Budaya Menghargai Budaya

by Teddy Sukardi ◆ Expert Writer | May 2, 2025 | Birokrasi Berdaya | 0 comments

Pengantar

Secara sederhana, budaya adalah cara hidup suatu kelompok masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini mencakup segala sesuatu yang mereka yakini, lakukan, hasilkan, seperti antara lain bahasa, adat istiadat, kepercayaan, pola pikir, pola kerja, seni, teknologi, dan nilai-nilai.

Indonesia, dengan keindahan alamnya yang memukau, juga merupakan wilayah luas yang kaya akan keragaman budaya.

Dari Sabang hingga Merauke, terbentang warisan leluhur yang tak ternilai harganya, tercermin dalam situs-situs purbakala yang megah, ritual-ritual sakral yang diwariskan turun-temurun, hingga kesenian yang mempesona dengan keunikan dan filosofinya.

Namun, menghargai budaya tidaklah sekadar tentang memelihara artefak dan melestarikan pertunjukan. Lebih dari itu, esensi menghargai budaya terletak pada:

  • Kemampuan kita untuk menggali lebih dalam makna dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya,
  • Mengedukasikannya kepada generasi penerus, dan
  • Mempromosikannya agar tetap relevan dan hidup dalam denyut nadi kehidupan masa kini.

Sebagai contoh, “Masohi” adalah tradisi gotong royong yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Ambon sejak dahulu kala.

Tradisi ini melibatkan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat untuk membantu menyelesaikan pekerjaan besar secara bersama-sama tanpa mengharapkan imbalan.

Dalam konteks pembangunan rumah ibadah, “masohi” diwujudkan dengan keterlibatan warga dari berbagai latar belakang agama berbeda.

Banyak lagi tradisi lain yang dimiliki masyarakat dan komunitas pada bangsa kita yang perlu dipahami dan diapresiasi maknanya secara lebih mendalam.

Menghargai Budaya Sendiri

Menghargai budaya sendiri adalah fondasi utama. Bagaimana mungkin kita dapat mengapresiasi kekayaan budaya bangsa lain jika kita sendiri tidak memahami dan mencintai warisan budaya kita?

Mengenal sejarah di balik setiap tradisi, memahami filosofi dalam setiap gerakan tari, atau bahkan sekadar menikmati keindahan motif batik adalah langkah awal yang penting.

Sebagai contoh, adanya berbagai festival budaya daerah yang rutin diselenggarakan, seperti Festival Lembah Baliem di Papua yang menampilkan kekayaan tradisi suku-suku lokal, atau Festival Reog Ponorogo di Jawa Timur yang melestarikan seni pertunjukan yang unik.

Selain itu, upaya revitalisasi bahasa daerah yang dilakukan oleh berbagai komunitas dan pemerintah daerah juga merupakan wujud penghargaan terhadap keberagaman linguistik sebagai bagian dari budaya.

Jepang dengan upacara minum teh (Chanoyu) yang bukan hanya ritual, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis dan estetika yang mendalam.

Pemerintah Korea Selatan secara aktif mendukung industri kreatif berbasis budaya seperti K-Pop dan drama Korea yang berhasil mendunia, sekaligus memperkenalkan aspek budaya tradisional mereka.

Itu hanya beberapa contoh saja bagaimana bangsa lain memiliki budaya menghargai budaya mereka secara nyata bukan sekedar retorika.

Menghargai Budaya Orang Lain

Lebih jauh lagi, menghargai budaya juga berarti membuka diri dan menghormati budaya orang lain. Dalam era globalisasi ini, interaksi antar budaya menjadi semakin intens. Sikap saling menghargai perbedaan adalah kunci untuk menciptakan harmoni dan kedamaian.

Mempelajari sedikit tentang tradisi, bahasa, atau kebiasaan bangsa lain dapat menumbuhkan empati dan menghilangkan prasangka.

Ketika kita memahami bahwa setiap budaya memiliki keunikan dan nilai-nilai tersendiri, kita akan mampu membangun jembatan komunikasi yang efektif dan memperkaya wawasan kita tentang dunia.

