Mengungkap Sisi Gelap Kepribadian Seorang Koruptor

by | Dec 5, 2020 | Birokrasi Akuntabel-Transparan, Birokrasi Bersih | 0 comments

Menjelang Hari Anti Korupsi Sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Desember 2020, penanganan korupsi di Indonesia belum menunjukkan tanda yang menggembirakan. Berdasarkan rilis Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2019 masih berada pada ranking 85 dari 180 negara. Sepertinya ada sisi gelap koruptor yang perlu diungkap untuk mengetahui jawaban mengapa korupsi masih saja terjadi di banyak negara, termasuk di Indonesia.

Salah satu pertanyaan besarnya adalah seperti apakah sisi gelap dalam diri para koruptor sehingga mendorong mereka untuk melakukan hal buruk tersebut? Korupsi yang dilakukan oleh para koruptor tidak dapat dijelaskan hanya menggunakan rational choice theory karena terlalu simplistik dan hanya memperhatikan aspek untung-rugi semata.

Diperlukan sebuah penjelasan lebih lanjut mengenai dimensi-dimensi perilaku korup yang dilakukan oleh para pencuri uang rakyat tersebut.

Salah satu sisi tersebut adalah sisi hati dan kejiwaan dalam diri seseorang. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati manusia”(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Inti dari hadis ini adalah bahwa hati atau kalbu seseorang akan menentukan baik buruknya perilaku seseorang, termasuk apakah seseorang akan menjadi sosok berintegritas atau justru memilih jalan kegelapan dengan menjadi seorang koruptor.

Sisi Gelap Koruptor

Untuk memahami bagaimanakah sisi kegelapan hati seorang koruptor, kita perlu mempelajari konsep-konsep dalam ilmu psikologi. Salah satu konsep tersebut adalah konsep the dark triad personality, yang ditemukan oleh Delroy Paulhus dan Kevin Williams pada tahun 2002.

Konsep ini terdiri atas kepribadian yang menganggap dirinya paling hebat (narcissism), ingin mencapai hasil yang diinginkan dengan segala cara (Machiavellian), dan kejam serta tidak berperasaan terhadap orang lain (psychopath).

Fokus dari ketiga kepribadian ini adalah bagaimana seseorang dapat mencapai hal-hal yang diinginkannya atau yang menjadi kepentingan pribadinya. Keberadaan salah satu sifat atau bahkan berbagai macam sifat dari ketiga jenis kepribadian ini dalam diri seseorang akan mendorong dirinya untuk mudah melakukan hal-hal tercela, seperti korupsi.

Ketiga kepribadian tersebut, yakni narsistik, Machiavellian, dan psikopat, memiliki hubungan erat satu sama lain (intertwined one with another). Sifat yang dimiliki salah satu kepribadian, misalnya saja kepribadian Machiavellian, juga dapat muncul dalam kepribadian narsistik maupun kepribadian psikopat.

Sumber:https://anjalireddy-40541.medium.com/the-dark-triad-in-movie-characters-9cc36cb83cc6

Narsistik

Kepribadian pertama adalah kepribadian narsistik sebagaimana ditunjukkan oleh sosok mitologi Yunani, Narcissus, yang menyukai refleksi dirinya sendiri di dalam air.

Kepribadian narsistik dalam bentuk destructive narcissism dalam diri seseorang akan memunculkan sosok yang menganggap dirinya adalah sosok yang paling hebat, cenderung mengabaikan kepentingan orang lain, merasa memiliki privilese lebih besar daripada orang lain dan beranggapan dirinya adalah sosok yang paling penting (grandiosity, vanity and entitlement).

Kepribadian ini akan memunculkan perilaku seseorang yang selalu berusaha mencari berbagai macam status dan kemewahan seperti bagaimana dapat memiliki rumah, mobil dan beragam aksesori diri yang glamor. Tujuannya adalah untuk membuat orang lain terkesan dengan dirinya dan agar dirinya dianggap sebagai sosok yang hebat di keluarganya dan masyarakat, meskipun sebenarnya dirinya tidak mampu untuk membiayai kemewahan tersebut.

Koruptor dengan kepribadian narsistik akan berusaha untuk mendapatkan berbagai status dan kemewahan hidup. Untuk membiayai gaya hidup borjuis seperti inilah yang akan mendorong mereka untuk tidak segan-segan melakukan korupsi seperti penyuapan dan penyalahgunaan wewenang.  Semakin tinggi gaya hidup yang mereka inginkan, maka upaya mereka untuk melakukan korupsi akan semakin besar.

