ASN dan Ambisi untuk Sekolah Ke Luar Negeri

by Diah Wahyuni ◆ Active Writer | Aug 3, 2022 | Motivasi | 3 comments

Menjadi aparatur sipil negara (ASN) masih menjadi mimpi jutaan warga Indonesia. Terbukti saat adanya pembukaan CPNS setahun silam jumlah pelamar selalu berkali-kali lipat melebihi kuota ASN yang dibuka. 

Walaupun pihak BKN melansir bahwa jumlah pelamar ASN pada tahun 2021 sedikit berkurang dari perkiraan BKN, namun pihaknya menjelaskan bisa jadi karena ketatnya persyaratan untuk mengikuti tes, ditambah dengan kondisi pandemi yang memberi prasyarat tambahan untuk menjalani vaksinasi COVID-19 dan sebagainya.  

Masih menjadi Profesi Idaman 

Walaupun dijejali dengan semakin banyak prasyarat, BKN menyatakan jumlah pelamar untuk menjadi CPNS melalui jalur sekolah kedinasan justru semakin meningkat.

Hal ini menunjukan bahwa keinginan masyarakat untuk bisa mengabdi kepada bangsa sebagai seorang ASN masih cukup besar. Menjadi ASN juga masih dianggap sebuah pekerjaan yang primadona, bahkan sering dicandai sebagai syarat “menantu idaman” oleh banyak orang. 

Yah, tentu saja menjadi ASN merupakan salah satu profesi yang sangat mulia. Terutama pada lima tahun ke belakang atau bahkan (masih hingga) beberapa tahun ke depan, menjadi seorang ASN berarti juga tulus mengabdi dan rela ditempatkan berbagai wilayah di Indonesia.

Adanya berbagai pemekaran wilayah baru, terutama di Indonesia timur, lalu peluncuran Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur, juga menuntut ASN untuk memiliki kelapangan hati bekerja di manapun bagian wilayah Indonesia. Tidak sedikit mereka yang tidak menyanggupi hal ini dan akhirnya memilih mundur.

Saat inipun menjadi seorang ASN tidak hanya dituntut untuk sabar dalam menjalani pekerjaan yang sering dianggap ‘monoton’ dalam jangka waktu panjang. ASN di zaman revolusi 4.0 ini dituntut juga untuk terus mengembangkan diri dan berinovasi sesuai dengan koridor yang berlaku. 

Pendidikan Tinggi dan Pengembangan Kompetensi Diri

Salah satu bentuk pengembangan kompetensi diri adalah dengan menjalani sekolah pada jenjang yang lebih tinggi. Semangat dan motivasi ini diamini oleh berbagai peluang untuk mendapatkan beasiswa sesuai dengan keinginan setiap ASN. 

Salah satu contohnya, beasiswa pendidikan dari LPDP yang cukup terkenal di Indonesia. LPDP bahkan memberikan ruang khusus bagi ASN di berbagai instansi untuk bisa mengembangkan potensinya sebagai ASN dengan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. 

Banyak kemudian ASN yang tergerak dan termotivasi untuk bisa sekolah lagi untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Secara khusus, dalam tulisan ini diulas soal motivasi ASN kuliah di luar negeri.

Tentu saja harapan negara bagi para ASN ini agar kelak memiliki profesionalitas di bidangnya masing-masing. Yaitu, yang saat kembali ke Indonesia bersedia untuk mengabdi bagi nusa dan bangsa dan menyebarkan ilmu serta semangatnya kepada lingkungan di sekitarnya. 

Cita-cita bangsa dalam menginvestasikan sejumlah dana untuk pendidikan tinggi bagi ASN juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya ASN agar mampu menciptakan birokrasi yang lebih sehat dan lebih baik ke depannya. Semua itu tentu saja untuk mendukung Indonesia agar lebih maju dan mampu menuju Indonesia emas 2045.

Kuliah di LN: Rehat dari Wilayah Terpencil Negeri ini

Hmmm, cukup besar ternyata harapan yang ditorehkan negara pada pundak para ASN pengejar pendidikan tinggi ini. Namun seringkali, ambisi seorang ASN untuk sekolah tinggi tidak semerta-merta untuk kepentingan negara. 