Program pertukaran pelajar dan mahasiswa yang memungkinkan interaksi langsung dengan budaya lain. Selain itu, keberadaan komunitas-komunitas multikultural di berbagai kota besar di Indonesia menjadi ruang untuk saling belajar dan menghargai perbedaan budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, Prancis memiliki kebijakan yang kuat dalam mempromosikan keragaman budaya melalui dukungan terhadap berbagai bentuk seni dan ekspresi budaya dari berbagai latar belakang.

Kanada juga dikenal dengan kebijakan multikulturalismenya yang mendorong integrasi berbagai kelompok etnis dan budaya dalam satu masyarakat.

Hubungan Budaya Dan Sejarah

Budaya dan sejarah memiliki hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Budaya adalah hasil dari proses sejarah suatu masyarakat.

Nilai-nilai, norma, kepercayaan, adat istiadat, seni, teknologi, dan segala aspek kehidupan kolektif terbentuk dan berkembang seiring berjalannya waktu melalui interaksi manusia dengan lingkungannya, dengan kelompok lain, serta melalui berbagai peristiwa dan pengalaman yang mereka alami bersama.

Sejarah menyediakan konteks temporal dan naratif bagi perkembangan budaya.

Kita tidak dapat memahami mengapa suatu budaya memiliki ciri khas tertentu tanpa melihat akar sejarahnya, seperti pengaruh agama, peperangan, migrasi, penemuan teknologi, atau interaksi dengan budaya lain di masa lalu.

Sebaliknya, budaya juga mempengaruhi bagaimana sejarah dipahami dan diinterpretasikan.

Nilai-nilai dan perspektif budaya yang dominan dalam suatu masyarakat dapat memengaruhi bagaimana catatan sejarah ditulis, mana peristiwa yang dianggap penting, dan bagaimana tokoh-tokoh sejarah dinilai.

Budaya juga mewariskan tradisi lisan, artefak, dan situs-situs yang menjadi sumber penting bagi rekonstruksi sejarah. Oleh karena itu, catatan sejarah tidak boleh dihilangkan dengan alasan apapun.

Menghilangkan catatan sejarah, baik secara fisik maupun melalui distorsi dan penyangkalan, memiliki dampak yang sangat merugikan yaitu antara lain:

  1. Kehilangan Identitas

Sejarah adalah fondasi identitas suatu kelompok masyarakat, bangsa, atau bahkan peradaban.

Tanpa catatan sejarah yang akurat, generasi penerus akan kehilangan pemahaman tentang akar mereka, nilai-nilai yang membentuk mereka, dan bagaimana mereka menjadi seperti sekarang ini.

Ini dapat menyebabkan krisis identitas dan hilangnya rasa memiliki.

  1. Kegagalan Belajar dari Kesalahan

Sejarah mencatat keberhasilan dan kegagalan masa lalu. Dengan menghilangkan catatan sejarah, kita menghilangkan kesempatan untuk belajar dari kesalahan pendahulu kita dan mengulanginya di masa kini atau masa depan.

Sejarah memberikan pelajaran berharga tentang konsekuensi tindakan dan pilihan.

  1. Potensi Manipulasi dan Pembenaran Kekuasaan

Catatan sejarah yang dihilangkan atau dipalsukan dapat dengan mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan ideologis, politik, atau ekonomi mereka.

Penghilangan sejarah dapat digunakan untuk menutupi kejahatan masa lalu, membenarkan ketidakadilan, atau membangun narasi palsu tentang identitas dan tujuan bersama.

  1. Merusak Pemahaman tentang Keberagaman

Sejarah sering kali mencatat interaksi dan kontribusi berbagai kelompok dalam pembentukan suatu budaya atau bangsa.

Menghilangkan bagian dari catatan sejarah dapat menghilangkan suara dan peran kelompok minoritas atau yang terpinggirkan, sehingga memberikan gambaran yang tidak lengkap dan tidak akurat tentang masa lalu.

  1. Menghambat Rekonsiliasi

Dalam kasus konflik atau trauma masa lalu, catatan sejarah yang jujur dan lengkap adalah prasyarat penting untuk proses rekonsiliasi dan penyembuhan.

Menghilangkan atau menyembunyikan kebenaran hanya akan melanggengkan luka dan menghambat terciptanya perdamaian yang berkelanjutan.

