Interaksi Multikultural Dengan Tari Kelinci, Tari Soyong, dan Bakso

by | Nov 22, 2017 | Perjalanan/Pengalaman | 1 comment

Minggu 19 November 2017 adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak Indonesia yang bersekolah di Moreland Primary School (MPS). Hari itu sekolah menyelenggarakan fete atau festival dengan tema multicultural festival. Anak-anak ini akan menampilkan dua tarian, Tari Kelinci (Bunny Dance) dan Tari Soyong (Soyong Dance).

Multicultural festival atau Carnival of culture yang diselenggarakan oleh MPS adalah event dua tahunan yang dimaksudkan sebagai salah satu strategi mengumpulkan dana untuk pembiayaan sekolah. Ya, sama halnya sekolah di Indonesia, sekolah-sekolah di sini juga mengalami kesulitan pendanaan. Fete adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk mendapatkan dana untuk membiayai kebutuhan sekolah.

Bagi citizen, permanent resident, dan para pemegang visa tertentu seperti saya yang kebetulan mendapatkan beasiswa dari pemerintah Australia, memang tidak perlu membayar mahal. Di awal tahun tiap anak membayar 350 dollar. Jumlah yang sangat tidak signifikan dibandingkan teman-teman internasional student yang tidak disponsori pemerintah Australia.

Awalnya, saya pikir tidak akan ada biaya lain lagi selain membayar iuran tersebut. Rupanya saya salah. Kegiatan-kegiantan ekstra ternyata mengharuskan orang tua murid harus membayar, semisal excursion, sleepover di sekolah, tambahan pelajaran seperti renang, musik, dan pelajaran life education. Tidak terlalu besar, tapi cukup sering juga.

Carnival of culture atau fete yang diselenggarakan sekolah anak saya, Amira dan Ayla, juga salah satu upaya sekolah untuk menambah biaya infrastruktur. Dua tahun lalu menurut pihak sekolah uang hasil event digunakan untuk perbaikan play ground dan taman.

Bagi orang tua murid Indonesia, kami sangat senang menyambut event tersebut. Dua tahun lalu komunitas Indonesia di MPS mendapat kesempatan untuk menampilkan tari Saman dan memperkenalkan sate. Tahun ini komunitas Indonesia juga mendapat kesempatan untuk menampilkan tarian Indonesia dan mempromosikan masakan Indonesia.

Alhamdulillah, di antara mahasiswa Indonesia yang ada di sini ada yang memiliki keahlian menari. Namanya mbak Fitriana Murriya, ibu dokter dari Jogja yang sedang mengambil program PhD di Melbourne University. Alhasil, untuk mempersiapkan kemeriahan fete, anak-anak pun berlatih setiap minggu selama hampir dua bulan. Tari yang dipilih adalah Tari Kelinci (Bunny Dance) dan Tari Soyong (Soyong Dance). Kedua tari tersebut sangat pas dengan karakter anak-anak.

Tak hanya anak-anak, ibu-ibu pun juga turut memeriahkan dengan mempersiapkan gemufamire dance yang sedang marak di tanah air. Sejujurnya, bukanlah hal yang mudah bagi orang tua di sini untuk sekedar menyisihkan waktu meski hanya dua jam untuk berlatih atau sekedar mengantarkan anak. Tapi, untuk memeriahkan fete dan sekaligus memperkenakan budaya dan masakan Indonesia rasanya sayang untuk disia-siakan kesempatan emas ini.

Begitulah…tanggal 19 November 2017 pun tiba. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Para bunny-bunny pun lincah melompat-lompat di panggung. Begitu juga dengan big girls yang menarikan Tari Soyong terlihat begitu gemulai menggerakkan tangan dan memainkan kipasnya.

Bagaimana dengan kami para orang tua murid? Kami pun bergembira beramai-ramai ber-gemufamire. Setelah itu dilanjutkan dengan aktivitas melayani pengunjung dengan bakso yang sudah dipersiapkan sehari sebelumnya. Cukup dengan empat dollar, mie bakso yang dilengkapi pangsit goreng pun terasa sangat lezat dinikmati di minggu siang sembari menyaksikan Sicilian Folk Dance dari Italia, Tari Saman Bhineka, Indigeneous Music, Indian Music, Band Anak MPS, serta koor anak-anak grade 1/2.

Hari itu, Tari Kelinci, Tari Soyong dan bakso menemani kemeriahan multicultural festival yang menampilkan makanan dari berbagai negara, antara lain dari India, Jerman, Chile, Ethiopia, Libanon, dan Vietnam. Bangga rasanya jadi orang Indonesia.

 

0
0
Nur Ana Sejati ◆ Professional Writer

Nur Ana Sejati ◆ Professional Writer

Author

ASN Instansi Pemerintah Pusat alumni Program PhD of Accounting di Victoria University, Melbourne-Australia. Penulis yang satu ini memiliki gaya yang khas pada tulisannya yaitu “bersemangat” dan menginspirasi. Ana, panggilan khas sang penulis yang aktif ini, merupakan salah satu penggagas gerakan Birokrat Menulis.

1 Comment

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post