Bisakah Anda menyebutkan beberapa kota di Indonesia yang terkesan ramah dan humanis? Mungkin ada beberapa kota yang seperti itu, namun sebagian besar kota-kota di Indonesia masih jauh dari kesan ramah dan humanis.
Di tengah perjalanan tugas saya ke Australia, saya menemukan salah satu kota dengan kriteria ramah dan humanis itu. Kota itu adalah Sydney. Sydney adalah ibukota Negara Bagian New South Wales. Kota ini merupakan salah satu kota metropolitan terbesar di Australia yang berpenduduk 4,34 juta dengan luaswilayah 12 ribu km2.
Dua infrastruktur kota yang ramah dan humanis saya coba amati di Sydney adalah taman kota dan transportasi publik. Kedua infrastruktur tersebut bisa hadir dengan sempurna dan bermanfaat bagi warganya karena adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dengan warga kotanya.
Transportasi Publik
Semua jalanan di Sydney lancar dan bebas macet. Jalan menjadi ruang publik yang aman untuk digunakan, bukan hanya oleh pemilik kendaraan tetapi juga oleh pejalan kaki.
Ada hal menarik lain yang patut menjadi perhatian dan dicontoh, yakni layanan transportasi dan pengelolaan lalu lintas di sana ramah bagi penyandang disabilitas. Di stasiun kereta, pemberhentian bis, dan di dalam kereta atau di bis disediakan fasilitas dan tempat khusus bagi kaum difabel. Di Sydney jumlah bukan lagi masalah, setiap warga negara mendapatkan pelayanan terbaik.
Kok bisa ya? Ternyata hal itu terjadi berkat sinergi yang baik antara pemerintah dengan warga kotanya. Di satu sisi, pemerintah menyediakan infrastruktur yang lengkap dan memadai seperti jalan, pedestrian, dan sarana transportasi umum (bis, kereta api, dan monorail). Di sisi lain, masyarakat berpartisipasi aktif menjaga ketertiban di jalan, serta membiasakan jalan kaki dan menggunakan transportasi umum.
Yang tidak kalah penting adalah penegakan aturan. Setiap pelanggaran lalu lintas dikenakan tindakan tegas dengan membayar denda. Denda ditagihkan langsung ke pihak pelanggar secara otomatis. Hal tersebut dilakukan karena penindakan atas pelanggaran lalu-lintas dilakukan secara elektronik. Untuk memantau lalu lintas, di setiap sudut kota Sydney sudah dipasang CCTV.
Taman Kota
Sydney adalah salah satu kota yang cukup serius memperhatikan dan mengelola keberadaan taman kota. Di Sydney ada puluhan taman kota yang bukan hanya indah, tetapi juga luas-luas dan dilengkapi berbagai fasilitas modern. Taman kota terbesar antara lain Centinnial Park (189Ha), Moore Park (115 Ha), Sydney Park (45 Ha), dan Queens Park (26 Ha).
Di tengah gemerlap Sydney juga ada kebun botani dengan koleksi tanaman subtropis dan tropis yang cukup lengkap, yakni The Royal Botanic Garden, kebun botani terpenting dari tiga kebun botani yang dibuka untuk umum di Sydney. Kebun lainnya yang tak kalah indah adalah Mouny Annan Botanic Gardendan Mount Tomah Botanic Garden.
Taman dan kebun botani di Sydney dikelola bersama daerah setempat, gratis masuk, dan dibuka setiap hari sepanjang tahun. Selain untuk kepentingan rekreasi dan konservasi kebun botani ini merupakan laboratorium dan menjadi pusat studi ilmu botani.
Bagaimana dengan Indonesia?
Kondisi transportasi publik di kota-kota besar di Indonesia harus kita akui masih jauh dari kesan nyaman dan humanis. Terutama kondisi jalanan yang selalu macet, trotoar yang kurang memadai bagi pengguna jalan, dan sarana transportasi umum yang masih jauh dari kata nyaman. Namun, seperti yang kita saksikan pemerintah telah berupaya ke arah sana dengan berbagai proyek infrastrukturnya. Sedangkan untuk taman kota tidak perlu berkecil hati. Ada Surabaya dan Bandung yang getol dan serius menata taman kota.
Taman kota sebagai salah satu bentuk pelayanan publik seringkali kita abaikan. Kita luput memperhatikannya padahal sebuah taman memberikan banyak manfaat bagi publik. Bukan hanya sebagai paru-paru kota agar produksi oksigen bisa terjaga, taman kota juga menjamin keberlangsungan ekosistem dalam hubungan relasional simbiosis mutualisma antar mahluk hidup di tengah hiruk pikuk kota.
Di sisi lain, taman kota adalah tempat yang nyaman untuk warga kota berinteraksi dan bersosialisasi antar anak-anak, antar generasi muda, antar orang tua, serta antar lintas generasi. Di taman kota juga seorang pemuda akan menjadi penyair hebat untuk pujaan hatinya. Di sana, hijau daun dan gemerisik ranting yang tertiup angin menjadi sumber inspirasi yang tidak bertepi. Di taman kota anak-anak riang gembira bermain dan membaca dengan penuh semangat.
Mengabaikan taman kota berarti mengesampingkan arti penting lingkungan hidup dan keberlanjutannya. Menelantarkan taman kota juga berarti mengingkari hakekat manusia sebagai mahluk sosial. Lebih gawat lagi adalah pada saat kita tidak memperdulikan taman kota, artinya kita egois dan tidak empati atas kreativitas generasi muda sebagai pemilik masa depan kota.
Kuncinya lagi-lagi sederhana, yakni kepemimpinan yang kuat dan partisipasi aktif warga masyarakat. Untuk kepemimpinan, Surabaya dan Bandung relatif ideal, tinggal memacu partisipasi warga agar lebih berperan dalam memelihara dan menjaga taman kota sembari turut menggagas taman kota baru yang lebih kreatif dan humanis. Warga kota juga harus mendukung pemerintah dalam tertib berlalu-lintas.
Saatnya kita berbenah bersama. Pemerintah dan masyarakat harus bahu-membahu. Pemerintah bukan “Superman” yang bisa mengatasi semua persoalan tanpa dukungan masyarakat. Demikian juga masyarakat tidak mungkin mendapatkan pelayanan yang bagus tanpa pemerintahan yang baik dan bersih.
Pelayanan publik optimal bukan hanya karena peran pemerintah, tapi juga karena adanya partisipasi aktif warga masyarakat. Pemerintahan adalah proses timbal balik yang sinergis antara pemerintah dengan warga masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita berbenah. Saatnya kita berubah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Yuk, kita contoh Sydney!
0 Comments