Dari sisi lain, berbagai tuntutan dari keluarga dan masyarakat terhadap pejabat negara, yang menganggap sosok pejabat negara adalah sosok yang memiliki prestise dan kedudukan tinggi, akan memberikan pressure bagi pejabat tersebut untuk meningkatkan gaya hidupnya dengan berbagai macam cara, termasuk dengan jalan melakukan korupsi.

Machiavellian

Kepribadian kedua yaitu kepribadian Machiavellian adalah kepribadian seseorang yang akan melakukan berbagai macam cara untuk mencapai hal-hal yang diinginkannya seperti memperoleh kekayaan, prestise dan kekuasaan.

Bagi sosok dengan kepribadian Machiavellian, hasil akhir yang mereka capai akan membenarkan cara-cara yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut (the end justify the means). Dalam hal ini, mereka cenderung untuk tidak mempedulikan aturan, norma dan aspek halal-haram ketika melakukan sesuatu selama tujuannya dapat tercapai.

Bagi pribadi Machiavellian, muncul pemikiran mengapa dia harus bekerja keras dan jujur agar dapat memperoleh kekayaan ketika dirinya dapat memperoleh kekayaan tersebut dengan cepat melalui perbuatan menyimpang. Bukankah hal yang utama baginya adalah bahwa tujuannya dapat tercapai?

Untuk itu, sosok Machiavellian tidak segan-segan merugikan orang lain dan masyarakat umum ketika dirinya melakukan sesuatu. Individu dengan kepribadian Machiavellian juga dapat memanipulasi dan mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal-hal tertentu untuk kepentingan mereka.

Koruptor dengan kepribadian Machiavellian akan selalu berusaha mencapai apa yang diinginkannya dengan segala macam cara. Ketika mereka menginginkan kekayaan maka dirinya akan melakukan korupsi seperti suap-menyuap agar dirinya dapat memperoleh kekayaan yang lebih besar dengan cara yang cepat.

Apabila dirinya menghendaki kekuasaan atau ingin mempertahankan kekuasaan yang dimiliki maka dirinya dapat melakukan korupsi berupa penyalahgunaan pengaruh agar dirinya dapat memiliki kekuasaan atau mempertahankan kekuasaannya.

Psikopat

Kepribadian yang terakhir adalah kepribadian psikopat. Hare (1999) menjelaskan bahwa psychopath adalah: a self-centered, callous, and remorseless person profoundly lacking in empathy (pribadi yang hanya berorientasi pada diri sendiri, tidak berperasaan dan tidak memiliki rasa bersalah karena empati dalam diri mereka yang sangat kurang).

Psikopat adalah sebuah kepribadian yang tidak dapat mengelola emosi dan perilakunya. Selain itu, sosok psikopat umumnya impulsif, memiliki ego tinggi, cenderung tidak memiliki rasa bersalah atas perilakunya dan kurang memiliki empati terhadap orang lain.

Kurangnya empati dalam diri sosok psikopat menjadikan mereka tidak akan mempedulikan berbagai macam kepentingan dan perasaan orang lain. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, sosok psikopat tidak segan-segan untuk memanipulasi perilaku orang lain untuk kepentingan mereka, berani mengambil risiko dan tidak mempedulikan dampak risiko tersebut terhadap orang lain dan masyarakat umum.

Koruptor dengan kepribadian psikopat akan mampu memanipulasi pemikiran dan perilaku orang lain sedemikian rupa sehingga orang lain bersedia melakukan korupsi bersama-sama dengannya, baik secara sukarela atau karena paksaan, dalam sebuah praktek korupsi sistemik.

Mereka juga tidak segan-segan mengambil risiko untuk melakukan korupsi dalam skala besar (grand corruption) untuk proyek tertentu, meskipun proyek tersebut telah diawasi oleh berbagai lembaga pengawas internal dan diaudit oleh lembaga pemeriksa eksternal secara intensif.

Epilog

Jawaban mengenai mengapa seseorang melakukan korupsi adalah hal yang fundamental agar dapat dirumuskan strategi yang tepat untuk memberantas praktek rasuah tersebut. Salah satu konsep yang dapat digunakan adalah konsep psikologi yang disebut dark triad of personality.

Konsep ini memiliki tiga macam kepribadian di dalamnya yaitu narsistik (sosok pencari status dan keberhasilan di pandangan orang lain), Machiavellian (individu yang bersedia menggunakan segala macam cara untuk mencapai tujuan) dan psikopat (karakter yang tidak memiliki empati terhadap orang lain).

1
0
Ardeno Kurniawan ◆ Professional Writer

Ardeno Kurniawan ◆ Professional Writer

Author

Auditor pada Inspektorat Kabupaten Sleman. Kecintaannya pada menulis diwujudkannya dengan menulis buku-buku yang sudah banyak dia terbitkan.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post