Silaturahmi dan Teman Sejati: Sebuah Renungan di Kala Pandemi

by | Jun 20, 2021 | Motivasi | 0 comments

Tanpa terasa lebih dari setahun pandemi ini datang menghampiri seolah tak mau pergi. Tidak banyak yang bisa dibuat selain menaati protokol kesehatan dan tetap berprasangka baik kepada Sang Ilahi. Di balik bencana selalu ada berkah.

Berkah itu datang tak terkecuali di saat pandemi Covid-19 seperti saat ini. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Corona selama setahun terakhir, berdampak pada perubahan perilaku masyarakat.

Salah satu perilaku yang paling kentara adalah perilaku silaturahmi kala pandemi. Berkah datang dalam kondisi apa saja termasuk berkah untuk bisa tetap bersilaturahmi saat raga tak dapat saling menjamah.

Dalam masa-masa awal lockdown tidak banyak yang bisa dilakukan. Melihat flashback history media sosial yang mundur jauh ke belakang, tak jarang kita temukan berbagai kenangan indah di masa jaya dulu hingga teman-teman seperjuangan yang entah di mana mereka sekarang.

Menariknya, tak sedikit dari mereka yang kita coba untuk hubungi satu persatu atas dasar iseng hingga yang benar-benar serius ingin bertegur sapa. Di sinilah berkah pandemi yang patut disyukuri yakni menyambung silaturahmi yang dulu pernah terjalin namun sesaat tak lagi erat karena kesibukan masing-masing.

Setiap insan manusia pasti pernah mengalami momen dipertemukan dengan teman-teman sejoli dan sefrekuensi. Terlepas dari latar belakang yang berbeda, teman-teman idaman ini selalu ada di masa-masa sulit.

Mereka adalah teman yang selalu menegur tanpa harus menyakiti hingga tak canggung bercanda perihal sensitif yang tak mungkin dibagi di media sosial. Merekalah teman sejati yang datang dari budaya, didikan orang tua, hingga pemahaman agama yang berbeda namun dengan takdir Allah S.W.T menjalin keeratan ukhuwah yang sama.

Kita pasti pernah memiliki teman yang tidak ingin menampakkan ketakwaannya di peredaran dengan dalih tawadhu’, namun diam-diam terus mengadu kepada Tuhannya dalam kesendirian. Dalam kesehariaanya tanpa diketahui banyak orang, ia yang paling sering bermunajat kepada Rabb-Nya.

Mudah baginya untuk terlelap namun mudah pula untuk terbangun di tengah malam. Keunggulan inilah yang menjadikannya lebih dekat di sisi Tuhan Yang Maha Esa dibandingkan dengan kita yang selalu bermanja dengan bantal guling tak hiraukan matahari telah menggelinding.

Ada pula dari mereka yang mulai menumbuhkan jenggot, memotong celana hingga tak jatuh di bawah mata kaki, dan berpakaian taqwa sebagai bentuk dzahir hijrahnya ke arah yang lebih baik. Seolah tak mau kalah dengan tren artis hijrah, ia menasbihkan dirinya sebagai teman fisabilillah.

Panggilan adzan menjadi momen indah baginya, sehingga dimudahkan langkahnya untuk mencapai shaf pertama. Sembari berjalan ke peraduan, dia mengingatkan yang lain untuk bergegas berjamaah. Ketika dia tahu hal yang lebih dekat kepada kebenaran, maka dengan segera akan dikerjakannya. Istiqomah tanpa tapi dalam berislam menjadi teladan bagi rekan-rekan lainnya.

Satu dari mereka juga tidak mau kalah dalam memberikan teladan yang baik. Santunnya kepada orang tua, tutur bahasa yang halus menjadi ciri khasnya saat berkomunikasi dengan yang lebih sepuh. Kelembutan dan kepekaan perasaan menjadikan teman disekitarnya malu untuk berbuat dosa di dekatnya.

Kehadirannya diinginkan dan tidak menjadi ancaman. Perangai yang ramah ini memberi warna tersendiri dalam ukhuwah yang tengah dijalin. Dalam masa sulit seperti sekarang ini, marilah sejenak merenung dan melihat di sekitar kita.

Pandemi ini mengajarkan kita untuk sejenak berhenti berlari, melangkahkan kaki menuju masa di mana hati ini bertanya untuk apa dunia ini dikejar dengan menghalalkan berbagai cara, namun hampa yang didapat.

Ada orang yang mendekat kepada Al-Quran, ada orang yang istiqomah menjalankan sunnah Rasulnya, ada orang yang senang berselawat kepada nabinya, dan ada yang saleh serta mengajak kepada kebaikan. Jika Anda memilikinya, maka bergembiralah karena hal tersebut merupakan salah satu nikmat dari Allah berupa teman sejati yang dapat memberikan syafaat di akhirat kelak.

Persahabatan merupakan nikmat yang bukan main, nikmatilah. Dahulu bersama teman-teman sejati, kita berada dalam kebaikan, takut berbuat dosa tapi mencita-citakan surga. Menjalankan puasa bersama, salat berjamaah dengan imam yang saleh, ikut bersama dalam taklim ilmu menjadi serasa mudah.

Namun apa daya kita tertinggal, terlalu sibuk dengan dunia sehingga bekal kita kurang, dan justru termasuk ke dalam yang lambat mendekat kepada kebenaran. Inilah bekal yang tidak banyak orang tahu. Berkat teman sejati yang saleh, mereka bersaksi bahwa pernah bersama-sama berjamaah dalam kebaikan sehingga membuat Allah S.W.T enggan untuk mengirimkan kita ke api neraka-Nya yang berkobar-kobar.

Badan Pusat Statistik telah mencatat, pada tahun 2019 saja angka harapan hidup manusia tidaklah panjang. Jika anda perempuan, Anda mungkin memiliki penambahan umur hingga 73-74 tahun. Jika Anda laki-laki, Anda mungkin hanya di kisaran umur 69-70 tahun.

Oleh karena itu sahabat, mulailah kita intropeksi dan berdiskusi dengan batin ini. Berapakah teman yang Anda miliki sekarang? Berapakah dari mereka yang bisa mengajak Anda dalam kebaikan ? Jika sedikit maka perbanyaklah. Jika belum ada maka segeralah mencari mereka, baik di rumah, tetangga, maupun di kantor.

Karena jika berakhir usia dalam waktu dekat ini, maka tidak mudah untuk mendapatkannya. Mari jadikan momen pandemi ini sebagai halte pemberhentian. Jika nanti saatnya tiba, kita telah bersiap dengan teman sejati untuk menghadap kepada Ilahi Robbi.

0
0
Royhan Faradis ◆ Active Writer

Royhan Faradis ◆ Active Writer

Author

Seorang ASN yang bertugas di Seksi Produksi pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur, Kota Sejuta Pelangi

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post