Bukan Sekadar Bisa Baca: Literasi Sebagai Senjata Melawan Kemiskinan dan Kebodohan

by Merga Ayuningtyas Betary ♥ Associate Writer | May 3, 2025 | Literasi | 0 comments

Pada September 2024, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 24,06 juta orang, atau sekitar 8,57 persen dari total populasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Berbeda dengan BPS, menurut Bank Dunia
persentase penduduk miskin Indonesia masih berada di angka 61,8 persen pada tahun 2023,
dan diperkirakan tetap berada di sekitar 60 persen pada tahun 2024.
Sementara itu, Global Finance mencatat bahwa Indonesia menjadi negara
paling miskin nomor 91 di dunia di tahun 2022.

Efek Domino Kemiskinan

Kemiskinan menjadi penyebab dan akibat dari stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Keluarga miskin cenderung tidak dapat memenuhi gizi anak-anaknya.

Di Indonesia prevalensi stunting adalah 21,6% di tahun 2022. Dapat diartikan sebesar 21,6 % anak Indonesia di tahun 2022 mengalami kurang gizi. Stunting memiliki dampak yang besar dalam pertumbuhan manusia. Dampak tersebut antara lain:

  1. Pertumbuhan fisik terhambat, seperti berat badan tidak naik atau bahkan menurun
  2. Perkembangan otak terganggu, sehingga kemampuan kognitif, memori, dan fokus terhambat
  3. Gangguan metabolisme
  4. Daya tahan tubuh melemah, sehingga mudah terinfeksi penyakit
  5. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
  6. Risiko obesitas, kekurangan berat badan dan penyakit lainnya meningkat
  7. Kesehatan reproduksi menurun
  8. Prestasi belajar menurun
  9. Produktivitas dan kapasitas kerja menurun
  10. Rentan terhadap penyakit tidak menular, seperti diabetes, jantung, stroke, dan kanker

Dari dampak-dampak tersebut dapat menyebabkan mereka bertahan dalam kemiskinan karena mengalami keluhan Kesehatan, kurang dalam hal kecerdasan dan produktivitas sehingga menjadi pengangguran atau tidak dapat menghasilkan pendapatan yang cukup.

Hal lain yang menjadi akibat dari kemiskinan dan stunting adalah rendahnya tingkat literasi di Indonesia. Berdasarkan UNESCO tahun 2020, Minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Indonesia menempati posisi ke-100 dari 208 negara dalam hal literasi. 

Bukti lain yaitu skor literasi membaca Indonesia berada di 11 peringkat terbawah dari 81 negara dalam daftar PISA (Program of International Student Assessment) pada tahun 2022.

Masalah literasi di Indonesia juga dibahas oleh banyak artikel dan konten kreator. Tapi apa arti dari literasi? Menurut KBBI, literasi adalah kemampuan dalam membaca dan menulis. Membaca dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian. 

Sementara itu, menulis adalah mengungkapkan pemikiran
dengan mengukirkan lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian. Secara luas literasi adalah kemampuan manusia dalam membaca, menulis, mendengar, berhitung, berkomunikasi, mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam pekerjaan.

Entah ada kaitannya atau tidak, tapi berdasarkan data statistik, menunjukan bahwa kemiskinan, stunting dan literasi sangat berkaitan erat. Provinsi dengan ranking 5 teratas diduduki oleh provinsi-provinsi yang sama. 

Data statistik tersebut merupakan bukti secara nasional, bagaimana dengan bukti secara perorangan bahwa mereka kurang literasi?

Gambaran Fenomena Sosial 

Kita sering menemui seseorang mengirim pesan dengan menggunakan Bahasa atau singkatan yang tidak umum. Hanya si pengirim yang mengerti maksud dari pesan tersebut sedangkan si penerima tidak mengerti isi pesan tersebut.

Tidak hanya dalam mengirim pesan tulisan, banyak juga orang yang tidak dapat menyampaikan pesan secara lisan dengan jelas atau berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Sehingga mereka butuh mengulang-ulang penjelasan atau membutuhkan bantuan orang lain untuk menerjemahkan apa maksud mereka padahal mereka berbicara dengan Bahasa yang sama.

Bukti lainnya seseorang kurang literasi adalah tidak pandai menyapa atau berbasa-basi. Contohnya kita bertemu dengan orang yang kita kenal di ruang tunggu bandara. Dia menyapa kita dengan kalimat, “Eh, lagi di bandara juga?” atau “Lagi ngapain di sini?”