Kalau boleh jujur, selalu ada ambisi pribadi yang disematkan pada harapan-harapan besar negara tersebut. Yah tentu saja, ini manusiawi sih. 

Bayangkan saja, mengabdi lama di wilayah terpencil Indonesia, tentu seringkali memunculkan kerinduan dalam hati untuk bisa merasakan hingar bingar kota besar. Untuk bisa sesaat ‘rehat’ dari tumpukan tanggung jawab. Untuk bisa sekedar meningkatkan citra diri pada kelompoknya. 

Ya, mereka ini adalah yang punya ambisi untuk bisa sekolah ke luar negeri. Sekolah ke luar negeri berarti sekolah di negara maju, di kota-kota besar dunia, yang kalau boleh jujur cukup sulit untuk dinikmati oleh ASN. 

Sudah karena alasan pendapatannya, ataupun sekedar izin cuti yang terbatas. Maka kesempatan sekolah, terutama ke luar negeri bisa menjadi alasan untuk ‘membebaskan diri sejenak’ dari berbagai beban kerja. 

Banyak pula yang kontra terkait sekolah ke luar negeri. Buat seorang ASN, apa sih plusnya bisa sekolah ke luar negeri? Bukankah banyak perguruan tinggi yang bagus di dalam negeri?  Toh ending-nya harus balik kembali ke pangkuan ibu pertiwi dan mengabdi pada masyarakat.  

Well, tak masalah. Para ASN ‘abroad scholars’ (baca: ASN yang mengejar pendidikan ke luar negeri) punya segudang alasan logis buat menjawab pertanyaan skeptis semacam ini. 

Yang Diharapkan dari ASN Abroad Scholars

Bukan untuk membanding-bandingkan pendidikan dalam negeri dan luar negeri, tetapi agar para kaum skeptis tidak berlarut dalam kejulidannya kepada mereka yang memiliki ambisi sekolah ke luar negeri, bolehlah beberapa pertimbangan ini menjadi renungan.

  1. Kemampuan Adaptasi dalam Perubahan

Salah satu benefit yang ditawarkan oleh sekolah di luar negeri adalah pengalaman hidup dengan ritme dan spektrum yang berbeda. Ini mungkin yang sulit diberikan oleh pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia masih memiliki nuansa yang sama dengan kehidupan kita sehari. 

Sedangkan jika harus merantau jauh ke luar negeri, maka berbagai perbedaan harus siap kita hadapi. Beda bahasa penutur, beda budaya, beda sistem kerja, beda standar penilaian, dan berbagai perbedaan lainnya. 

Nah, mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri dalam kurun waktu yang tidak sebentar tentu saja menuntut ASN untuk mampu beradaptasi dengan segala perbedaan tersebut. 

Yes, harus beradaptasi agar bisa survive dan menyelesaikan studi dengan baik. Maka, ketika nanti ASN tersebut sudah kembali ke tanah air, seyogyanya mereka akan mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan perubahan.  

Adaptasi terhadap perubahan ini pasti terjadi, karena saat ini Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan reformasi birokrasi di berbagai lini. Sistem kerja yang semakin di upgrade, tuntutan standar kerja yang semakin bervariatif, dan sebagainya. 

Tentunya mental adaptif yang terbentuk saat mengenyam pendidikan di tanah rantau sedikit banyak berguna untuk bisa menavigasikan segala perubahan ini.

  1. Melatih Mental Persisten dalam Menghadapi Tantangan

Perlu kita akui, bahwa mengejar pendidikan di luar negeri membutuhkan proses  yang lebih panjang dan prasyarat yang lebih banyak. Maka mereka yang berhasil mewujudkan ambisinya untuk bisa sekolah ke luar negeri membuktikan bahwa mereka memiliki kegigihan. 

Dalam dunia kerja, tekanan dan beban yang dihadapi juga semakin besar dan beragam dari waktu ke waktu. Mereka  yang berhasil menjalani studi di luar negeri seharusnya akan menjadi seorang ASN yang lebih gigih dan sigap dalam menghadapi berbagai tantangan kerja ke depan. Lebih semangat dan mampu menyelesaikan tantangan yang ada dengan lebih baik.

