Mimpi Indonesia Emas dan Tantangan Generasi Milenial

by | Aug 4, 2021 | Motivasi | 1 comment

Picture by: Fitwatur Adelia

Sebagai sebuah bangsa yang besar tentu Indonesia memiliki arah pembangunan yang jelas. Seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD Tahun 1945 alinea keempat “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia….”. Cita-cita tersebut kemudian ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo sebagai sebuah visi untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045.

Proyeksi Tren Global

Visi Indonesia Emas yang digagas untuk tahun 2045 tidak sekedar sebuah momentum perayaan usia emas 100 tahun Republik Indonesia, tetapi juga buah dari proyeksi tren global yang diprediksi terjadi pada tahun 2045.

Pada tahun ini, perekonomian dunia tidak lagi bergantung pada pergerakan ekonomi Amerika Serikat melainkan bergerak ke arah Asia Pasifik.  Tren global ini diprediksi sebagai buah ketercapaian megatren dunia yang ditandai oleh beberapa faktor, salah satunya adalah demografi dunia!

Baru-baru ini Badan Pusat Statistik merilis hasil Sensus Penduduk 2020 pada 21 Januari 2020 (www.bps.go.id), menggandeng Kementerian Dalam Negeri untuk mensinergikan data Adminduk dan Sensus.

Hasil Sensus Penduduk 2020 tersebut tidak hanya merilis jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 yang mencapai 270,20 juta jiwa saja, tetapi lebih dari itu hasil Sensus Penduduk Indonesia juga memberikan gambaran warna-warni demografi pada skala nasional hingga lokal.

BPS merilis, dalam jangka waktu 10 tahun (2010-2020), terdapat penambahan sebanyak 32,56 juta jiwa di Indonesia. Dengan laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia yang sudah mendekati target yakni sebesar 1,25 persen per tahun. Artinya penambahan penduduk di Indonesia dapat dikendalikan dengan baik.

Komposisi Penduduk Indonesia

Hasil Sensus juga menunjukan persentase penduduk usia produktif di Indonesia yang mencapai 70 persen yang bermakna saat ini Indonesia berada pada masa bonus demografi, di mana angka beban ketergantungan penduduk usia non-produktif sangat kecil.

Sensus Penduduk 2020 juga merilis komposisi penduduk berbasis generasi yang sangat menarik. Berdasarkan pengklasifikasian oleh William H. Frey, membagi penduduk ke dalam enam kategori generasi:

  • Pre-Boomer, untuk mereka yang lahir sebelum tahun 1945 dan saat ini diprediksi berusia 75+ tahun;
  • Baby Boomer (kelahiran 1946-1964) dengan perkiraan usia 56-74 tahun;
  • Generasi X (kelahiran 1965-1980) dengan perkiraan usia saat ini 40-55 tahun;
  • Milenial (kelahiran 1981-1996) diperkirakan berusia 24-39 tahun;
  • Generasi Z (kelahiran 1997-2012) dengan perkiraan rentang usia 8-23 tahun; dan
  • Post Generasi Z untuk mereka yang lahir di tahun 2013 ke atas.

Milenial, Pemimpin Masa Depan

Dari keenam generasi tersebut, BPS menyebut bahwa generasi milenial merupakan generasi yang mendominasi Indonesia saat ini setelah generasi Z. Dengan persentase penduduk generasi milenial sebesar 25,87 persen (69,38 juta jiwa), mengindikasikan seperempat penduduk Indonesia adalah kaum milenial.

Dalam kaitannya dengan Indonesia Emas 2045, generasi milenial adalah generasi bangsa yang digadang akan menjadi pemimpin-pemimpin besar pada 20 tahun mendatang. Dengan jumlah generasi milenial yang begitu besar, maka seharusnya mimpi Indonesia Emas bukanlah mimpi yang mustahil.

Sensus Penduduk 2020 sudah menunjukan bahwa Indonesia memiliki human power yang lebih dari cukup untuk membangun bangsa. Namun, kekuatan human power dari generasi milenial yang banyak pun belum tentu bisa membawa Indonesia menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar pada tahun 2045 mendatang seperti prediksi *PricewaterhouseCoopers (*Pwc).

Dibutuhkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh kaum milenial Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045! Generasi milenial Indonesia memiliki tantangan yang lebih besar dari generasi lainnya dalam mewujudkan cita-cita bangsa.

