Mengakali Sistem Pengendalian Ojek Online Dengan Tuyul, Pocong, dan Jam Pasir

by | Apr 15, 2019 | Birokrasi Bersih | 0 comments

Halo, apa kabar masyarakat Indonesia?

Berada di tahun 2019 yang digadang-gadang menjadi bagian mula-mula dari Revolusi Industri 4.0, dengan peran utama kehadiran teknologi informasi yang semakin canggih, telah memaksa kita semua menerima kehadiran jasa transportasi berbasis daring (online) dan mengakuinya sebagai sebuah kebutuhan sehari-hari.

Terlebih lagi, aktivitas penduduk Indonesia pada usia produktif di perkotaan yang menuntut kehadiran sarana transportasi yang menjangkau lebih banyak lokasi, berkecepatan memadai, dan dapat dinikmati dengan harga yang terjangkau, pada akhirnya menjadi alasan utama jasa transportasi online ini semakin eksis di negara kita.

Pertemuan antara permintaan konsumen (demand) dan kejelian pengusaha untuk menyediakan penawaran (supply) telah menciptakan pasar yang kompetitif untuk bisnis tersebut. Tak urung, menjadi pengemudi jasa transportasi online telah menjadi pilihan yang menggiurkan untuk menyerap jutaan orang tenaga kerja, terutama kelas menengah ke bawah. Selain itu, bisnis ini pun menjadi daya tarik tambahan untuk menghadirkan kaum rural ke perkotaan.

Mengandalkan Teknologi Informasi

Untuk menjaga kestabilan usahanya, manajemen transportasi online harus mengelola sebuah sistem di balik layar aplikasi yang menghubungkan para pengemudi (drivers) sebagai mitra, dengan para calon penumpang sebagai konsumen utama.

Tentu saja, kinerja bisnis ini sangat bergantung pada kecanggihan teknologi. Berkat teknologi itu pula, manajemen transportasi online terbantu untuk membuat sebuah mekanisme pengendalian internal yang menjaga core bisnis mereka tetap berjalan sebagaimana ekspektasi, yakni menyediakan sarana transportasi yang terbaik untuk para penggunanya.

Saya yakin bahwa sebagian besar dari kita pernah menggunakan layanan transportasi online. Saya sendiri, memiliki ketergantungan tinggi pada jasa para pengemudi transportasi online. Setiap hari setidaknya tiga kali saya harus menggunakan aplikasi dan jasa mereka, plus berinteraksi dengan para mitra (drivers) yang penuh dedikasi menjalankan misi: mengantarkan pelanggannya ke tempat tujuan dengan nyaman, cepat, dan aman.

Kehadiran Tuyul, Pocong dan Jam Pasir

Namun demikian, sekali dua kali saya masih mengalami ketidaknyamanan ketika memesan layanan berbasis online ini. Bukan lagi soal penampilan drivers yang kadangkala kurang bersih atau rapi, sebab itu bukan proritas utama saya saat sedang terburu-buru menuju tempat kerja, akan tetapi, lambatnya kedatangan pengemudi menjemput saya ke lokasi.

Suatu pagi, seorang driver yang tidak mau disebut namanya bercerita kepada saya, “Kalo driver lama datangnya, mungkin ibu lagi kena tuyul, pocong, atau jam pasir”.

“Hah… Apa itu”, tanya saya dengan nada terkejut dan perasaan yang mulai takut.

Sang driver bercerita bahwa aplikasi yang dipakainya (lebih tepatnya dipakai oleh kami, saya juga khan) memiliki sebuah kelemahan, yakni masih bisa diakali dengan tuyul, pocong, dan jam pasir.

Tuyul dan pocong adalah modifikasi aplikasi yang memungkinkan para drivers membuat fake position report atau pemalsuan lokasi. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi mereka menangkap sinyal permintaan jasa dari pelanggan, sebab mereka bisa merekayasa seolah-olah sedang berada di suatu tempat tertentu.

Jika tuyul pada umumnya menempatkan secara maya posisi driver pada titik tertentu padahal faktanya dia berada di tempat lain, maka pocong memungkinkan posisi driver ini berputar-putar pada radius tertentu, ibarat makhluk mistis bernama pocong yang sedang mencari-cari sesuatu dengan melompat-lompat dengan garis lintasan membentuk lingkaran.

Adapun jam pasir juga bekerja secara tidak sehat. Modifikasi aplikasi ini memungkinkan driver yang lain, yang bukan dikehendaki oleh calon penumpang untuk merebut orderan yang sebelumnya sudah deal.

Biasanya, jam pasir bekerja ketika jarak antara pengemudi dan konsumen agak jauh sehingga membutuhkan waktu yang agak lama untuk bertemu di titik tertentu. Baik driver pertama maupun calon penumpang tidak membatalkan pesanan, akan tetapi driver yang lain mengambil alih secara tiba-tiba.

Permainan Oknum

Driver yang mengantarkan saya pagi itu bercerita bahwa kebocoran pada aplikasi yang dipakainya adalah sebuah kesengajaan. Tuyul, pocong, dan jam pasir adalah rekayasa buatan dari “orang dalam” yang bekerja di balik layar, yang tentu saja telah memahami tentang rekayasa platform yang buatan perusahaannya.

Oknum ini kemudian menawarkan jasa modifikasi tersebut kepada para drivers secara diam-diam dengan perjanjian menjaga kerahasiaan sekaligus mensyaratkan setoran dalam jumlah tertentu setiap bulan.

Kedua pihak merasa diuntungkan sebab si oknum mendapat penghasilan tambahan dan para drivers yang curang mendapatkan kemudahan dari semakin banyak atau seringnya orderan. Sungguh, uang telah menjadi kunci di balik tindakan ini.

Kelemahan Sistem Pengendalian?

Mendengar cerita itu, saya pun kembali teringat pada sebuah ungkapan, bahwa sebaik apapun sistem pengendalian internal dalam sebuah organisasi, tidak akan efektif ketika orang-orang di dalamnya tidak memiliki integritas.

Oknum dalam cerita ini, pada hakikatnya memiliki kewajiban menjadi penjaga berjalannya keadilan bagi para mitra kerja dan mengutamakan layanan yang prima pada pelanggan. Akan tetapi, sebuah sistem yang secanggih itu berhasil diakali dengan sebuah motivasi, yakni memanfaatkan situasi untuk mengeruk keuntungan pribadi.

Pada akhirnya, saya pun mengakhiri obrolan singkat saya dengan pengemudi yang mengantar saya dari Stasiun Sudirman ke Jalan Pramuka pagi itu dengan sebuah pertanyaan,

“Abangnya gak mau pake Tuyul, Pocong, atau Jam Pasir juga?”

Driver itu menjawab, “Tidak mbak. Saya nggak mau kasih makan anak istri saya dengan harta yang diperoleh dengan cara haram. Dengan begini saja, rejeki gak akan tertukar, gak akan lari kemana-mana”.

Alhamdulillah, rupanya masih banyak orang jujur di Indonesia.

 

 

1
0
Sofia Mahardianingtyas ◆ Professional Writer

Sofia Mahardianingtyas ◆ Professional Writer

Author

Seorang PNS perempuan yang meminati bidang sosial ekonomi, kebijakan publik, teknologi informasi, birokrasi, dan isu perubahan iklim. Alumnus program beasiswa master LPDP PK-84, yang juga sedang mempelajari tentang analitika data untuk pemerintahan. Sehari-hari mengabdi sebagai auditor internal pemerintah.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post