Kipasan Dewa Kipas vs GM Irene Bagi Dunia Catur Indonesia

by | Mar 23, 2021 | Birokrasi Berdaya, Birokrasi Melayani | 0 comments

Ambyar! Itulah kata pertama yang terlintas dalam benak saya, seseorang yang bukan penghobi catur, ketika melihat pertandingan antara Dewa Kipas (DK) dan Grand Master (GM) Irene. Seperti sebuah miracle, salah satu pecatur terbaik di negeri ini bertanding dengan pecatur dengan level yang jauh berbeda, non-gelar tetapi bukan kaleng-kaleng. 

Sayapun sudah memprediksi bahwa pertandingan ini tidak akan menjadi seperti pertarungan David versus Goliath. Dewa Kipas hampir tidak mungkin mengalahkan seorang GM, sebagaimana keajaiban David yang kecil mengalahkan Goliath sang raksasa perkasa. Dalam hemat saya, kita harus tetap berpikir realistis. Namun, bukan tentang itu yang ingin saya ungkapkan. Saya hanya mencoba menggambarkan secara sederhana bahwa dunia maya itu berbeda dengan dunia nyata. 

Tidak ada keajaiban yang terjadi saat pertandingan DK melawan GM secara teknik permainan catur. Namun dalam hal lain di luar catur itu, keajaiban memang terjadi. Saya terpaksa mengiyakan bahwa dunia maya memang memiliki suatu keajaiban berdasarkan fenomena pertandingan DK melawan GM ini. Sungguh tak terbayangkan, masyarakat dunia maya sontak menjadi penggila catur dadakan dan terbangunnya masyarakat pecatur dari “tidurnya”. 

Ini semua di-trigger oleh kehadiran Pak Dadang, alias si Dewa Kipas (DK). Semula, DK berseteru dengan pemilik game catur online terkenal chess.com bernama Levy Rozman (juga dikenal sebagai YouTuber dengan nama GothamChess).

Berikutnya, Dewa Kipas bahkan bisa bertanding dengan seorang Grand Master catur wanita kebanggaan Indonesia, GM Irene Sukandar. Pertandingannya pun ditonton secara daring oleh jutaan mata. Bahkan, seandainya tidak dalam kondisi pandemi Covid-19 saya yakin pertandingan ini akan mengundang para penonton membludak memenuhi stadion GBK. Tak masalah walau berbayar sekalipun.

Sumber: Kanal Youtube Deddy Corbuzier

Dewa Kipas: gegara iseng mendadak jadi master

Debut Pak Dadang dalam percaturan di dunia maya diawali dari rasa isengnya. Pak Dadang adalah seorang pensiunan BUMN yang hobi main catur dan kebetulan difasilitasi oleh anaknya melalui gadget. Alasannya sederhana, agar bisa mengisi waktu luang dengan dengan menyalurkan hobi. Sang ayah didaftarkan pada game catur online chess.com dengan akun yang diberi nama “Dewa Kipas’. 

Setelah bergabung dalam chess.com, dunia tersentak karena Pak Dadang si Dewa Kipas berhasil mempecundangi Levy Rozman selaku pemilik game catur online ini. Bagi Levy, DK hanyalah seorang warga negara Indonesia yang tak tersedia datanya sebagai pecatur profesional. 

Usut punya usut, lantaran ke-gaptek-annya pak Dadang justru lebih suka memilih catur 10 menit dengan tingkat kesulitan tinggi. Lebih mudah diakses, katanya. Barangkali karena dilakukan setiap hari, Pak Dadang pun menjadi hafal setiap gerak langkah catur pada setiap level, dan pada setiap kenaikan level dia memperoleh bonus angka setara elo rating

Karena dianggap hanya sebuah permainan biasa, si Dewa Kipas tidak menyadari bahwa dalam setiap kenaikan level berarti dia telah mengalahkan pecatur master internasional sesuai dengan database pada game tersebut. Keasyikan pak Dadang bisa jadi hanya sekadar karena ingin memperoleh level yang lebih tinggi, atau memang bisa jadi dia gunakan alat bantu mesin. Yang jelas, kenaikan level yang dialami Dewa Kipas menimbulkan kecurigaan pemilik game tersebut. 

Pemilik game chess.com, Levy Rozman, juga bergelar Master Internasional. Bersama stafnya, Levy mencoba menganalisis pola permainan si Dewa Kipas. Bagaimana bisa dalam tempo singkat DK telah mengantongi nilai permainan setara dengan Elo Rating 2000-an. Sungguh ajaib, karena ini berarti setingkat Grand Master. 

Dari hasil analisis pola permainan Dewa Kipas dengan tingkat akurasi nyaris sempurna bak seorang Grand Master tingkat dunia, tim pengelola game tersebut menyimpulkan bahwa Dewa Kipas telah melakukan kecurangan (cheat). Kecurangan ini adalah menggunakan mesin (chess engine) dan akhirnya akun Dewa Kipas diblokir.