Citra generasi milenial saat ini banyak digambarkan sebagai generasi yang begitu lekat dengan gadget, kritis, egois atau self-center, menyukai pengembangan diri, dan menyukai sesuatu yang cepat. Citra tersebut menggambarkan karakter dari generasi milenial yang dapat menjadi potensi atau malah menjadi petaka dalam pembangunan.

Self-Awareness

Self-awareness atau kesadaran diri menjadi kunci penting untuk dapat menjadi pribadi yang sukses secara personal dan mampu berkontribusi bagi masyarakat secara optimal. Self-awareness dapat dibangun melalui emotional awareness, yaitu mengenal emosi diri dan pengaruhnya; accurate self-assessment, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri; serta self confidence (meyakini kekuatan diri).

Membangun self-awareness membantu untuk menggali potensi diri menjadi lebih optimal. Generasi milenial Indonesia harus sadar bahwa di pundak merekalah masa depan bangsa berada. Di tangan para kaum milenial inilah cita-cita bangsa dititipkan.

Kesadaran ini harus ditanamkan pada setiap milenial Indonesia agar tumbuh rasa bangga dan tanggung jawab pada negeri. Kesadaran diri, dibangun dengan memahami peran dan tuntutan yang ada, kemudian diikuti dengan memperdalam keilmuan dan keterampilan yang diminati sebagai bekal menghadapi tren global yang akan datang.

Sayangnya, saat ini kesadaran generasi milenial masih rendah. Anju, 2018, dalam penelitiannya menyebut bahwa rendahnya kesadaran generasi milenial Indonesia ditandai dengan ketidakmampuan generasi membedakan berita palsu (fake news) dan berita benar, selain itu generasi milenial lebih banyak hanya menjadi pasar (konsumen) dari dampak pertumbuhan ekonomi digital dibandingkan menjadi pelaku aktif dari ekonomi digital. Kondisi inilah yang harus diubah!

Demi menyongsong Indonesia sebagai lima besar negara dengan kekuatan ekonomi di dunia, kualitas dari human power khususnya kaum milenial harus ditingkatkan. Pendidikan tinggi, kesempatan pengembangan diri, mengembangkan keterampilan dan hobi, sembari menginternalisasi kesadaran diri adalah beberapa hal yang dapat dilakukan.

Sinergisitas

Prasyarat kedua untuk menyongsong Indonesia Emas tahun 2045 adalah dengan bersinergi. Sinergisitas akan memperkuat tatanan negara dalam berbagai sendi. Sejatinya, karakter milenial dalam mewujudkan sinergisitas dapat terlihat dari rasa solidaritas yang tinggi. Hal ini terlihat dari kepedulian generasi milenial pada berbagai isu sosial ekonomi serta lingkungan.

Gerakan-gerakan volunteering dan berbagai social movement saat ini banyak digagas oleh generasi-generasi milenial. Ide luhur ini akan lebih optimal jika terdapat sinergisitas lintas generasi. Walaupun seperempat penduduk Indonesia adalah kaum milenial, bukan berarti generasi lain hanya diam berpangku tangan.

Generasi X yang banyak memiliki capital power lebih saat ini harus menjalin sinergi dengan kaum milenial untuk mewujudkan dampak nyata bagi sekitar. Adu selisih dan opini juga menjadi wahana disintegrasi yang sebaiknya dihindari agar bisa mewujudkan sinergi sesama anak bangsa.

20 tahun menjelang Indonesia Emas harus dimulai dari saat ini dan dari diri kita sendiri!

Tumbuhkan Self-awareness yang tinggi dalam memandang kesempatan dan tantangan masa depan, terus kembangkan diri dalam penguasaan teknologi agar selamanya tidak menjadi pelaku pasif. Kembangkan kreativitas dalam berkarya dan terus tingkatkan solidaritas dengan bersinergi sesama anak bangsa. Karena Indonesia Emas dimulai dari kamu!

3
0
Diah Wahyuni ◆ Active Writer

Diah Wahyuni ◆ Active Writer

Author

A young female statistician, work in Statistics Office of Papua. An activist who loves to discuss about population, poverty, and Papua.

1 Comment

  1. Avatar

    Baru sadar ternyata saya generasi x. Generasi yg Gandrung terhadap superhero Superman berharap perubahan dapat dilakukan dgn mengandalkan 1 org saja. Kini semua itu berubah. Sukses tulisannya SGT menarik

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post