“Infeksi di telapak kaki kirimu ternyata telah menjalar ke betis. Treatment yang kita lakukan sepertinya tidak banyak membawa perbaikan. Kami sarankan untuk dilakukan amputasi. Ini pilihan terakhir dan terbaik agar infeksi tidak semakin merambat ke anggota tubuh lainnya, karena penyakit ini sudah kronis!!”
“Ke depannya kita akan buatkan kaki palsu sebagai solusi, agar kamu tetap dapat beraktivitas seperti biasa. Tidak perlu ada ketakutan penyakit yang bersarang di badanmu akan menjalar ke seluruh tubuhmu.”
Konflik dalam Organisasi
Konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial yang senantiasa menjadi bagian dari dinamika kehidupan manusia, begitu pula dengan konflik yang ada di organisasi. Manajemen konflik yang efektif merupakan pendekatan penting yang lazim dilakukan sebagai proses dalam memecahkan masalah konflik tersebut.
Konflik jika dikelola secara sistematis akan dapat berdampak positif (Edelman, R.J 1997). Namun sebaliknya, jika tidak dapat dikendalikan konflik akan mengakibatkan iklim organisasi semakin buruk dan meningkatkan sifat merusak.
Konflik dalam organisasi layaknya bara dalam sekam,
kadang tidak terlihat karena tidak muncul atau bahkan tidak tuntas ketika dipadamkan.
Sewaktu-waktu api dapat membesar dan membakar
serta menghanguskan organisasi.
Dalam kepemimpinan sebuah organisasi tentu tidak jarang pemimpin dihadapkan pada sebuah tantangan, yakni ketika dihadapkan pada anggota organisasi yang tidak kooperatif alias sulit diatur dan cenderung sering berkonflik. Dibutuhkan strategi yang tepat dalam mengelola kondisi tersebut.
Penguasaan Manajemen Konflik
Tuntutan penguasaan manajemen konflik harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Conflict Management (CM) is an applied skill best managed with leaders who possess interpersonal leadership qualities (Turnley dalam SF. Dalimunthe 2017).
Beberapa alternatif langkah dapat diambil oleh pemimpin yang dalam penerapannya mungkin berbeda seni pengelolaannya. Banyak teori dan strategi yang ditawarkan. Mulai dari accommodating, avoiding, collaborating, competing, dan compromising.
Namun pada dasarnya, garis besar pengelolaan ada di keterampilan pemimpin dalam mengelolanya.
- Pertama, Komunikasi Terbuka. Hal ini tentunya diawali dengan dialog dengan pegawai yang bermasalah tersebut, gali dan pahami masalah yang mungkin sedang dialaminya. Mendengarkan dengan empati dan membuka ruang untuk pegawai yang bersangkutan mengeluarkan ekspresi perasaan dan pendapatnya.
- Kedua, Evaluasi Kinerja. Melakukan evaluasi kinerja secara objektif untuk memahami apakah ada faktor kinerja atau masalah pribadi yang mempengaruhinya.
- Ketiga, Bimbingan dan Dukungan. Tawarkan bimbingan dan dukungan kepada pegawai yang bersangkutan baik dalam hal kinerja maupun masalah pribadi. Leader dapat memberikan saran konstruktif untuk membantu pegawai tersebut memperbaiki kinerjanya.
- Keempat, Penyusunan Rencana Perbaikan. Bersama-sama dengan pegawai menyusun rencana perbaikan yang mencakup langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kinerja dan mengatasi masalah.
- Kelima, Pendidikan dan Pelatihan. Berikan pelatihan atau pendidikan tambahan jika diperlukan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pegawai sekaligus untuk me-refresh kondisi fisik dan kejiwaannya.
- Keenam, Pengelolaan Konflik. Atasi konflik internal dengan menangani masalah interpersonal secara profesional dan jika memungkinkan dalam dialog ajarkan pegawai yang bersangkutan keterampilan manajemen konflik.
- Ketujuh, Monitoring dan Evaluasi terus menerus. Pantau perkembangan pegawai secara berkala, berikan umpan balik konstruktif dan terus lakukan evaluasi untuk memastikan perbaikan yang berkelanjutan.
- Kedelapan, Penerapan sanksi jika diperlukan. Jika upaya-upaya positif tidak berhasil, pertimbangkan untuk menerapkan sanksi yang sesuai dengan kebijakan organisasi, salah satu caranya yakni dengan “mengamputasi” atau memotong rantai penyebab konflik tersembunyi itu melalui hukuman disiplin.
Epilog: Berani Mengambil Keputusan Sulit
Penting diingat bahwa setiap organisasi akan mempunyai situasi yang mungkin bisa jadi berbeda. Sehingga pendekatan efektif yang dilakukan juga sangat berbeda atau bervariatif.
Kepemimpinan yang efektif dapat melibatkan fleksibilitas dan kemampuan untuk menyesuaikan strategi berdasarkan kebutuhan unik dari setiap kasus tertentu yang ditemuinya. Terkadang dibutuhkan tindakan dengan perspektif yang mungkin sangat sulit dilakukan dan membutuhkan keyakinan matang dan keberanian.
“Amputasi” merupakan alternatif solusi pamungkas yang perlu diambil oleh seorang pemimpin agar akar penyebab masalah tidak menjalar dan merusak sendi-sendi kesejahteraan dan kinerja tim secara keseluruhan.
Tentunya pemimpin harus memastikan bahwa tindakan yang diambil telah melalui tahapan solusi alternatif pemecahan masalah dan telah mempertimbangkan kepentingan kinerja serta kesejahteraan keseluruhan organisasi agar lebih sehat dan berkembang.
“Mengambil keputusan untuk mengamputasi salah satu kaki
yang terinfeksi penyakit kronis, bukan berarti kita tidak akan dapat berjalan
atau bahkan berlari lagi. Justru menjadi salah satu alternatif solusi
dan ikhtiar kita untuk memutus mata rantai sumber penyakit
agar kondisi lebih sehat kembali.
Cara ini bahkan dapat memberi peluang bagi kita untuk mencari cara baru sekaligus menemukan hal baru dalam meraih kesuksesan yang lebih menantang ke depannya”.
0 Comments