Lebih elok jika sapaan itu berbunyi, “Mau terbang kemana?” atau “Terbang untuk liburan atau urusan pekerjaan?” Ini cara berkomunikasi yang sederhana tapi masih ada penyampaian yang kurang tepat.

Banyak orang membaca pengumuman, peraturan, perjanjian atau hal-hal penting lainnya secara sekilas. Padahal mereka seharusnya membaca seluruhnya dengan teliti.

Banyak orang tidak dapat membedakan bacaan apa yang harus dibaca secara sekilas atau scanning dengan bacaan apa yang harus dibaca dengan lengkap dan teliti. Karena jika tidak dibaca secara teliti dapat merugikan diri sendiri.

Itulah kenapa kemampuan literasi yang baik itu diperlukan oleh setiap individu selain juga berguna dalam pembangunan nasional.

Literasi di Era Digital: Minim Akses, atau Minimnya Pemahaman?

Penyebab masyarakat Indonesia kurang literasi adalah antara lain:Infrastruktur Pendidikan Indonesia tidak memadai. Dari mulai jumlah sekolah yang masih kurang dan tidak merata. Bangunan sekolah yang tidak layak.

Akses menuju sekolah yang masih sulit membuat masyarakat malas sekolah. Beberapa keluarga memilih menyuruh anak-anaknya yang masih dibawah umur membantu orang tuanya bekerja untuk mendapatkan uang daripada menyuruh anak mereka sekolah.

Kualitas Pendidikan yang masih rendah. Tidak banyak orang berminat menjadi guru apalagi di lokasi pedalaman karena gaji dan kesejahteraan guru rendah, fasilitas yang menunjang Pendidikan kurang dan akses ke sekolah susah. Bagaimana bisa guru dapat mencurahkan segala kemampuan mereka jika kesejahteraan mereka belum terpenuhi?

  • Kurangnya akses terhadap buku sehingga minat baca para siswa juga menjadi kurang. Kurangnya akses terhadap buku di sini maksudnya adalah kurangnya jumlah perpustakaan dan jumlah buku di sekolah maupun perpustakaan. Lagi-lagi ini juga karena biaya untuk membeli buku yang rendah.
  • Masalah tersebut di atas biasanya terjadi di lokasi terpencil atau lokasi yang jauh dari Ibukota. Bagaimana dengan kurangnya literasi masyarakat dengan akses infrastruktur, teknologi dan jaringan yang sudah memadai? 
  • Pengguna media digital dan media sosial juga masih banyak yang kurang literasi padahal mereka jelas punya akses terhadap teknologi. Ini dibuktikan dari komentar-komentar negatif, masih banyak konten yang tidak bermanfaat, dan berita-berita hoax. 

Penyebab masyarakat pengguna media digital kurang literasi adalah informasi yang terlalu banyak dari media, banyaknya video-video pendek, headline clickbait, mudahnya akses, mudahnya membuat konten dan dibayar serta tidak ada regulasi yang ketat terhadap akses dan pembuatan konten pada sosial media. 

Mereka dapat kekurangan focus dan konsentrasi sehingga tidak pandai membaca, mengolah informasi, berkomunikasi dan mengelola emosi. Hal tersebut tidak hanya menjadi sebab tapi juga menjadi akibat dari literasi yang rendah. Seseorang dengan literasi rendah mudah dipengaruhi hingga kecanduan sosial media.

Epilog: Se-fruit Tips Meningkatkan Literasi

Agar literasi meningkat dapat dilakukan dengan cara:

  1. Memaksakan diri untuk membaca buku;
  2. Menyimak video-video panjang yang memberikan informasi bermanfaat;
  3. Berinvestasi kepada pendidikan, bukan berarti harus melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, S3 dan seterusnya tapi juga dengan cara mengikuti seminar, shortcourse dan peningkatan kompetensi lainnya;
  4. Selalu mempertanyakan why. Tidak hanya menerima mentah-mentah informasi tanpa dipikirkan terlebih dahulu;
  5. Kurangi melihat video pendek;
  6. Tidak hanya membaca headline berita dan menyimpulkan sendiri tapi baca informasi secara lengkap sampai caption atau keterangan.

Penting bagi setiap individu meningkatkan literasi agar hidup lebih mudah, meningkatkan nilai diri, tidak menyusahkan orang lain dan membangun generasi selanjutnya. Sebagai pekerja tentunya akan meningkatkan kompetensi, kinerja individu, organisasi dan pembangunan nasional.

2
0
Merga Ayuningtyas Betary ♥ Associate Writer

Merga Ayuningtyas Betary ♥ Associate Writer

Author

Seorang ASN yang baru belajar menulis sebagai "jalan ninja" agar tetap awet muda.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post