  1. Kehilangan Warisan Budaya

Catatan sejarah sering kali terkait erat dengan warisan budaya material dan immaterial. Penghilangan catatan sejarah dapat menyebabkan kurangnya apresiasi dan upaya pelestarian terhadap warisan budaya yang ada, karena generasi penerus tidak memahami makna dan signifikansinya.

Hambatan  dan Dampaknya

Sayangnya, upaya membudayakan penghargaan terhadap budaya tidak selalu berjalan mulus. Terdapat berbagai hambatan yang perlu diatasi.

Salah satunya adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran akan pentingnya budaya, baik budaya sendiri maupun budaya orang lain.

Hal itu bisa disebabkan oleh kurangnya pendidikan yang memadai atau pengaruh globalisasi yang cenderung menggerus nilai-nilai lokal.

Prasangka dan stereotip terhadap budaya tertentu juga menjadi penghalang utama dalam membangun sikap saling menghormati.

Selain itu, konflik sosial dan politik yang berlatar belakang perbedaan budaya dapat memperburuk polarisasi dan menghambat upaya membangun jembatan pemahaman.

Terkadang, prioritas pembangunan ekonomi yang dianggap lebih mendesak juga dapat menyebabkan terpinggirkannya pelestarian dan pengembangan budaya.

Dampak dari hambatan-hambatan tersebut sangat signifikan. Kurangnya penghargaan terhadap budaya sendiri dapat menyebabkan hilangnya identitas bangsa dan merosotnya nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Sementara itu, ketidakmauan untuk menghargai budaya orang lain dapat memicu konflik sosial, diskriminasi, dan terhambatnya integrasi sosial. Prasangka dan stereotip dapat melanggengkan ketidakadilan dan kesenjangan antar kelompok budaya.

Pada akhirnya, hambatan-hambatan ini dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa serta menghambat terciptanya masyarakat dunia yang harmonis.

Mengatasi Hambatan

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan. Pendidikan multikultural harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan sejak dini, menanamkan nilai-nilai toleransi, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan.

Media massa dan platform digital perlu berperan aktif dalam menyebarkan informasi yang akurat dan positif tentang berbagai budaya, serta mengikis prasangka dan stereotip.

Dialog dan pertukaran antar budaya perlu didorong di berbagai tingkatan masyarakat, mulai dari komunitas lokal hingga forum internasional.

Pemerintah dan berbagai pihak terkait perlu memberikan dukungan yang lebih besar terhadap pelestarian dan pengembangan budaya, tidak hanya sebagai aset wisata, tetapi juga sebagai fondasi pembangunan karakter bangsa.

Selain itu, penegakan hukum terhadap tindakan diskriminasi dan intoleransi berbasis budaya juga menjadi penting untuk menciptakan rasa aman dan keadilan bagi semua warga negara.

Epilog

Dengan terus menggali, mengedukasi, dan mempromosikan makna serta nilai-nilai budaya, serta mengatasi berbagai hambatan yang ada, kita tidak hanya melestarikan warisan leluhur.

Akan tetapi kita juga menjadikannya sebagai sumber inspirasi dan kekuatan dalam menghadapi tantangan zaman.

Budaya yang dihargai dan dihayati akan terus hidup, relevan, dan menjadi identitas yang membanggakan bagi generasi kini dan mendatang.

Semoga kita bisa bersama-sama membangun sikap “Budaya Menghargai Budaya” dalam setiap aspek kehidupan kita.

0
0

Ketua Umum Ikatan Konsultan Teknologi Informasi Indonesia (IKTII). Ia aktif melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang teknologi informasi seperti dalam bidang terkait Transformasi Digital, Perencanaan Strategis, Perumusan Regulasi, IT Governance, Manajemen Risiko, Audit Teknologi Informasi dan E-learning.

Dapat dihubungi pada alamat surel [email protected]

Teddy Sukardi ◆ Expert Writer

Teddy Sukardi ◆ Expert Writer

Author

Ketua Umum Ikatan Konsultan Teknologi Informasi Indonesia (IKTII). Ia aktif melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang teknologi informasi seperti dalam bidang terkait Transformasi Digital, Perencanaan Strategis, Perumusan Regulasi, IT Governance, Manajemen Risiko, Audit Teknologi Informasi dan E-learning. Dapat dihubungi pada alamat surel [email protected]

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post