Mengokohkan Integritas dengan Belajar Bersikap Asertif

by | Jun 12, 2022 | Motivasi | 1 comment

Pernahkah kita merasa serba salah saat menanggapi ajakan teman ataupun kolega untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai kata hati nurani kita? Atau pernahkah kita bimbang tatkala diberikan tawaran gratifikasi dalam bentuk apapun atas pelaksanaan tugas fungsi layanan yang kita berikan sebagai ASN? 

Pernahkan pula kita dihadapkan pada kondisi dilema, di kala harus menandatangani dokumen pertanggungjawaban atas kegiatan yang tidak kita lakukan dengan dalih untuk tambahan penghasilan?

Antara Pasif dan Agresif

Jika kita pernah mengalami hal-hal di atas, tindakan apa yang kemudian kita lakukan? Apakah kita menuruti saja ajakan teman tersebut karena merasa tidak enak demi menjaga hubungan baik. Apakah kita terima saja tawaran gratifikasi tersebut, karena toh itu sebagai ucapan terima kasih, tidak enak jika ditolak.

Apakah kita termasuk orang yang tidak mau repot berdebat, sehingga langsung memenuhi saja permintaan tanda tangan dokumen tersebut. Kita merasa tidak enak menghalangi penghasilan orang lain. 

Jika sikap itu yang kita lakukan, maka kita termasuk tipe orang yang pasif. Tipe orang seperti ini mengabaikan perasaan, pemikiran, dan idealisme diri dengan harapan orang lain akan berbuat hal yang sama. 

Ia sangat bergantung pada lingkungan, ia tidak merasa percaya diri dan akan sangat mudah dikendalikan dan dimanfaatkan oleh lingkungan sekitar. Ia merasa takut berlebihan akan kehilangan teman dan diisolasi dari lingkungannya.

Ataukah sebaliknya, kita memilih melakukan perlawanan secara frontal atas tawaran yang tidak sesuai nurani kita. Kita lakukan penolakan secara kasar atas tawaran gratifikasi tersebut. 

Kita bereaksi secara berlebihan dan tidak wajar atas permintaan persetujuan pertanggungjawaban tersebut. Jika itu yang kita lakukan, kita termasuk tipe ASN yang berperilaku agresif. 

Perilaku agresif merupakan sikap verbal dan nonverbal yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, membuat orang lain sakit hati dan antipati. Dampak dari hal tersebut bahkan bisa meluas hingga ke lingkungan kerja kita.

Pilihan Terbaik: Asertif

Kedua sikap perilaku di atas seyogyanya perlu kita hindari bersama. Sikap pasif akan menjadikan kita pada kebiasaan berperilaku permisif atas setiap pelanggaran nilai integritas. Di sisi lain, sikap agresif akan menjauhkan kita dari perilaku ASN BerAkhlak khususnya nilai kolaborasi dan harmonisasi. 

Sementara itu, yang perlu kita latih bersama adalah sikap perilaku asertif. Perilaku asertif didefinisikan sebagai kemampuan bersikap untuk berkomunikasi dengan jujur, mengungkapkan pendapatnya dengan tegas dan jelas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain. 

Orang asertif tidak mau menerima begitu saja ajakan yang bertentangan dengan nuraninya. Ia senantiasa kritis terhadap potensi pelanggaran yang mungkin timbul. 

Namun, ia tidak reaktif dan tetap tenang sehingga berusaha mengidentifikasi permasalahannya, kemudian mendiagnosa penyebabnya. Setelah itu, ia akan menggunakan kompetensinya untuk membuat racikan resep sebagai alternatif solusinya.

Manfaat Sikap Asertif

Mengutip dari beberapa sumber, sikap asertif selain disebut sebagai gaya komunikasi yang efektif, juga mempunyai manfaat di antaranya:

  1. Tidak akan mudah dimanfaatkan oleh orang lain
  2. Meningkatkan rasa percaya diri
  3. Melatih kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan
  4. Mudah membangun relasi
  5. Selalu dihormati dan disegani orang lain

Lebih jauh dari itu, sikap asertif juga akan bermanfaat dalam upaya mengokohkan integritas ASN. Sikap asertif akan menjadikan seorang ASN berani menolak praktik pengelolaan keuangan negara yang tidak sesuai koridor aturan yang berlaku. 

Sikap asertif juga akan membentengi diri dan lingkungan organisasi dari kebiasaan permisif atas praktik inefisiensi penggunaan anggaran negara. Sikap asertif juga akan menghindarkan organisasi dari bahaya perpecahan akibat sakwasangka. 

Ia akan menghasilkan budaya kritis positif kolaboratif dalam setiap proses bisnis organisasi. Ia akan menghasilkan kolektivitas yang dibangun di atas fondasi integritas yang kokoh.  

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menumbuhkan dan melatih sikap asertif untuk mengokohkan integritas ASN? Menyarikan berbagai sumber, terdapat beberapa cara untuk melatih sikap asertif.