Sebenarnya, merupakan hal yang biasa terjadi dalam permainan online, apabila kita kalah pada level tertentu (game over) maka kita harus mengulang permainan dari awal. Hal ini terkecuali jika kita simpan data level terakhir saat kita bermain. Namun, ada pula sebagian orang yang tidak telaten mengulangi permainan lalu memilih membeli credit point. Credit point merupakan pembayaran dengan jumlah tertentu, kepada pemain lainnya yang sudah berada di level tinggi. 

Karena kemajuan teknologi pula, dalam permainan catur online terdapat mesin pembantu atau chess engine yang memudahkan seseorang memperoleh langkah taktis. Berdasarkan kemungkinan kemudahan tersebut pengelola game catur chess.com seringkali memblokir akun  pemain yang dicurigai menggunakan mesin pembantu karena level yang diperoleh melompat lebih tinggi secara tidak wajar. Itu pula yang terjadi pada pak Dadang si Dewa Kipas.

Pemblokiran akun Dewa Kipas membuat pak Dadang merasa galau karena dia tidak bisa mengisi waktu senggangnya dengan bermain catur online lagi. Pemblokiran inipun diceritakan kepada anaknya, yang kemudian mencoba mencari tahu dengan menghubungi pemilik game online tersebut, meminta klarifikasi. 

Jawaban pemilik game menyatakan kecurigaan bahwa sang ayah melakukan kecurangan karena perolehan level yang tidak wajar. Hal ini sontak saja menimbulkan ketidakpuasan yang berujung kehebohan di jagat maya. Anak Pak Dadang mengungkapkan cerita DK dalam akun Facebooknya.

Dunia maya: snowball isu yang jadi berkah   

Bagaikan snowball, akun Facebook milik anak Pak Dadang terbaca oleh teman-temannya dan menggelinding secara bergulir hingga berita tersebut menjadi trending topic di dunia maya. Masyarakat dunia maya atau netizen “warga +62”, entah paham atau tidak permasalahannya, segera mencari dan menyerang akun pemilik game online tersebut atas nama memprotes ketidakadilan. Lampiasan kekesalan warga +62 ini membuat kewalahan si pemilik game catur online, meskipun telah dengan sabar mencoba menjelaskan permasalahannya. 

Trending topik tentang catur inipun semakin membahana di dunia maya, bersamaan dengan makin sulitnya mencari tahu akar permasalahan agar dapat dituntaskan. Beragam pendapat berseliweran di sana-sini. Akan tetapi  dalam satu sisi, trending topik seperti ini justru menjadi peluang bisnis bagi para pembuat konten YouTube. Salah satu yang menangkap peluang tersebut adalah pemilik podcast Deddy Corbuzier. 

Deddy Corbuzier mengundang Dewa Kipas bersama anaknya sebagai tamu dalam podcast-nya. Deddy bahkan juga mengundang Levy Rozman. Sontak kasus tersebut tidaklah semakin reda, justru ter-maintain semakin ramai. Kasus justru semakin mencuat, ketika tetiba muncul surat dari seorang pecatur profesional negeri kita, GM Irene. Irene mencoba menjelaskan permasalahan.

Uniknya, klarifikasi dari pecatur profesional ini justru tidak membuat reda suasana. Entah karena tergoda dengan usulan warganet atau tidak, yang jelas Deddy Corbuzier mencium kesempatan emas untuk tetap mempertahankan trending topik ini. Benar saja, Deddy pun berinisiatif menawarkan tantangan kepada Dewa Kipas untuk membuktikan kepiawaiannya bermain catur. Tak tanggung-tanggung, DK diminta melawan GM Irene. 

Awal mulanya sang Dewa Kipas menolak. DK sudah tersinggung atas pernyataan GM Irene bahwa dia telah melakukan kecurangan yang mencoreng nama baik catur negeri kita. Namun, provokasi warga +62 dan tawaran imbalan tunai yang cukup fantastis jika DK bersedia bertanding lawan GM Irene membuahkan hasil. Akhirnya, tantangan untuk melangsungkan pertandingan catur persahabatan itupun diterima. 

Pada dasarnya, kedua belah pihak berniat baik. GM Irene selaku pecatur nasional hanya ingin menjelaskan kepada masyarakat bahwa permainan catur tidaklah mudah. Perlu perjuangan agar bisa memperoleh gelar prestisius itu, di antaranya berlatih dengan arahan pembimbing profesional. Di sisi lainnya, Dewa Kipas pun berkilah bahwa dia tidak ingin disebut curang, dianggap sebagai pemain abal-abal atau kaleng-kaleng, hanya karena telah berhasil mempecundangi pemilik game catur online terkenal. 