  1. Memupuk Jiwa Inovatif

Berada dan belajar di tempat berbeda, berkumpul dan berkomunikasi dengan berbagai orang yang berbeda dengan budaya dan cara pandang yang berbeda, akan sangat memengaruhi kemampuan inovasi kita. 

Semakin banyak pengalaman dan ilmu yang dimiliki seseorang, sejatinya membuat kemampuan inovasinya semakin terasah. Begitu juga untuk mereka yang sekolah ke luar negeri. Berada di negara maju, menyaksikan dan merasakan sendiri sistem sosial, mekanisme kerja yang bagus dan rapi, bisa menjadi ladang inspirasi untuk diterapkan kembali ke Indonesia. 

Coba ingat salah satu tokoh nasional, Ridwan Kamil yang disebab pengalamannya hidup di luar negeri menjadi motivasi bagi beliau untuk memajukan Kota Bandung. Nah, seharusnya ASN yang sekolah ke luar negeri pun bisa pulang dengan segenap inspirasi dan motivasi semacam ini.

  1. Meningkatkan Citra dan Level Percaya Diri

Last but not least, jujur saja jika proses panjang yang dijalani untuk bisa memperoleh beasiswa dan menjalani pendidikan luar negeri dengan sukses secara otomatis mampu meningkatkan citra diri kita. Apalagi, untuk ASN yang let’s say puluhan tahun lamanya mengabdi di wilayah kecil. 

Kesempatan ini mendorong ASN tersebut untuk memiliki rasa percaya diri untuk tidak kalah dengan rekan-rekan lainnya yang mengabdi di wilayah kota besar Indonesia atau bahkan kantor pusat. 

Kesempatan sekolah ke luar negeri, mampu menghilangkan gap sosial antartempat penempatan ASN yang ada. Dengan citra diri yang lebih baik, maka kinerjapun akan semakin baik.

Epilog: Motivasi dan Makna di Atas Semuanya

Nah, terakhir perlu diingat kembali bahwa ASN juga hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf. Kendati ditemui beberapa ASN yang sekedar menjadikan sekolah ke luar negeri menjadi lompatan untuk bisa mutasi atau bahkan resign setelahnya ya itulah segelintir oknum. Namun, tidak sedikit juga ASN yang kembali pulang ke tanah air dan menjadi inspirasi di lingkungan sekitarnya.

Pun penting untuk diingat, bahwa kemanapun sekolah yang kita tempuh baik di Indonesia ataupun belahan bumi lainnya, semua itu hanya akan bermakna jika kita rela belajar, menyerap semua pengalaman dan kemudian dengan tulus mau menyebarkan kebaikan yang sudah kita peroleh tersebut di lingkungan sekitar kita.

Yes, tak apa memiliki ambisi pribadi untuk melancong ke belahan dunia lain dengan jalur pendidikan tinggi. Akan tetapi jangan lupa bahwa di balik kesempatan yang diraih, ada amanah yang harus ditunaikan. Akhir kata, selamat mengembangkan diri para ASN di seluruh nusantara!

7
0
Diah Wahyuni ◆ Active Writer

A young female statistician, work in Statistics Office of Papua. An activist who loves to discuss about population, poverty, and Papua.

Diah Wahyuni ◆ Active Writer

Diah Wahyuni ◆ Active Writer

Author

A young female statistician, work in Statistics Office of Papua. An activist who loves to discuss about population, poverty, and Papua.

3 Comments

  1. Bergman

    Well said Bu… bagi saya, tinggal di LN itu (termasuk dalam masa studi) memperluas wawasan yang sedikit banyak mempengaruhi mindset. Bagi individu yang mindsetnya udah bener sejak di Indonesia, di LN dapat penguatan. Bagi yang mindestnya kurang bener, sedikit banyak mendapat pencerahan. Walau sebagian kita kembali melempem setelah pulang ke tanah air. Faktor lingkungan itu sangat berpengaruh 🙂

    Reply
  2. Avatar

    Jangan lupa, ada uang dari keringat rakyat di seluruh negeri yang digunakan untuk membayar biaya kuliah para awardee di LPDP

    Reply
  3. Robbi Sunarto

    Nice. Saya exited dengan yang nomor 4..

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post