  1. Semua orang adalah teman

Persepsi kita terhadap posisi lawan bicara akan berkorelasi positif terhadap pilihan diksi dan intonasi yang keluar dari diri kita. Pada saat kita merasa lebih rendah, maka refleks kita akan berada pada kecenderungan untuk mengalah dan mengikuti ajakan pihak yang kita persepsikan lebih superior dari kita. 

Sebaliknya, jika persepsi yang muncul dalam pikiran kita adalah bahwa kita lebih tinggi dari lawan bicara kita, kecenderungan yang muncul adalah sikap superior dan agresif. 

Sementara itu, kebiasaan kita untuk menganggap lawan bicara kita sebagai teman akan menghadirkan kenyamanan dalam berkomunikasi. Pilihan diksi yang muncul sangat cair dan tidak terpaku pada banyak kaidah baku. 

Saat itulah kita akan bisa secara lugas dan jelas mengungkapkan pendapat sesuai hati nurani kita.      

2. Menjadi pendengar yang aktif (active listener)

Banyak orang yang berhasil menjadi pembicara yang sukses, namun mereka gagal untuk menjadi pendengar yang baik. Berlatih fokus dan selalu hadir (absence) dalam setiap kata demi kata yang disampaikan lawan bicara akan menghadirkan rasa hormat mereka kepada kita. 

Perhatikan setiap kalimat yang disampaikan lawan bicara dan coba pahami maksud dan tujuannya dengan baik. Setelah tuntas mereka mengungkapkan pendapatnya, barulah coba untuk menyampaikan pendapat kita. 

Orang yang merasa bahwa kita memberikan penghargaan dan rasa hormat, pasti mereka akan memperlakukan hal yang sama kepada kita.

3. Tenang dan sabar 

Pada saat berbicara dengan siapapun, upayakan untuk tenang dan memperhatikan wajahnya. Sebisa mungkin jagalah agar ekspresi kita senantiasa tenang dan intonasi nada bicara kita normal. 

Sabarlah untuk menampung semua informasi yang ingin disampaikan lawan bicara. Hindari bersikap reaktif atau cepat terpancing untuk menanggapi atau bahkan membantah informasi lawan bicara kita. 

Selain itu, sikap asertif bukanlah produk instan. Ia merupakan hasil dari proses latihan yang kontinyu. Butuh kesabaran untuk mencapai level tertinggi dari sikap asertif. 

Namun bayangkan hasilnya, jika kita bisa meraih level tersebut, betapa merdekanya kita untuk senantiasa berdiri dan melangkah sesuai hati nurani kita, namun tetap orang di sekitar kita hormat dan segan dengan pribadi kita.

4. Perbedaan adalah anugerah

Perasaan takut untuk berbeda merupakan buah dari sudut pandang yang salah dalam melihat arti perbedaan. Sementara Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan makhluk-Nya dalam bentuk dan jenis yang berbeda-beda. 

Betapa banyak pula kemuliaan yang berhasil dihadirkan dari bersatunya dua makhluk yang berbeda. Bersatunya laki-laki dan perempuan dalam satu ikatan keluarga, telah menghasilkan sebuah rumah tangga yang penuh kebahagiaan. 

Kita juga telah saksikan bersatunya suku bahasa yang berbeda-beda di negeri Indonesia tercinta, juga telah berhasil menciptakan harmoni kehidupan bernegara. Ia menghasilkan semangat perjuangan dan militansi yang luar biasa untuk mewujudkan Indonesia Merdeka.

Perbedaan tidak perlu kita jadikan alasan untuk saling hina dan mencaci maki di antara sesama anak negeri. Perbedaan bukanlah alasan untuk kita hidup dalam perpecahan. 

Namun, perbedaan adalah sebuah anugerah yang harus kita sinergikan dan kolaborasikan, demi terwujudnya kolaborasi yang harmoni seluruh potensi dari penjuru negeri. Jika konsep perbedaan adalah anugerah ini sudah berhasil kita tanamkan dalam diri, niscaya tak kan ada lagi rasa enak gak enak untuk menyampaikan pendapat yang berbeda. 

Tiada lagi alasan untuk takut mengemukakan ide sesuai kata nuraninya. Sehingga pribadi yang merdeka benar – benar akan terlahir dari terbangunnya sikap asertif dalam diri Aparatur Sipil Negara.

1
0
Nurochman ◆ Active Writer

Nurochman ◆ Active Writer

Author

ASN alumni Program D-IV Akuntansi STAN dan Magister CIO ITB ini tertarik dengan berbagai program character building SDM baik di internal organisasi maupun di masyarakat. Sebagai pemegang LCCC, ia juga banyak terlibat dalam program pengembangan SDM melalui coaching dan mentoring. Ia juga aktif menginisiasi komunitas olahraga panahan diantaranya Bepeka Archery Indonesia, BAI Academy, Barebow Jakarta Selatan, serta MPRO Archery.

1 Comment

  1. Gunarwanto

    Tulisan yang menarik, enak dibaca, inspiratif, dan relevan untuk ASN. Dinanti tulisan berikutnya Pak Nur…

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post