Hasil pertarungan: semua menang, semua senang

Ambyar! Pecah berat, amazing, awesome… berbagai kosakata menunjukkan rasa takjub terlempar di dunia maya. Bisa kita bayangkan, permainan catur yang biasanya dimainkan secara hening dan membosankan (menurut saya, hehe) bisa menjadi seheboh permainan sepak bola yang sedang ditonton oleh para penggila atau supporter

Berapa banyak sih penggila catur di negeri ini? Rasa-rasanya tidak sebanyak penonton permainan sepak bola. Akan tetapi pertandingan catur antara DK lawan GM saat itu melebih pertandingan bola liga dunia manapun. Jutaan pasang mata penonton mengamati pertandingan catur antara Grand Master Wanita terbaik Indonesia dengan si Dewa Kipas yang ujug-ujug bagaikan muncul dari dalam bumi mengaku selevel Grand Master. Hadiahnya pun tidak tanggung-tanggung, nominal terbesar dalam sejarah pertandingan catur di negeri kita.

Kalau soal hasilnya, menurut saya yang memang bukan penggila catur, secara logika sudah gampang ditebak. Hasil telak 3-0 dimenangkan dengan mudah oleh GM Irene Sukandar tentunya. Ini wajar. Seorang GM adalah atlet catur kawakan, level internasional, mungkin setara profesor bagi kalangan akademisi. Adapun lawannya, DK, ialah seorang mantan pemain catur lokal yang pernah menjadi pengurus catur di tingkat provinsi Kalimantan Barat di mana ia bermukim. 

Akan tetapi dalam kacamata saya skor 3-0 itu juga bukan kekalahan bagi Dewa Kipas, semua sama-sama menang. Mengapa? Karena GM Irene telah mencapai tujuannya menjalankan misi edukasi dari pemerintah, bahwa gelar GM dalam catur bukanlah hal yang mudah atau dapat begitu saja diperoleh. GM Irene juga berhasil mengangkat reputasi catur hingga semakin disukai masyarakat. 

Sedangkan bagi Dewa Kipas, pernyataan dari seorang pengamat catur baginya merupakan kemenangan, karena GM Susanto Megaranto dan Chelsie sebagai pengamat dalam pertandingan tersebut bersepakat menyatakan bahwa pak Dadang sang Dewa Kipas bukanlah pemain catur kaleng-kaleng atau pemain di pos ronda. Kata mereka, gaya permainannya layak disebut setingkat master.

Tak hanya antara GM dan DK, masih ada Deddy sang organizer. Penyelenggara pertandingan akbar ini juga tak ketinggalan kebanjiran keuntungan. Walaupun berani memberikan hadiah bagi kedua petarung dalam nominal ratusan juta rupiah secara tunai, Deddy juga tetap menang. Bagaimana tidak? Baru kali pertama acara podcast miliknya diakses sekitar 1,2 juta penonton (viewer), secara langsung. Mari coba hitung berapa pendapatan yang diterimanya dari platform YouTube ini? Kalikan saja jumlah setiap viewer dengan 18 sen dollar, belum termasuk pemasukan dari sponsor lho.

Penutup

Yang membuat saya bahagia (sekaligus menitikkan air mata), adalah cerita yang diungkap Dewa Kipas tentang gairah bermain catur yang kembali hidup di masyarakat. DK berkisah, belakangan papan catur makin sulit didapatkan. Membeli papan catur harus inden atau pesan, karena semua toko yang menjual papan catur kehabisan stok. Habis ludes terjual. 

Di berbagai daerah mulai kembali bermunculan sekelompok orang bermain catur di teras rumah atau pos ronda, begitupun catur secara virtual menjadi makin digemari. Sebulan sebelumnya sejak kasus Dewa Kipas dan pemilik Chess.com mulai mencuat, masyarakat kembali bergairah untuk bermain dan berlatih catur. Karena itu, bagi saya semua menang semua senang.

Sekali lagi, selamat Pak Dadang alias Dewa Kipas karena anda telah menggairahkan kembali dunia catur di negeri kita! Selamat juga buat Ketua Percasi dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang telah memberikan izin bagi pecatur handal GM Irene untuk bertanding secara persahabatan. 

Selamat buat bung Deddy Corbuzier yang telah meraup rezeki berkat kekuatan intuisi bisnisnya. Selamat buat netizen warga +62. Tak peduli apapun pendapat Anda, acara ini merupakan hiburan untuk menghilangkan sejenak kebosanan. Seperti yang saya istilahkan pada artikel terdahulu, menjadi “Cabin Fever” dalam keterkungkungan di masa pandemi.

0
0
Subroto ◆ Professional Writer

Subroto ◆ Professional Writer

Author

Kepala Biro Keuangan Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Lebih dikenal dengan panggilan akrab Cak Bro. Hobinya menulis secara otodidak mengenai permasalahan organisasi tentang SDM, audit, pengawasan, dan korupsi. Pernah menerbitkan buku koleksi pribadi "Artikel ringan Cakbro: Sekitar Tata Kelola Organisasi" dan "Bunga Rampai SPIP". E-mail: [email protected] Blogger: Cakbro. Blogspot.com

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post