yang tidak kecil maknanya. Kelak hikmah tersebut sangat berguna bukan hanya bagi masyarakat, dalam konteks sustainable food, tapi juga bagi perkembangan kota dalam konteks sustainable civilization.

C:\Users\LENOVO\Downloads\WhatsApp Image 2021-03-18 at 11.00.57 AM.jpeg

Buruan SAE dan Green Economy

Dewasa ini Gas Rumah Kaca (GRK) menjadi isu penting lingkungan karena berpengaruh terhadap pemanasan global. Tidak termasuk karbondioksida (CO2), dua jenis GRK yang mungkin terkait langsung dengan Buruan SAE adalah methan, dan nitrous oxide (N2O). Karena konsentrasinya yang besar, pembicaraan GRK selalu fokus pada CO2. Tapi banyak teori menyebut, dibanding CO2, methan 25 kali lebih berbahaya sementara N2O 298 kali lebih berbahaya bagi atmosfer yang akumulasinya menyebabkan bumi kian memanas.

Kotoran hewan (kohe) ternak dan pengelolaan food waste ini dapat menjadi kompos pada Buruan SAE berpotensi membantu mengurangi emisi methan. Selain itu, proses nitrifikasi dan denitrifikasi dalam tanah di lokasi SEIN Farm (Sekemala Integrated Farming: Buruan SAE di lahan luas) berpotensi menghasilkan gas N2O.

Buruan SAE sangat memerhatikan aspek kelestarian lingkungan karena dari proses fotosintesis dari aneka tanaman di pekarangan dapat menghasilkan oksiden yang bermanfaat untuk makhluk hidup.

Buruan SAE juga berkontribusi pada cita-cita Kota Bandung sebagai kota hijau (green city) dengan menciptakan titik-titik baru ruang terbuka hijau (RTH). Pendek kata, Buruan SAE dapat menyokong dan melanggengkan siklus hidup manusia penghuni kota. Bukan saja sekarang tapi juga bagi generasi anak cucu di masa depan.

Buruan SAE layak disebut sebagai program yang ramah lingkungan (environmentally friendly). Aktifitas program buruan SAE bukan layaknya penambangan yang mengekploitasi sumberdaya alam, tapi sebaliknya membantu kondisi lingkungan dari potensi pencemaran. Dengan Buruan SAE kenyamanan pekarangan yang dikelola juga memberi kesan estetis.

Kalaupun di dalamnya ada aktifitas ekonomi yang diharapkan pelaku, dapat kiranya dikategorikan sebagai green economy (ekonomi hijau) sesuai definisi United Nations Environment Programe (UNEP) yakni: “one that results in improved human well-being and social equity, while significantly reducing environmental risks and ecological scarcities.” atau yang artinya “ekonomi yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial, sekaligus secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi”.

Bagi kami, sisi ekonomi Buruan SAE tetap sangat penting karena irisannya dengan aspek sosial dan lingkungan yang menentukan keberlanjutan (sustainability) program. Maka untuk menjaga keberlanjutannya di masa depan, perlu diperhatikan juga aspek ekonominya. Selain tentu aspek lingkungan dan sosialnya juga.

Lebih lanjut, penyediaan pasar (market place) sebagai bagian dari ekosistem Buruan SAE juga perlu dipersiapkan demi menjaga keberlanjutannya. Dengan ini, hasil Buruan SAE dapat ditampung dan dipasarkan secara online kepada masyarakat.

C:\Users\LENOVO\Downloads\WhatsApp Image 2021-03-19 at 9.12.36 AM (1).jpeg

Harapan

Bukan tanpa cacat, Buruan SAE yang baru diadaptasi di Kota Bandung tidak lepas dari kelemahan. Untuk mengatasinya, kami membuka ruang kolaborasi bagi siapapun dari kalangan akademisi, badan usaha, komunitas, pemerintahan, dan media. Kami sadar bahwa Kota Bandung dapat tumbuh dan berkembang bukan saja dengan inovasi yang dilahirkan tapi juga dengan sebanyak-banyaknya kolaborasi.

Buruan SAE selalu kami banggakan sebagai gagasan yang lahir dari kesederhanaan, dengan mulai memanfaatkan pekarangan yang sempit. Namun demikian, kami yakin potensi yang dimiliki bisa menyuplai kebutuhan rumah tangga pemiliknya jika dimanfaatkan optimal. Maka sepanjang 2020, kami membawa pesan program Buruan SAE di setiap kesempatan, baik secara online maupun offline, nasional maupun internasional.

Pada kesempatan ajang penilaian Abdi Bakti Tani 2021, yang dalam pandangan kami sangat sektoral di lingkup Kementerian Pertanian, kami juga punya harapan Buruan SAE dapat bermanfaat dan diterapkan di seluruh Indonesia. Jika sekiranya pemerintah pusat berkenan, kami mengusulkan pola Buruan SAE ini dapat direplikasi di seluruh lokasi yang karakteristik wilayahnya bercorak perkotaan seperti Kota Bandung dengan menjadikannya sebagai gerakan nasional semisal Gerakan Nasional Buruan/Pekarangan SAE.

Kami memberanikan pengusulan di atas setelah beberapa daerah datang ke Kota Bandung untuk mengaplikasikan hal serupa di tempatnya masing-masing. Kami yakin gerakan masif yang mengadopsi pola Buruan SAE dapat menyemarakkan aktifitas pertanian di kota, sekaligus membantu meringankan beban berat desa karena tereksploitasi terus menerus untuk memasok kebutuhan pangan masyarakat kota. Semoga. []


4
0
Gin Gin Ginanjar ♥ Associate Writer

Penulis adalah Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung. Lulusan IPB university (1993) dan UIM IHE-DELFT Netherland (2000). ASN yang telah berdinas sejak 1995 ini, pernah menjabat di Beberapa Instansi di lingkungan Pemerintah Kota Bandung antara lain: pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pertamanan, Dinas Pelayanan Pajak, Dinas Kominfo, dan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP).

Gin Gin Ginanjar ♥ Associate Writer

Gin Gin Ginanjar ♥ Associate Writer

Author

Penulis adalah Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung. Lulusan IPB university (1993) dan UIM IHE-DELFT Netherland (2000). ASN yang telah berdinas sejak 1995 ini, pernah menjabat di Beberapa Instansi di lingkungan Pemerintah Kota Bandung antara lain: pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pertamanan, Dinas Pelayanan Pajak, Dinas Kominfo, dan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP).

2 Comments

  1. Avatar

    Sangat inspiratif

    Reply
  2. Avatar

    Good job pak kadis👍
    Saya jg lulusan IPB diploma II
    Fapoltan jurusan Teknisi Usaha Ternak Unggas
    Sekarang ikut Buruan Sae RW 12 kelurahan Pasir Jati, Kecamatan Ujungberung 🙏
    Salam hijau🌴

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post